Kesegaran Makanan Laut
Pasar Ikan di Selatan dan Utara Taiwan
Penulis‧Cathy Teng Foto‧Jimmy Lin Penerjemah‧Farini Anwar
April 2023
Ikan-ikan memenuhi lantai merupakan suasana hati panen ikan di pasar ikan Donggang.
在台灣社會「魚」是美好豐足的象徵。年節喜慶的餐桌上,必定有一尾魚,而且長輩會叮囑別吃光了,因為要「年年有餘」。台灣四面環海,全球第二大的洋流黑潮終年經過台灣,形成周邊的天然漁場,漁業資源豐富。島上的居民走一趟魚市場,就把各式的EPA、DHA等營養帶回家。
Masyarakat Taiwan menganggap ikan sebagai simbol keindahan dan kelimpahan. Hidangan di meja makan perayaan Tahun Baru Imlek pasti dan harus tersaji seekor ikan, dan lagi para senior akan mengingatkan untuk tidak menyantapnya sampai habis, agar dapat “Nian nian you yu”(makna harfiah: terdapat surplus di setiap tahunnya, merupakan salah satu kata keberuntungan untuk Tahun Baru Imlek, di mana “yu” yang berarti surplus sama pelafalannya dengan “yu” yang berarti ikan dalam Bahasa Mandarin).
Taiwan dikelilingi oleh lautan, arus Kuroshio yang merupakan arus laut terbesar kedua dunia, sepanjang tahun melewati Taiwan sehingga membentuk area penangkapan ikan dan sumber perikanan alam yang kaya. Penduduk yang bermukim di pulau ini dengan mendatangi pasar ikan maka dapat membawa berbagai ragam nutrisi seperti EPA, DHA dan lainnya pulang ke rumah.
Stan di Pasar Ikan Huaqiao sarat akan ikan-ikan segar.
Ikan Tuna Memakmurkan Desa Kecil
“Saya adalah orang pertama yang menangkap seekor ikan tuna hitam di pasar ikan Donggang” ujar Su Jin, kepala nelayan yang berusia 80 tahun lebih, mengenang kembali kisahnya bersama dengan ikan tuna hitam pada tahun 1971. “Kali itu, kami melaut untuk menangkap ikan tuna, tetapi saya yakin ikan tuna yang terjerat pasti sangat besar, sedangkan benang jaring untuk menangkap ikan tuna lebih halus, tidak boleh ditarik dengan kuat, karena bisa putus, jadi hanya dapat bergulat selama satu dua jam hingga sang ikan tuna tidak bertenaga lagi barulah menaikkannya ke atas kapal.”
Pada masa itu, hasil tangkapan ikan di Pelabuhan Donggang masih belum diekspor. Su Jin mengemukakan, berkat upaya keras dari Ketua Lin De-he dan rekan-rekan lainnya barulah kami mulai mengekspor ikan layaran dan ikan tuna ke Jepang, kemudian ikan tuna hitam pun masuk ke pasar Jepang.
Sejarawan Donggang sekaligus pendiri Donggang Cultural and Historical Space, Su Huang-wen menceritakan tentang sejarah perkembangan Donggang. Semasa Dinasti Qing, Donggang dikenal sebagai pelabuhan perdagangan, pada masa akhir pendudukan Jepang di Taiwan, Teluk Dapeng yang berdekatan dengan Donggang dijadikan sebagai pelabuhan markas amfibi, dan Donggang dijadikan sebagai pusat militer penting. Dengan investasi pemerintah di daerah untuk pembangunan 10 proyek konstruksi utama pada era tahun 1970-an, industri perikanan dan ekspor produk perikanan mulai membangkitkan kemakmuran Donggang.
Su Jin yang begitu lulus dari Sekolah Dasar (tahun 1956) langsung naik ke atas kapal untuk belajar, di usia 20-an tahun menjadi kapten kapal. Su Jin menceritakan berlimpahnya kekayaan sumber daya di perairan pesisir Taiwan, tetapi selaku kapten kapal ia harus mengetahui ingin menangkap ikan apa, ke area perikanan mana, menggunakan peralatan penangkapan ikan apa setiap kali akan melaut. Su Jin menangkap ikan tuna yang lebih besar dibandingkan dengan kapal lainnya, dan dengan harga jual yang lebih baik, membuat kehidupannya juga perlahan-lahan semakin makmur.
Yang menarik adalah Upacara Penyambutan Wangye yang terkenal di Donggang juga menjadi bukti sejarah masa itu. Dahulu, kapal Wangye yang dibakar dalam Upacara Penyambutan Wangye terbuat dari kertas, dan semua biaya serta pembuatan dilakukan oleh penduduk setempat sendiri. Su Huang-wen mengemukakan, “Kapal Wangye pertama terbuat dari kayu pada tahun 1976, ini juga merupakan masa di mana kehidupan masyarakat yang bergantung pada laut berangsur-angsur menjadi makmur.”
Pemerintah Kabupaten Pingtung menyelenggarakan “Festival Wisata dan Budaya Ikan Tuna Hitam Pingtung” pada tahun 2001, memadukan industri perikanan, pariwisata dan festival merek setempat yang memberikan arus keramaian yang berbeda bagi Donggang.
Kebanggaan Donggang lainnya adalah penduduk nelayan setempat membentuk koperasi produksi dan pemasaran udang sakura, melalui disiplin mandiri penghentian sementara (moratorium) penangkapan ikan, pengaturan standar waktu dan jumlah penangkapan, sumber laut yang berkesinambungan dapat dipertahankan. Konservasi udang sakura membuat harga pasarnya semakin tinggi, memberikan keuntungan dan manfaat bersama bagi kesinambungan manusia dan laut.
Barang dagangan ditumpuk bagaikan bukit kecil di depan toko, ini merupakan fenomena sehari-hari di jalan Dihua.
Jalur Estafet Pasar Ikan
Pasar Ikan Dongang di bagian selatan Taiwan bersiap-siap untuk mulai beroperasi pada pukul 02.00 dini hari. Yang pertama adalah transaksi pasar ikan pukat, para penjual ikan di pasar tradisional, restoran, katering dan lainnya yang membutuhkan bahan pangan dalam jumlah besar semua datang untuk membelinya.
Terlihat 3-5 orang berjongkok bersama membentuk lini produksi, memotong kepala ikan bandeng, membersihkan isi perut, kemudian memotongnya menjadi irisan perut ikan seperti yang biasa terlihat di pasar atau produk kemasan. Banyak bahan pangan yang diproses terlebih dulu di sini, baru kemudian diantar ke masing-masing pedagang, pemandangan seperti ini hanya dapat terlihat di pasar grosir.
Pasar ikan pukat perlahan-lahan bubar pada pukul 06.00 pagi, sementara di dermaga lainnya kapal ikan mulai membongkar muatan. Terlihat kaum ibu yang memegang “kail” atau mendorong gerobak datar membantu menurunkan ikan dan menimbangnya. Dulu, perempuan tabu untuk naik ke atas kapal maka hanya bisa di dermaga, membantu pekerjaan di luar kapal dan mendapat sedikit imbalan untuk biaya hidup. Karena membongkar muatan kapal dilakukan di bagian mendekati haluan kapal, para perempuan ini pun mendapat sebutan “mereka yang ke haluan kapal”, pemandangan seperti ini masih dapat terlihat di Donggang.
Bersamaan waktu dengan membongkar muatan, “mereka yang ke haluan kapal” bergerak cepat menurunkan ikan satu per satu dibariskan dengan rapi di lantai menanti saat lelang. “Terdapat dua metode penjualan di pasar ikan segar Dongang; tawar menawar harga dan lelang,” jelas Ketua Pasar Ikan Asosiasi Industri Perikanan Kawasan Donggang, Deng Zi-bin. Banyak kapal yang telah menjual seluruh hasil tangkapannya dengan harga yang telah ditawarkan sebelum berlabuh, tetapi juga ada kapal yang merekrut juru lelang untuk melelang hasil tangkapannya.
Pukul 12.00 siang, lampu pasar sore “Pasar Ikan Huaqiao” yang terletak di sebelah dermaga kapal feri menyala, terdapat 400 lebih stan yang dapat memuaskan mata dan mulut. Jika memasuki kawasan ini, Anda bisa menanyakan penjual tentang nama ikan, tekstur dan cara memasak dari jenis makanan laut yang dijualnya, selain itu juga dapat membeli ikan segar dan meminta restoran setempat untuk memasaknya, menikmati rasa gurih tanpa jarak dari tempat produksi hingga ke meja makan. Hiruk pikuk akan terus terdengar di Pasar Ikan Huaqiao, dan lampu baru dipadamkan sekitar pukul 08.00-09.00 malam. Selang beberapa jam kemudian lampu pasar ikan pukat di sebelahnya kembali menyala, demikianlah keseharian pasar ikan.
Pasar ikan pukat sudah mulai bertransaksi sejak pukul 02.00 dini hari dan baru berakhir setelah langit terang.
Juru lelang menyerukan harga dengan cepat, dan transaksi selesai dengan isyarat tangan dan pandangan mata.
Banyak warga yang khusus ke Donggang untuk mendapatkan “ikan tuna hitam” yang ada pada musim tertentu saja.
Pengiriman Makanan Segar Langsung di Utara Taiwan
Melangkah keluar dari Stasiun Kereta Api Keelung pada pukul 11.00 malam, aroma amis menyengat langsung menyambut hidung saat berbelok dari Jalan Zhong Yi ke Jalan Xiao Yi. Pintu gulung besi yang terkunci rapat di siang hari, pada saat ini terbuka lebar, mobil truk besar datang silih berganti, kotak-kotak styrofoam untuk menjaga agar ikan di dalamnya tetap dingin di atas mobil pun diturunkan.
Di trotoar depan pintu toko, ada 2-3 karyawan yang berjongkok memilah ikan-ikan yang baru saja diturunkan berdasarkan kesegaran, ukuran besar kecil. Berbagai jenis ikan terjejer memenuhi area depan pintu toko menanti harga baik untuk dijual.
“Dari pukul 11.00 malam barang-barang baru mulai masuk, dan kesibukan baru akan selesai hingga pukul 05.00 subuh.” Kali ini Kepala Asosiasi Persahabatan Pasar Ikan Kanzaiding, Peng Rui-qi yang juga pemilik Toko Ikan Yilong generasi ketiga yang memandu kami. “Sewaktu saya masih muda, kami baru mulai beroperasi pada jam 04.30 subuh.” Transportasi yang semakin mudah setelah berturut-turut dibangunnya jalan tol dan terowongan Hsuehshan, membuat waktu operasi terus dimajukan lebih awal. Semua pedagang dari berbagai tempat datang untuk membeli atau menitip jual produk ikannya. “Kami harus melayani konsumen dari separuh Taiwan, di bagian timur ada yang dari Hualien, dari sebelah barat hingga ke Taichung, semua datang ke sini,” tutur Peng.
Sejarah paling awal dari Kanzaiding dapat ditelusuri hingga ke masa Dinasti Qing. Peng Rui-qi sambil menunjuk kontruksi bangunan-bangunan di seberang toko Yilong mengatakan, “Dulu tempat itu adalah sungai, kapal dapat merapat dan langsung menurunkan muatannya di depan toko pada saat pasang naik, sedangkan di saat pasang surut maka harus mengangkutnya dengan menggunakan tangga batu, inilah asal mula penyebutan nama ‘Kanzaiding’ (arti harfiah: puncak tepi sungai).”
Dahulu Kanzaiding tidak seperti sekarang ini yang hanya menjual makanan laut segar saja, tetapi juga menjual produk makanan yang dikeringkan dan acar, dan Peng Rui-qi adalah salah satu orang yang mentransformasikan pasar, “Saya dan ayah membahasnya semalaman, ia bertanya bagaimana mengubahnya, saya mengatakan bahwa kita mengarah ke makanan laut segar, dan ini adalah tren masa depan.”
Ikan di pasar ikan Kanzaiding datang dari berbagai pelosok, disediakan untuk konsumen dari separuh bagian Taiwan.
Peng Rui-qi adalah penanggung jawab Toko Ikan Yilong generasi ketiga, juga adalah kamus hidup di pasar ikan Kanzaiding.
Pasar Ikan Yang Tak Pernah Tidur
Pukul 12.00 lebih, ketika toko tengah bersiap-siap untuk mulai beroperasi, sudah ada pelanggan yang datang, pada saat ini kebanyakan adalah pelanggan dari restoran ala Jepang.
Dini hari pukul 02.00, yang datang memilih barang kebanyakan adalah pedagang grosir, padahal saat itu barang-barang yang akan dijual masih diturunkan dari truk. “Keunikan kami di sini adalah sambil memasukkan dan sambil menjual barang dagangan,” ujar Peng Rui-qi. Sambil menunjukkan label penjelasan dari luar negeri yang tertulis pada kotak di atas truk, ia menjelaskan, ini adalah produk impor yang baru datang dari Bandara Internasional Taoyuan. Pasar ini memiliki dua metode transaksi penjualan yaitu dengan tawar menawar dan lelang, “Produk ikan impor dan budidaya memiliki beban biaya modal, untuk itu kebanyakan menggunakan metode tawar menawar, sedangkan produk ikan tangkap lebih banyak dilelang.”
Juru lelang dari tiap-tiap toko akan menentukan harga penawaran awal berdasarkan jumlah dan kualitas ikan. Juru lelang harus bermata jeli dan mampu merespons cepat untuk dapat menguasai perubahan pasar, serta memutuskan harga yang dapat memuaskan penjual dan pembeli dengan cepat. Peng Rui-qi menjelaskan, metode penjualan aktif seperti ini dalam Bahasa Hokkien disebut “武市” (pelafalannya: bú-tshī, arti harfiah: pasar perang), apabila hanya berdiam diri menanti tamu datang disebut “文市” (pelafalannya: bûn-tshī), dari penggunaan kata sudah dapat menunjukkan keunikan dari kedua bentuk penjualan tersebut.
Juru lelang yang dilatih oleh masing-masing toko memiliki gaya yang berbeda. Peng Rui-qi mengatakan, “Toko kami memiliki trik yang tidak dapat dipelajari oleh orang lain, juru lelang terus menyesuaikan harga, pada saat penyesuaian harga tertinggi maka harga hanya disebutkan satu kali saja dan menarik panjang suku kata terakhir, agar dapat langsung terjual dengan kecepatan transaksi yang sangat cepat, di sinilah kehebatan juru lelang.” Kecepatan juru lelang dalam berbicara membuat suasana tempat lelang menjadi tegang, bersamaan itu juga pengaturan ritme lelang merangsang pembeli untuk membeli, ini merupakan pemandangan yang paling menarik di Kanzaiding.
Orang di pasar semakin ramai pada pukul 03.00 subuh, pedagang ikan pasar tradisional berdatangan untuk membeli barang dagangan yang akan dijual lagi di pagi hari yang sama. Semakin malam semakin indah, pada pukul 04.00 dini hari, suara juru lelang dari masing-masing toko mulai mereda, satu per satu keranjang dan tumpukan ikan sudah terjual, yang terlihat hanya kesibukan juru lelang menimbang ikan dengan timbangan elektronik, memastikan berat yang ditimbang lalu memberikan isyarat tangan dan pandangan mata dengan pembeli bahwa transaksi sudah berhasil. Harga transaksi berdasarkan satuan kati (1 kati = 600 gram), pegawai yang ada di sampingnya akan menghitung dan melaporkan total harga yang dihitung dengan kalkulator, sementara satu orang lainnya akan mencatat dan menerima pembayaran uang tunai, cara yang praktis dan cepat, selesai dalam waktu tidak sampai satu menit.
Seperti yang diprediksi Peng Rui-qi, semua produk ikan sudah terjual habis pada pukul 05.00 pagi. Para pegawai mulai mencuci peralatan, menyikat lantai. Menengadah ke langit yang sudah terang, dan kota ini baru saja terbangun dari tidurnya, tetapi momen pertempuran paling seru di kawasan ini telah berakhir, reputasi sebagai tempat yang gagah dan berani untuk tempat ini ternyata benar adanya.
Langit perlahan-lahan terang, kota ini baru saja terbangun dari tidurnya, tetapi Kanzaiding telah mengakhiri momen pertempuran yang paling seru.