Penginapan Remaja
Titik Awal Bertualang di Taiwan
Penulis‧Cindy Li Foto‧Chuang Kung-ju Penerjemah‧ Farini Anwar
Desember 2024
Penginapan remaja tidak saja menyediakan ruang istirahat bagi pelancong, melainkan juga menjadi hub yang membawa mereka menjelajahi sudut-sudut kota.
Penginapan remaja memungkinkan wisatawan menikmati penginapan dengan harga terjangkau, untuk waktu singkat menginjakkan kaki di suatu kota, menghirup udara di tanah yang berbeda, merasakan kekayaan ragam budaya dan menjalin perjodohan dengan “Taiwan”.
Sketsa-sketsa gambar dengan pulpen menghiasi dinding putih, mendokumentasikan gambaran lobi Star Hostel dari waktu ke waktu, pelukisnya adalah setiap tamu yang pernah datang menginap.
Penginapan Remaja Sebagai Rumah di Taiwan
Jendela kaca besar seakan-akan didesain untuk mengumpulkan sinar matahari di seluruh Taipei bagi pelancong, dipadukan lobi berbahan bangunan kayu dengan langit-langit tinggi, dan dilengkapi tanaman hijau, membuat pelancong yang berbaring di sana serasa berada di rumah sendiri, berselimutkan sinar matahari. Konsultan Manajemen Hostel, Joyce Han membeberkan, rumah kayu dua lantai yang paling sering terlihat dalam sketsa gambar adalah bangunan yang mewakili desain Taiwan pada era tahun 1940 – 1950 an, dibangun dengan menggunakan kayu pohon cedar yang didaur ulang, dan tatami yang ada di dalamnya adalah rancangan dari pengrajin kayu Taiwan.
Berbeda dengan lobi penginapan remaja lainnya yang umumnya ada suara bising, lobi Star Hostel tidak saja menjadi area yang memberikan kebebasan bagi pelancong untuk berinteraksi, dengan struktur-struktur kayu “pojokan tersembunyi”, juga menyediakan tempat bagi pelancong yang memerlukan privasi di lobi hostel.
Selepas tengah hari, pemandangan yang kerap terlihat di lobi adalah tamu-tamu dengan pakaian santai dan bersandal rumah, memang sudah meminta tamu yang menginap untuk menukarkan sepatu mereka dengan sandal rumah pada saat masuk ke hostel, “Karena ini merupakan kebiasaan di Taiwan, desain di dalam rumah ada rumah, agar setiap pelancong dapat beristirahat dengan relaks di sini.”
Hujan di suatu sore, wisatawan berkumpul di meja pendek berbagi kudapan khas Taiwan yang mereka beli di sekitar penginapan.
Melihat Taipei dari Perspektif Berbeda
Penginapan remaja berlokasi di area komersial belakang Stasiun Utama Taipei, hanya sekitar 10 menit berjalan kaki ke atau dari MRT Bandara. Jalan-jalan kecil di sekitar terdapat papan-papan nama toko tua yang ditulis dengan tangan, ada toko barang-barang plastik, perlengkapan jahit, besi dan lainnya, juga ada kedai yang menjual kuah iga renyah, es mitaimu dan bakpau lada panggang dan makanan lainnya. Dari hostel ini hanya dengan berjalan kaki sudah dapat menjangkau pasar malam, tempat-tempat peninggalan bersejarah dan tempat wisata lainnya.
Dengan memanfaatkan keunggulan ini, penginapan remaja mengajak wisatawan untuk menjelajahi pasar malam Ningxia, kawasan pegunungan atau pasar tradisional dan lainnya yang mungkin hanya orang Taiwan sendiri yang mengetahui kawasan-kawasan ini, perjalanan mendalami Taipei membuka panca indera.
Joyce menyampaikan, melalui tim di mana setiap orang memiliki peran tersendiri, memperkenalkan Taipei selain aspek sebagai kota metropolitan kepada para wisatawan yang baru mengenal Taipei. “Kami berharap agar wisatawan asing dapat mengenal Taipei dengan titik awal penginapan remaja, kemudian ke tempat-tempat lainnya di Taiwan.” tuturnya.
Bingkai-bingkai sketsa gambar tergantung di ruang umum, menyimpan setiap penampakan dari setiap pelancong saat check in.
Terbuai Dalam Aroma Buku Tainan
Konstruksi jaringan transportasi yang lengkap di seluruh pulau Taiwan membuat pelancong dapat menggunakan berbagai alat transportasi seperti kereta api, kereta peluru dan lainnya untuk menjelajahi tiap-tiap kota di seluruh Taiwan.
Di antaranya Tainan, sebagai ibukota kuno berusia ratusan tahun, seakan-akan mikrokosmos sejarah Taiwan terkonsentrasi di satu kota.
Apalagi, kedai kopi yang telah beroperasi dari pukul 5 pagi, gerobak penjual mie yang mulai berjualan pukul 11 malam, atau restoran-restoran kecil tetap libur pada hari libur, apa adanya orang Tainan yang ingin ditunjukkan kepada orang lain, sehingga orang luar yang datang ke Taiwan juga mau tidak mau mengikuti “budaya setempat”.
Toko buku “CaoJi” yang mendapat predikat toko buku bekas paling berkarateristik diambil alih oleh pasangan suami istri Emily Chuang dan Chou Jung-tang pada tahun 2017. Kegigihan dan kegemaran Cai Han-zhong, sang pemilik lama toko buku ini dikemas dalam sebuah penginapan remaja, yang sekarang ini menjadi “CaoJi Book Inn”.
Rak buku yang membentang dari koridor hingga ke ruang resepsionis, bagaikan sepasang tangan yang menyambut wisatawan berjalan masuk ke dunia lautan buku, koleksi bukunya ada lebih dari 50 ribu buku.
Setelah membuka rak buku, kami berjalan memasuki rak buku lainnya untuk menemukan tempat tidur. Emily Chuang menyampaikan, pernah ada tamu yang menggambarkan proses menginap di sini bagaikan memasuk dunia fantasi. Namun berbaring di tempat tidur yang terletak di antara rak-rak buku, aroma kayu dari bantal dan buku dapat dirasakan benar-benar nyata.
Rak buku yang membentang dari ruang bawah tanah hingga ke lantai satu, galeri seni di bawah kisi-kisi rangka besi saling bersilang tidak memberikan kesan sesak, semua adalah area unik yang sudah ada sejak masa toko buku CaoJi.
Ranjang tingkat seperti di asrama sekolah pada umumnya merupakan salah satu unsur dasar di penginapan remaja.
Emily Chuang mendesain lantai satu CaoJi menjadi ruang terbuka untuk umum, menyambut mitra yang gemar membaca seperti dia untuk datang membaca buku.
Interaksi Hangat dari Peraturan Ketat
Berbeda dengan kebanyakan penginapan remaja pada umumnya yang menempatkan lobi di lantai bawah, CaoJi Book Inn menjadikan lantai satunya sebagai ruang yang terbuka untuk umum, menyambut orang-orang yang lewat untuk datang membaca buku, dengan satu persyaratan yaitu pengunjung harus membaca satu jam.
Emily Chuang mengatakan, “Karena sekarang ini sangat sedikit orang yang suka baca buku, untuk itu saya sangat menghargai orang yang suka baca buku.” Peraturan ketat yang diberlakukan juga menarik mitra pecinta buku sejati.
Ia berbagi cerita bahwa pernah ada seorang anak kecil menemukan buku asli yang ia sukai dan bertanya apakah bisa membelinya. Emily Chuang yang tidak menjual buku akan terlebih dulu mengajaknya masuk ke ruang baca dan memilih buku, setelah memastikan kembali niat dari anak tersebut, barulah terakhir dengan murah hati memberikan bukunya.
Terkait standar yang ditetapkan tidak dapat ditawar sama sekali, Emily Chuang beranggapan asalkan saling menghormati satu sama lain barulah dapat menciptakan lingkungan hidup yang nyaman.
Yang tersembunyi di balik prinsip ini sebenarnya adalah kepedulian yang begitu cermat pada tamu yang tinggal. Penggunaan tiang kayu untuk batang penarik tirai, kunci dengan nomor sandi manual untuk lemari penyimpanan barang, semua ini menunjukkan bagaimana ia bersikeras untuk menciptakan lingkungan ruang istirahat yang berkualitas tinggi. Tas jinjing yang disediakan di setiap tempat tidur adalah berdasarkan pertimbangan setelah melihat banyak penginapan remaja lainnya sebagai tas perlengkapan mandi berharap tamu yang menginap bisa merasa aman dan nyaman saat mencuci.
Di ruang yang tampaknya dirancang sesuka hati, ternyata setiap sudut tertata dengan sangat cermat dan teliti, keunikan CaoJi Book Inn ini mungkin hanya ada di Tainan.
Tas jinjing berwarna hijau putih yang tergantung disediakan untuk wisatawan yang menginap di CaoJi Book Inn, merasakan suasana khas Tainan.
Wow Hostel Hualien berharap dapat berfungsi sebagai “Hub” memandu wisatawan dari berbagai negara untuk menjelajahi kemungkinan tanpa batas dari Hualien.
“Bermain” Tanpa Titik Akhir
“Jika dikatakan Taipei adalah titik awal berwisata, maka Hualien adalah tempat tujuan wisata.” Demikian sebuah perkataan yang disampaikan Marco Yeh, pimpinan dari Wow Hostel Hualien, menggambarkan pola pikir dari sebagian besar pelancong yang berkunjung ke Hualien.
Panjang dari selatan ke utara sekitar 150 km, kota di bagian timur yang diapit oleh pegunungan sentral dan pegunungan pesisir, yang paling dikenal orang adalah kekayaragaman pemandangan alam yang indah, banyak pelancong yang datang ke Hualien untuk menikmati karya seni dari Yang Maha Kuasa ini, tetapi Marco Yeh mengatakan, “Sudah pasti Hualien tidak hanya itu saja.”
Ia mengacungkan tangan kanannya, dan 3 jari dari kiri ke kanan menunjukkan 3 jalur yang berbeda untuk bermain di Hualien. Dari kawasan kota Hualien mengarah ke utara, ada Qixingtan di mana orang yang bisa menumpukkan tujuh batu maka bisa membawa keberuntungan. Gereja Katolik Xincheng memadukan tiga agama, juga ada Taman Nasional Taroko yang terbentang megah, menelusuri Jalan Raya Provinsi 9 mengarah ke selatan, dapat terlihat kuil Jian Qingxiu dan lainnya. Sekelompok bangunan zaman kolonial Jepang yang masih terawat dengan baik, Danau Liyu yang dikelilingi dengan pegunungan hijau, dan kawasan Taman Budaya Kehutanan Lintianshan di Fenglin dan lainnya. Jalan Raya Provinsi 11 dekat pesisir pegunungan, menemani pelancong dengan keindahan panorama laut ke tempat-tempat dengan pemandangan indah seperti Shitiping, sawah bertingkat Xinshe, jalan setapak Dashibishan dan Niushan Huting serta lainnya.
Berbicara sampai di sini, Marco Yeh menyeletuk, “Tempat-tempat menyenangkan tidak dapat diceritakan dalam waktu sekejap, Hualien juga bukanlah tempat yang dapat dilihat dalam satu hari saja.”
Suasana khas Taiwan yang kental akan terasa begitu memasuki Wow Hostel Hualien.
Selain ranjang susun biasa, Wow Hostel Hualien juga menyediakan kamar bagi pesepeda, dengan ruang kamar “tinggal bersama” sepeda.
Penginapan Remaja bagi Semua Orang
Marco Yeh beranggapan, motivasi penggerak wisatawan untuk datang berkunjung selalu berawal dari daya tarik suatu kota, dan penginapan hanyalah sebuah “Hub” agar pelancong bisa mendapatkan satu tempat tinggal yang aman dan nyaman untuk beristirahat saat mengunjungi negeri asing. Ia juga mengemukakan, semangat backpacker dari penginapan remaja membawa wisatawan yang ingin menjelajahi dan mendalami Hualien, dengan adanya mereka baru dapat terus menyuntikkan vitalitas bagi Hualien.
Lebih lanjut Marco Yeh mengungkapkan, bahkan penginapan remaja di era sekarang ini bukan lagi khusus untuk remaja. Marco Yeh menganalisa, setelah melewati era pandemi yang tidak dapat diprediksi hidup atau mati, kelompok paruh baya bahkan kelompok lansia mulai menikmati “puber kedua” mereka.
“Kesembronoan anak muda adalah karena ketidaktahuan, tetapi sekarang adalah menikmati kesembronoan.” Marco Yeh beranggapan, wisatawan dewasa dalam dan luar negeri yang datang ke Hualien berharap tidak ingin menyia-nyiakan sisa hidupnya, tidak keberatan dengan naik turun ranjang bertingkat, malahan menjadi bahan untuk kelak bernostalgia. “Mereka mengatakan, seumur hidupnya ia sudah pernah tinggal di beragam hotel mewah, hanya belum pernah tinggal bersama dengan teman karib, teman sekolah dan teman kerja.”demikian tuturnya.
Suasana hati yang sama mungkin juga dialami Marco Yeh saat pulang ke kampung halamannya di usia 50 tahun. Ia yang bertekad belajar di berbagai bidang, sehingga bidang industri, medis, numerologi, pariwisata dan lainnya bukanlah masalah baginya, bahkan sempat terbang ke pelosok dunia demi kesempatan kerja. Setelah mendaki pegunungan tinggi dan melihat pemandangan-pemandangan dunia yang indah, barulah ia menyadari bahwa ia belum pernah memperkenalkan keindahan sungai dan pegunungan di kampung halamannya sendiri pada dunia. Ia menghela napas, “Pada saat itu saya baru menemukan ternyata pemandangan yang benar-benar indah dalam perjalanan pulang.” Pada tahun itu langsung bertekad hati memutuskan bersama kakak dan adik sepupu kembali pulang ke kampung halaman untuk mendirikan Wow Hostel, mungkin ini juga merupakan masa puber keduanya.
Masih bingung harus berwisata ke mana di Taiwan? Ayo berangkat, jadikan penginapan remaja kami sebagai titik awal, jelajahilah kota dengan kemungkinan tanpa batas, rasakan Taiwan yang dipenuhi dengan sentuhan kehangatan kemanusiaan, dan juga kehidupan masa depan Anda yang tiada habisnya.
Marco Yeh yang sempat bertualang di tiap tempat, pada akhirnya memilih pulang ke kampung halamannya Hualien, memperkenalkan keindahan Hualien pada dunia.
Seniman Hualien Hsieh Chung-hui mengabadikan pengalaman seru arum jeram di salah satu sudut Wow Hostel Hualien, menampilkan keunikan pemandangan Taiwan kepada para tamu dari seluruh dunia.