Keragaman Seni Tari Perpaduan Berbagai Negara
Tarian di Taiwan
Penulis‧Esther Tseng Foto‧Jimmy Lin Penerjemah‧Farini Anwar
Desember 2023
Jennifer Hsuan Chen Liu belajar menari di India selama bertahun-tahun.
文化多樣性已是台灣表演藝術生態的珍貴文化資產,不只大型表演團體從本土邁向國際,還有與異國交融的小型、年輕舞團,展現台灣社會接受跨文化的可塑性,讓個人的獨特性可以發展,孕育身分認同。
Keragamaman budaya adalah aset berharga dalam dunia seni pertunjukan di Taiwan, hal ini tidak hanya terlihat dari organisasi seni pertunjukan berskala besar yang bergerak dari lokal ke internasional, juga ada pertukaran dan pembauran kelompok seni tari muda berskala kecil dengan negara lain, memperlihatkan plastisitas masyarakat Taiwan dalam pencampuran lintas budaya, yang memungkinkan individu untuk mengembangkan karakter unik dan membina identitas diri.
Pemerintah Kabupaten Pingtung menggelar “Karnaval Musim Panas” yang berlangsung selama 37 hari, Grup Tari Tradisional Rakyat Timur Tengah TW-EGY (Taiwan – Mesir) menghadirkan 13 ajang pertunjukan, di antaranya adalah pertunjukan Tarian Tanoura dari Mesir yang ditampilkan oleh Ketua Group TW-EG, Mohamed Mamdouh, bagaikan menyulap gendang kain di tangannya, dari satu menjadi dua, sampai akhirnya berubah menjadi enam; pakaian tari warna-warni yang dikenakan juga berubah dari satu menjadi dua helai, kemudian ditarik ke atas dengan putaran cepat seperti gangsing, berwarna-warni indah. Saat menari Mohamed Mamdouh mengangkat pakaiannya ke atas kepala kemudian melepaskan pakaian sambil terus berputar, pakaian tersebut beralih ke tangan kanan dan berputar seakan-akan adalah sebuah piring terbang yang melayang berputar ke langit, kebolehannya ini mendapat tepuk tangan meriah dari para penonton di bawah panggung.
Sedangkan dalam “Pameran India di Mata Fotografi Taiwan” yang diselenggarakan bersama antara Perpustakaan Nasional dengan India Taipei Association, penari Jennifer Hsuan Chen Liu dengan pakaian Saree yang indah menampilkan tarian tradisional kuno India ── Mohiniattam (Ganesa Suci), kedua tangannya digerakan berputar balik dengan anggun, langkah tarian yang stabil dan kokoh, ekspresi wajah yang penuh khidmat menyampaikan rahmat kepada Ganesa yang membawa berkat kesucian, kebijaksanaan dan kekayaan!
Tarian Tanoura Mesir memang sulit untuk ditampilkan, tetapi memiliki makna sentuhan spiritual dan memperoleh berkah dari surga.
Percikan Api Pembauran Ragam Budaya
Seorang peneliti musik yang sempat mengajar kelas “Budaya Musik Global” dan kelas-kelas lainnya di Universitas Nasional Taiwan, Chen Szu-wei mengemukakan bahwa lintas domain dan keragaman merupakan tren dalam seni pertunjukan global, tidak terkecuali di Taiwan. Masyarakat Taiwan yang adalah masyarakat imigran. Dalam sejarah, tanah ini pernah dihuni oleh suku dan etnis yang berbeda, mereka membawa kesenian dan suara dari kampung halamannya, ketika berinteraksi satu sama lain, tentu terdapat benturan yang secara alami menimbulkan percikan api.
Karena perkembangan metode penyiaran digital pada akhir tahun 1990, sehingga di tanah Taiwan ini dapat terdengar lebih banyak lagi suara lintas domain.
Chen Szu-wei memberikan contoh, penonton sekarang ini tidak saja mendengarkan musik dari Bollywood India, juga bisa belajar tarian Bollywood; Belajar gendang tangan dari Timur Tengah, juga dapat belajar tarian agar menguasai lebih banyak teknik memukul gendang. Ma Jun-ren yang pernah menjadi wartawan perang ke Timur Tengah, 15 tahun lalu untuk mempelajari permainan gendang Timur Tengah dari seorang guru lokal. Sekembalinya ke Taiwan, ia mengajar dan menampilkan pertunjukan selama bertahun-tahun, agar semakin banyak yang dapat menikmati dan belajar musik Timur Tengah; Sementara itu, dengan bantuan dari Yayasan Impian (Dream Community Cultural and Educational Foundation), banyak murid Sekolah Dasar desa terpencil yang berkesempatan belajar Gendang Samba Brasil, semua ini menunjukkan bahwa Taiwan menjunjung keanekaragaman budaya yang berbeda, semangat dan nilai dari pembelajaran lintas budaya.
Mohamed Mamdouh dan Fatema Choa dapat menggunakan Taiwan sebagai basis dalam mempromosikan tarian rakyat Mesir dan tarian rakyat Taiwan kepada dunia.
Tarian dari Kampung Halaman
Seperti yang dikatakan Chen Szu-wei, sebenarnya musik dan tarian memiliki perbatasan negara, kekhasan dan musik tradisional setiap negara harus melalui pembelajaran dan bimbingan baru dapat memahami dan membaurkannya, kalau tidak, seseorang mungkin hanya memiliki pemahaman yang dangkal tentang budaya negara lain atau menerima gagasan stereotip tentang budaya tersebut..
Seperti pengalaman dari Fatema Chao, direktur grup tari pertama yang dipelopori oleh imigran baru “Grup Tari Tradisional Rakyat Timur Tengah TW-EGY”, ketika ia terpilih untuk berpartisipasi dalam kompetisi tari perut pada tahun 2013 di Malaysia, oleh penari dari grup tari nasional Mesir, Mohamed Mamdouh, yang saat itu bertugas sebagai juri memberikan kritikan “Tidak memahami tarian apa yang dibawakan?”
Fatema Chao yang sejak kecil belajar menari, setelah secara pribadi meminta nasehat dari Mohamed Mamdouh, barulah ia mengetahui, ternyata di mata penari profesional Mesir, tarian yang ia bawakan mengandung unsur ragam tarian dari negara lain dan bukan tari perut asli Timur Tengah. Fatema Chao yang tidak menerima kekalahan, memutuskan untuk langsung ke Mesir dan belajar dengan Mohamed Mamdouh dari grup tari nasional Elsharkiya, dan akhirnya memboyong Mohamed Mamdouh sang penari asal Mesir ini ke Taiwan.
Grup Tari Nasional Mesir Elsharkiya dibentuk pada tahun 1964. Ayah dan paman Mohamed Mamdouh adalah penari dari grup tari ini sampai tahun 1969, keduanya turut ke medan perang Israel dan Mesir yang berlangsung pada saat itu. Mohamed Mamdouh mengatakan, ketika ia tampil di Yordania pada tahun 2012, panitia penyelenggara menanyakan, apakah ia memiliki rencana untuk membangun grup tari? Saat itulah ide mendirikan grup tari tertanam di benaknya.
Jennifer Hsuan Chen Liu menampilkan tarian klasik kuno India “Poothana Moksham” (Foto: Jennifer Hsuan Chen Liu)
Tarian dari Negeri Firaun
Menetap di Desa Chaozhou – Pingtung, Mohamed Mamdouh merasa budaya penduduk Chaozhou yang bersahaja dengan mata pencarian bertani, sangat mirip dengan kampung halamannya Al-Sharkia. Pertanian adalah fondasi pembangunan Mesir, mayoritas penduduk Mesir adalah petani, sehingga pujian-pujian masyarakat pertanian juga ke dalam literatur, film dan tarian. Lahan pertanian yang kebanyakan terkonsentrasi di Mesir Utara menjadi pusat kawasan pertanian, dan nama tarian yang mewakili kampung halaman Mohamed Mamdouh adalah “Tarian Bercocok Tanam” (Fallahi, atau diterjemahkan menjadi “Tarian Botol”). Kata Fallahin dalam Bahasa Arab sendiri adalah petani.
Di Timur Tengah ada Tarian Nubia (Nubian Dance), pada pakaian penari terlihat motif segitiga zig zag yang jelas. Mata dari raut wajah Timur Tengah terlihat membinar ketika membicarakan tentang Mesir dan tarian, Mohamed Mamdouh mengatakan, gambar motif zig zag adalah gigi buaya dengan mulut yang sedang tertutup. Buaya merupakan simbol keberuntungan bagi masyarakat Nubia yang terletak di bagian hulu Sungai Nil dan di paling selatan Mesir, bagi orang Mesir, menggantung specimen kepala buaya di depan pintu rumah melambangkan keberuntungan. Mohamed Mamdouh yang pernah berkolaborasi dengan musisi penduduk asli Paiwan memainkan lagu-lagu kuno dengan memukul gendang Timur Tengah, ia mengatakan, sama seperti motif totem Ular Seratus Langkah (Hundred-pace snakes) yang dijahit atau diukir pada pakaian, perabot rumah, barang keperluan sehari-hari dari penduduk asli Paiwan, budaya kedua Negara ini juga memiliki kemiripan.
Pada bagian terakhir dari Tarian Tanoura dari Timur Tengah memiliki makna menghubungkan langit dan bumi. Kostum penari yang berwarna-warni melambangkan kebersamaan dan pembauran. Bahkan pada kostum penari ada yang memasang obor, lampu LED dan lainnya agar menghadirkan pertunjukan yang semakin menarik perhatian.
Kostum penari tarian klasik kuno India Mohiniyattam berwarna dasar putih dengan pinggiran warna emas, merupakan pakaian kaum perempuan di Kerala. (Foto: Jennifer Hsuan Chen Liu)
Wujudkan Impian Pertunjukan Tari Keliling Dunia
Banyak dari murid-murid Mohamed Mamdouh yang sebenarnya sudah menjadi guru tari perut, sekarang mereka tidak saja mengajar tari perut, melainkan juga mulai mengajar tarian rakyat Mesir, agar tarian Timur Tengah dapat menyebar luas di Taiwan. Pada tahun 2019, ia mulai mengajak 15 anggota rombongan penari menemaninya mewujudkan impian membuat tur pertunjukan keliling dunia.
Pada Desember 2019, Mohamed Mamdouh memenuhi perjanjian kontrak dengan membawa anggota rombongannya ke Yordania. Namun sesaat sebelum pertunjukan yang awalnya akan menampilkan tarian dari Suku Amis sebagai tarian pembukaan, ternyata tidak dapat naik ke panggung, karena kostum penari dengan lengan terbuka tidak dapat diterima dalam adat istiadat setempat. Setelah melalui negosiasi, tarian segera diganti dengan “Tarian Gurun Pasir” budaya tradisional Suku Badui dari Timur Tengah dan Afrika Utara. Begitu tarian berakhir, para penonton orang Yordania yang ada di tempat langsung berdiri dan memberikan tepuk tangan meriah, karena ini adalah tarian yang dapat dipahami oleh semua orang Badui yang hadir.
Mengingat kembali pertunjukan ini, perasaan hati Fatema Chao tersendat penuh emosi mengatakan, “Tarian adalah sebuah kekuatan lunak, karena perbedaan adat istiadat, setelah melalui komunikasi yang sulit, akhirnya usai tampil di atas panggung bisa mendapatkan tepuk tangan meriah.” Sedangkan setelah turun dari panggung, semua penari sambil menangis mengelilingi guru Mohamed Mamdouh, karena tarian yang ditampilkan mendapat keyakinan dari warga setempat. Fatema Chao mengatakan, “Orang-orang yang hadir mungkin tidak ingat nama dari tim tari ini, tetapi yang akan diingat adalah Taiwan.”
Tarian Sarat Budaya Asia Selatan,
Kebudayaan India tidak hanya Bollywood, Jennifer Hsuan Chen Liu yang telah belajar menari di India selama 10 tahun, melalui lokakarya yang digelar di Taiwan, ia memperkenalkan kepada muridnya tarian klasik kuno Mohiniyattam yang menghargai kelembutan dan keharmonisan serta makna mudra (gerakan tangan) dalam tarian klasik untuk dapat lebih mendalami budaya India.
Jennifer Hsuan Chen Liu mengatakan, penari tarian klasik kuno sama seperti pendongeng, menceritakan kisah para dewa dan filsafat moral kepada semua pendengar, terutama tarian Mohiniyattam yang harus disertai dengan gerakan tangan (madras) yang tepat dan benar.
Jennifer Hsuan Chen Liu adalah salah satu dari sedikit penari Taiwan yang masuk ke Bollywood di Mumbai, ia pernah turut dalam pembuatan 6 film tarian di Bollywood, seperti film Dhaani Chunariya (Super Nani), Lucky Tu Lucky Me di serial film Humpty Sharma ki Dulhania, dan lainnya
Namun ia tidak ingin terkubur dalam begitu banyak penari, untuk itu Jennifer Hsuan Chen Liu ke akademi tari di Kerala India untuk mempelajari tarian klasik kuno Mohiniyattam. Ia menemukan bahwa terdapat banyak keterkaitan antara Kerala dengan etnis Tionghoa, misalnya terdapat pertandingan perahu ular di Kelara, seperti perahu naga dalam Festival Perahu Naga Taiwan; juga ada banyak bangunan ala Tiongkok, oleh karena itu ia pernah merencanakan “Festival Film Taiwan” di Keralla, dan berharap ini dapat menjadi landasan dasar bagi perkembangan festival seni Taiwan di masa mendatang.
Jennifer Hsuan Chen Liu bersama seniman lokal di Kerala mendirikan “Kala Taiwan” (dalam bahasa India, Kala bermakna “seni”). Ia berharap dapat mengabungkan kisah tradisional Taiwan seperti “Legenda Ular Putih” dengan tarian klasik kuno India, menyusun perpaduan drama tari untuk menampilkannya di Taiwan dan di India.
Seperti yang sebelumnya pernah disebutkan dalam “Geografi Kreatif” (Creative Geography), para pekerja seni semua mencari suatu tempat yang dapat menjadi katalisator di mana orang, hubungan, konsep dan bakat dapat saling terbentur sehingga menghasilkan percikan api. Bagi Mohamed Mamdouh yang datang ke Taiwan, dan Jennifer Hsuan Chen Liu yang telah menghabiskan 10 tahun bepergian antara Taiwan dan India, mereka semua telah mendapatkan tempat untuk berkontribusi dalam jangka panjang.
Grup Tari Tradisional Rakyat Timur Tengah TW-EGY menampilkan tarian tradisional Penduduk Asli Amis di India. (Foto: Grup Tari TW-EGY)