Menelusuri Lorong Hijau Kaligrafi Taichung Redup Tua di Tengah Rimba Kota
Penulis‧Kobe Chen Foto‧Chuang Kung-ju
April 2016
台中草悟道,是近年來人氣最旺的景點之一,這裡不僅有大型的購物商城和怡人的大片綠地廣場,在周遭小巷弄或老街區裡,更藏著許多魅力獨特的小店,舉凡餐飲、服飾、手作商品和各種生活所需,這裡應有盡有。
與其說這些巷弄是商圈的一部分,毋寧說這裡是自成一格的生活聚落,憑藉其多元的生活樣態吸引絡繹不絕的遊客,在讓人快窒息的高樓叢林中,看見一片清新的微光。
Dalam beberapa tahun ini, Lorong Hijau Kaligrafi (Cao wu dao) Taichung telah menjadi salah satu tempat wisata yang paling diminati, selain tersedia pusat belanja juga alun-alun yang diselimuti rumput hijau, antara gang kecil dan jalan tua tersimpan toko-toko kecil nan unik. Semua yang berhubungan dengan kuliner, pakaian, aksesoris, kerajinan dan sembako tersedia lengkap.
Lebih baik menyebutnya sebagai sepetak pemukiman, dibanding gang-gang kecil komersil, karena keragaman di dalamnya menarik para pelancong, terlebih-lebih di tengah sesaknya pencakar langit, masih terdapat sekilas sinar yang menyegarkan.
Setelah melewati jalan utama Taiwan Boulevard yang padat masuk ke jalan Zhongxing, menelusuri lorong hijau, membelah jarak antar gedung-gedung yang ada sehingga langit tidak lagi terhadang. Melanjutkan langkah dengan tidak sampai 1 KM anda akan menemukan gang-gang kecil, pemandangan antara jaman sekarang dan dulu melintas di depan mata.
Dikelilingi gedung tinggi, berpadanan tanah nan hijau, alun-alun dan karya seni, dengan sisi lain rumah-rumah kuno yang tak lekang oleh jaman tersebar di antara gang dan jalan, kembali bercahaya berkat paduan desain, kreatifitas dan seni keindahan. Di tengah gang tua, masyarakat yang berlalu lalang, berpijak di atas tanah yang tak asing baginya dan hidup sebagaimana mestinya.
Di sini terdapat toko buku independen, pemukiman cemilan, pengrajin tangan, dan toko klontong, yang menarik para desainer, ilustrator, seniman jalanan untuk berkumpul sehingga berkembang menjadi pemukiman yang penuh keanekaragaman. Mereka bergantung kepada tokonya, semua terbuat dari renovasi rumah tua yang usianya lebih dari 40 tahun, tersirat goresan waktu, ‘diplester’ dengan desain kontemporer. Toko dan rumah membaur dan hadirkan inovasi serta semangat hidup, tanpa merusaknya.
“Kami ingin menghidupkan dan membangkitkan tempat yang sudah ada, namun tidak merusak nadinya, lewat desain yang ramah lingkungan, menghidupkan gedung tua yang terbengkalai menjadi pemukiman yang penuh inovasi”, kata General Manager Fantasy Story Inc. Zhong Jun-yan. Selama 4 tahun, mereka telah merenovasi lebih dari 20 rumah tua, menyewakan kepada 60 wirausahawan kecil, dengan memadukan konsep membangun komunitas dan bimbingan untuk berwirausaha, agar kota tua Taichung menjadi tempat baru yang penuh semangat.
Hidup Bersama dalam Peremajaan Kota
Saat mewawancarai Zhong Jun-yan di sore itu, kami berjalan di pinggir alun-alun lorong hijau kaligrafi, seorang pria bersepeda yang tubuhnya dipenuhi dengan tato berpapasan dengan kami, ia berhenti dan menyapa Zhong Jun-yan lalu melanjutkan perjalanannya lagi. Zhong jun-yan mengatakan bahwa pria itu tinggal di gang program penghijauan, di masamasa renovasi, warga sekitar mengeluhkan keributan dari pembangunan proyek itu, belum sampai para pekerja meminta maaf, pria itu sudah bicara duluan. Ia mengatakan “Apa yang harus kamu marahi? Tunggu sampai mereka selesai, kata terima kasih mungkin belum sempat kamu utarakan”, itu yang ia sampaikan kepada warga sekitar, karena ia besar di situ dan sangat terkesan dengan perubahan yang telah dilakukan oleh Fantasy Story.
Berbeda dengan perusahaan konstruksi yang lain, proyek Fantasy Story tidak pernah menimbulkan aksi pertentangan malah disambut baik. Ambil contoh “Program Penghijauan” yang dikeluarkan 2013, asrama yang sudah kosong lebih dari 20 tahun milik perusahaan air negara, setelah didesain dan direnovasi ulang, tanpa merubah pemandangan jalan, bahkan tidak ada gedung yang tinggi dengan terpampang papan reklame, dari gang yang sempit dan sepi sekarang menjadi bersih, bergelora, bentuk rumah panjang model Jepang, pohon tua dan tembok yang penuh dengan bercak semuanya tetap ada ditempat, semua ini menjadi keindahan dari program penghijauan.
Pedagang yang masuk ke area ini termasuk penjual aksesoris pakaian, payung, pengrajin kulit, salon, kedai kopi dan toko kelontong ala Barat, semuanya ada 18 buah toko, juga tersedia ruang terbuka untuk pertunjukan dan pameran. Bagi warga setempat, selain tidak mengganggu lingkungan mereka yang ada sebelumnya, bahkan membuat mereka terasa lebih nyaman, lewat suasana kehidupan yang memang sudah ada di gang itu sendiri, developer dan pedagang menciptakan suasana yang santai dan nyaman serta tidak terlalu menonjolkan nilai komersilnya, bahkan menyuguhkan suasana lokal kepada para pengunjung. Di area tua Taichung sendiri, setiap proyek renovasi rumah tua yang dilakukan adalah merujuk kepada konsep ini.
Aroma Karat, Insipirasi Wirausaha
Pada tahun 2007, Lorong Hijau Kaligrafi hadir dalam program penghijauan Kota Taichung. Namun proyek pekerjaan umum baru serta pembangunan gedung perumahan toko terus bermunculan, di lain sisi, suasana gang-gang tua di sini terkesan redup, sehingga muncul fenomena kesenjangan yang cukup besar, seiring berjalannya roda waktu dan ingatan yang mulai pudar, yang nampak hanyalah gedung-gedung baru dan megah, siapa lagi yang ingat dengan rumah-rumah kuno itu.
Sampai pada tahun 2009, dimana mall belum dibuka dan alun-alun kota baru saja selesai, walau aktivitas bisnis di sana masih belum marak namun sudah mulai nampak peluang yang ada. Di area ini terdapat banyak sekali rumah-rumah tua yang kosong, harga jualnya tidak tinggi, disewa dengan harga murah sekalipun tidak ada orang yang mau, kakak perempuan dari Zhong Jun-yan juga salah satu pemilik dari rumah lama itu.
Zhong Jun-yan menyampaikan, saat saya baru mulai bekerja banyak menerima proyek pekerjaan umum dan konstruksi besar, sebetulnya dalam hati saya ada perasaan jenuh dan kebetulan mendapat permintaan dari kakak perempuan untuk merenovasi rumah tuanya, setelah rumah itu direnovasi, menjadi lebih luas dan ada nilai desainnya, sehingga mestinya akan menjadi lebih mudah disewakan namun ternyata tetap saja sulit.
Zhong Jun-yan mencari teman membahas kekhawatirannya dan melakukan survei, mereka menemukan seiring dibukanya mall, tidak sedikit anak muda yang ingin berwirausaha di wilayah ini, namun uang sewa yang mampu mereka bayar antara 10~20 ribu dolar Taiwan, sehingga kebutuhan akan lokasi yang luas menjadi sangat minim.
Dikarenakan adanya permintaan maka harus dipenuhi. Zhong Jun-yan segera melakukan renovasi rumah tua setinggi 2 lantai yang sudah ada, kemudian dibagi menjadi 7 pertokoan kecil, harga sewa per bulan di bawah 20 ribu dan dengan harga seperti ini ternyata tidak sampai 1 bulan sudah tersewa habis.
Bagi Fantasy Story ini adalah toko perdana, sebuah “Ketidaksengajaan yang indah”, juga jodoh dari segala faktor yang sudah matang. Di tahun 2011, Zhong Jun-yan mendirikan perusahaan Fantasy Story, berlokasi di dalam gang toko perdana itu, kemudian proyek renovasi dilakukan ke 4 rumah tua lainnya.
Kota Tua Gang Tua dengan Pola Baru
Belakangan tahun ini, perkembangan kota Taichung dan pusat bisnisnya mulai bergerak ke wilayah Barat, mall yang baru dan gedung rumah mewah mulai tuntas, ini menjadi pusat kota baru yang megah.
Pada masa pemerintahan Jepang, wilayah tua yang makmur dan sebetulnya direncanakan untuk mewujudkan impian “Kyoto Kecil” sudah sirna, pusat bisnis yang marak di depan stasiun kereta api sekarang tertelan oleh waktu dan kemunduran area bisnis perlahan-lahan-pun sirna.
Sampai 2011, rekonstruksi gedung yang digunakan oleh Perusahaan Miyahara berhasil menjadi perbincangan, renovasi apartemen yang sudah tua, mengintegrasikan budaya kreatif yang baru didalamnya telah mendapat sambutan yang baik. Bangunan di sekitarnya-pun seperti Gedung Koperasi Kredit Ke-IV dan Hotel 53 Taichung satu per satu direnovasi sehingga wilayah tua yang awalnya terlupakan kembali mendapat perhatian.
Era pembaruan tumah tua baik yang dilakukan oleh Fantasy Story maupun Miyahara memiliki kesamaan yaitu: “Melestarikan sejarah dan menambahkan nilai kreatif”, gedung-gedung tua di tengah wilayah tua ini diisi oleh sesuatu yang baru, baik itu es krim, teh susu mutiara, kerajinan tangan dan fesyen, semuanya boleh menciptakan pola baru di kota tua ini.
Siapa Menabur Benih, Dia yang Menuai
Dari yang hanya 1 buah toko kemudian berkembang menjadi 60 buah, sebenarnya di kawasan Lorong Hijau ini bukan hanya Fantasy Story saja masih ada banyak lagi juragan tanah, kontraktor hingga desainer yang melihat peluang ini, dimana ini menjadi sebuah trendy.
Saat dimana orang-orang yang memiliki profesi dan hoby yang berbeda berkumpul maka akan menghasilkan sesuatu yang berbeda, antar pedagang dapat berintegrasi, saling mempromosikan, sehingga hal ini menjadi sebuah keunggulan dalam pemasaran.
Agar usaha para pedagang dapat terus berkesinambungan dan berkembang, Fantasy Story mengadopsi konsep inkubasi inovasi dan wirausaha dengan mengundang para pakar untuk memberikan layanan konsultasi dan bimbingan.
Walau Fantasy Story berperan seakan seperti “Juragan Tanah kedua” namun pada kenyataannya untuk kelangsungan bisnis, mereka bergantung kepada sewa. Kendati harga sewa di sekitar kawasan itu naik, mereka tetap mempertahankan harga sewa yang rendah, namun demi menciptakan siklus bisnis sehat yang berkesinambungan mereka juga mengambil persenan dari omset, bersama pedagang berbagi keuntungan.
Sistem yang mengintegrasikan pembaruan kota, pembangunan komunitas dan inkubasi wirausaha telah menarik perhatian publik yang juga penasaran, sampai saat ini pemukiman yang telah direnovasi oleh Fantasy Story antaralain terdapat di Distrik Qingshui - Kota Taichung, Kecamatan Guanxi - Kabupaten Hsinchu, Kecamatan Wushi - Kabupaten Yilan dan Kecamatan Douliu - Kabupaten Yunlin. Seperti dosen jurusan sosial, Universitas Seoul Korea Selatan pernah berkunjung dan jurusan sosial Universitas Beijing- Daratan Tiongkok sedang mencoba untuk menjalin kerjasama, dengan harapan dapat mengintegrasikan komunitas daerah dengan perkotaan agar menghidupkan kembali wilayah tua.
“Pemandanganan kehidupan anda adalah alasan mengapa jauh-jauh datang kesini”, sharing Zhong Jun-yan tentang kesan pandangan pertamanya, ini adalah visi dari Fantasy Story, yaitu keragamanan dari hidup sederhana tapi sungguhsungguh telah menjadi daya tarik pemandangan yang diminati. Di tengah keramaian kota, setiap rumah tua yang mendapatkan kembali jiwa barunya memancarkan sinar yang menghangatkan, menyinari tembok tua yang penuh memori dan waktu.