海納百川,有容乃大。城市之所以偉大,也在於包容力。因為包容,城市能再創造共同的歷史記憶,形塑高雄港灣大城的文化底蘊。
移民,是港都高雄的城市性格,高雄的移民,從哈瑪星、鹽埕一帶開始。
鹽埕區,僅次於哈瑪星成為高雄最早開發的一區,崛江周邊,棋盤交錯的老街,找間老派的咖啡館,請上了年紀的店家老闆訴說高雄與港區的歷史興衰,例如拆船業、成衣業等等,他們都非常樂意,高雄老行業的沒落與新行業的興起,都是當下文創工作者最佳的題材與豐富的養分。
Posisi Kaoshiung berdekatan dengan samudera, transformasi besar di lokasi ini berjalan hampir 20 tahun lamanya membangun moda transportasi (kereta Mass Rapit Transit, MRT) dan perubahan ruang lingkup (sungai Ai dan pelabuhan), upaya pembangunan ingin merubah kesan di masa lampau dengan pengembangan sektor industri berat.
Pada akhir tahun 2015 saat perusahaan petrokimia CPC Taiwan cabang Kaoshiung memutuskan untuk menghentikan operasional kilang minyak, kemudian di Kaoshiung muncul beberapa topik baru peduli peradaban manusia. Setiap tahun di dua musim, baik musim semi maupun musim gugur, festival kesenian musim semi Kaoshiung yang digelar selama 4 bulan dan festival perfileman Kaoshiung menjadi kegiatan yang tidak boleh terlewatkan oleh setiap penggemar film. Dari kedua kegiatan kesenian menjadikan Kaoshiung semakin populer di seluruh Taiwan maupun di mata internasional, secara perlahan kota pelabuhan ini terlepas dari kesan lalu bagaikan situasi sulit di gurun pasir tak berbudaya.
Melalui rekaman video, kita dapat melihat dengan jelas asal mula dan tampilan nyata kota Taiwan, bahkan yang lebih berkesan adalah memori budaya yang ada.
Fotografer asal Edinburgh, Inggris bernama John Thomson (1837~1921) pada tahun 1871 saat mendengar penjelasan pulau Formosa (nama lain Taiwan pemberian dari Portugal) dari dokter James Laidlaw Maxwell (1836~1921), pertama kali diutus menjalankan tugas misionaris di gereja Presbyterian Taiwan. Setelah mendengar dan merasakan, hatinya selalu merindukan dan berniat untuk mengunjungi Taiwan.
Momen Penampilan Dunia Pertama
Kemudian, rekaman video karya John Thompson dengan tampilan Taiwan menakjubkan membuat pulau harta karun ini mendapat pujian dunia internasional dan obyek dalam video tersebut adalah dua lokasi yang kini dikenal dengan Kaoshiung dan Tainan.
Pada masa tersebut John Thomson mengunjungi Taiwan sebanyak 3 kali, mendarat di pelabuhan Takao (kini dikenal dengan Kaoshiung Hamasen) dan mengabadikan Taiwan dengan pengambilan foto yang pertama. Setelah itu bergerak menuju ke utara singgah di Fucheng (kini dikenal dengan Tainan Anping), mengabadikan benteng bersejarah Zeelandia. Dengan didampingi dokter Maxwell terus melanjutkan perjalanan ke perdalaman wilayah gunung, melewati Tainan distrik Zuozhen, Kaoshiung Muhjan, Jiasianpu, sungai Laonong dan Liugui (kini dikenal sebagai distrik Neimen, Cishan, Meinong, Jiasian, Liugui dan lainnya).
Awal sebelumnya lebih dari 140 tahun yang lalu, di tengah liku-liku perjalanan melewati persimpangan lembah, John Thomson bertemu dengan penduduk aborigin suku Pingpu yang ramah. Dalam fotografi karya John Thomson menggambarkan sikap kesederhanaan, keramahan mereka terhadap tamu asing, antusias dan ketulusan suku Pingpu. Ini merupakan kata-kata pujian dari John Thomson terhadap suku aborigin Taiwan Selatan (suku Siraya dan suku Makatto).
Bermula dari Takao Hingga Hamasen
Hamasen merupakan salah satu distrik perkotaan tua Kaoshiung, posisi utama terletak di area jalan tua rel kereta api pada bagian Kaoshiung Utara di distrik Gushan kota Kaoshiung. Setiap liburan dan akhir pekan, tempat ini dipadati mobil dan pengunjung, bahkan bus pariwisata tidak diijinkan untuk memasuki wilayah ini, bus pariwisata dapat berhenti di lokasi parkir sekitar dermaga Banana, kemudian penumpang berjalan kaki memasuki area jalan tua tersebut.
Asal mula sebutan Hamasen, diambil dari artian kata “garis pantai” dalam bahasa Jepang (Hamasen), pada masa tersebut ada dua jalan rel kereta api yang melewati area ini di sepanjang pesisir pantai mengarah ke dermaga (stasiun pelabuhan Kaoshiung), hiruk pikuk lalu lintas area ini, warga setempat terbiasa menyebut area ini dengan "Hamaxing" (bahasa Hokkien Taiwan). Warga di distrik Cijin saat memasuki perkotaan, jika tidak ingin menempuh terowongan di bawah laut di pinggiran Selatan distrik Siaogang, satusatunya alternatif lain adalah menggunakan kapal ferry, saat subuh maupun senja hari, dengan kapal ferry melintasi Cijin menikmati pemandangan fajar tatkala matahari terbit dan pijaran sinar mentari terbenam, nuansa yang tidak boleh terlewatkan oleh warga Kaoshiung bahkan pengunjung turut merasakan keindahan yang romantis.
Jalur rel kereta api tua Hamasen di kawasan Selatan, oleh Direktorat Kebudayaan pemerintah daerah kota kini area ini dirubah menjadi taman budaya stasiun kereta api pelabuhan Kaoshiung, bagian Selatan dermaga Kaoshiung bersebelahan dengan Pier-2 Art Center, setiap liburan ramai dikunjungi wisatawan, Kaohsiung Harbor Train Station saat ini difungsikan sebagai pintu keluar dari stasiun MRT Sizihwan stasiun terakhir dari jalur MRT warna jingga, dilengkapi sarana transportasi praktis sehingga lokasi mudah dijangkau.
Di sekeliling Hamasen Kaoshiung memiliki obyek yang ramai dikunjungi, keindahan, pemandangan matahari terbenam di Sizihwan sudah populer di seluruh Taiwan, wilayah busur gunung Shaochuantou menjadi kawasan taman budaya area konsulat Inggris, meliputi kediaman resmi konsulat Inggris di Takao di atas bukit dan kantor konsulat Inggris di kaki bukit dekat dermaga (institut penelitian perikanan tua). Jalan setapak mendaki gunung akan melintasi Takenori Hall Square, sebuah kediaman khusus melestarikan arsitektur gaya Jepang juga menjadi obyek wisata yang dikunjungi oleh turis.
Peduli Peradaban Remajakan Distrik Yancheng
Semua air sungai mengalir ke laut, bersikap toleran terhadap keragaman. Kehebatan suatu kota mencakup kekuatan sikap toleransi, dikarenakan bertoleransi maka kota akan mampu mengukir memori sejarah bersama, membentuk latar belakang budaya kota pelabuhan Kaoshiung. Migrasi merupakan bagian karakter kota pelabuhan Kaoshiung, perpindahan warga Kaoshiung bermula dari kawasan Hamasen dan wilayah Yancheng.
Distrik Yancheng menjadi area awal pengembangan Kaoshiung setelah Hamasen, sekeliling lokasi Jyue Jiang di persimpangan jalan, bertemu dengan kafetaria nuansa klasik, mengundang pemilik toko berusia senja menceritakan sejarah jatuh bangun perkembangan Kaoshiung dan kawasan dermaga, misalkan industri pemotongan kapal (Ship Breaking), industri pakaian jadi dan lain-lain. Mereka dengan senang hati bercerita perjalanan industri masa lalu Kaoshiung tenggelam dan munculnya industri baru, semua ini menjadi tema padat isi maupun topik terbaik bagi pengembang budaya kreatif di masa tersebut.
Hostel 3080s (參捌 dibaca Sun-Bar) terletal di jalan Wufu 4th, bangunan hostel ini sebelumnya adalah perusahaan busana pengantin Zhengmei, didirikan pada tahun 1959, kini dikelola oleh Chiu Cheng-han, tiga tahun sebelumnya, dari Taipei memilih kembali ke Kaoshiung untuk meniti karir bisnisnya, merenovasi secara besar-besaran rumah kuno neneknya, mengadopsi desain elemen peradaban manusia menjadikan kesederhanaan bagian luar bangunan di kawasan termakmur di masa tersebut di jalan Puda distrik Yancheng, ternyata hostel ini sangat disukai para hipster.
Suatu hari, hostel 3080s di lantai dua, Chiu Cheng-han bersama sahabat karib di Kaoshiung Hsieh Yi-lin sedang membahas rencana program kerjasama di tahun mendatang, Hsieh Yu-lin adalah konsultan pengembangan komunitas budaya sejarah Takao juga salah satu penanggungjawab toko buku TakaoBooks.
TakaoBooks terletak di sisi jalan lain mengarah ke jalan utama jalan Chungcheng, bagian di bawah jalan utama ini dibangun jalur kereta cepat MRT Kaoshiung warna jingga, bagian di permukaan tanah menjadi lahan yang dipenuhi dengan bangunan pencakar langit pusat bisnis pengembangan ekonomi. Posisi TakaoBooks terselip di antara kedua bagian ini, sebuah rumah klasik yang berdiri di samping gedung megah, tampak biasa saja dan tidak menarik perhatian, akan tetapi dapat merasakan sesuatu yang ajaib, suatu hal yang tidak bertentangan dengan keseimbangan, barangkali dari rumah TakaoBooks ini dapat memberikan kesan kelembutan menjadikan persepsi penampilan seketika terlihat anggun mempesona.
Pendirian TakaoBooks berjalan belum genap dua tahun, toko buku ini mendapat predikat sebagai toko buku berdikari pertama di Kaoshiung, kini kawasan Kaoshiung juga dapat merasakan kekuatan lunak yang dipancarkan dari peradaban manusia, sementara ini menjadi salah satu ruangan terpopuler di kota Kaoshiung, toko buku memainkan peran sebagai pendongeng, memilih buku untuk para pembaca, menggelar berbagai kegiatan diskusi berbagi pengalaman, dalam ruangan ini baik membaca maupun mendengar, di setiap sudut ruang membuat setiap orang merasakan kenyamanannya.
Gudang Tua Menjadi Area Khusus Seni
Penanggung jawab 72 Style Design Studio 72 bernama Macaca (Hung Min-hung), kelahiran di tahun 1990-an, berasal dari Nantou, dahulu menuntut ilmu di Kaoshiung, setelah lulus sekolah memutuskan untuk menetap dan bekerja di Kaoshiung. Lokasi studio kerjanya berada diantara gang kecil jalan Xintian pinggiran pusat perbelanjaan Hanshin, Ia menyewa rumah tua yang berusia 40 tahun dijadikan sebagai studio kerja. Di tengah malam di bawah benderang lampu, Macaca masih berjuang menyelesaikan laporan briefing untuk diberikan kepada pelanggannya di keesokan hari. Macaca memiliki banyak pengalaman di masa lalu, pernah merancang kegiatan seni budaya akbar yang diselenggarakan di Kaoshiung, baginya Kaoshiung menjadi buaian kenangan yang sangat menggoda. Oleh karena itu, pada tahun ini meneruskan profesinya memilih lokasi Da Gouding distrik Yancheng menyewa dan membuka desain studio yang ke-2.
Di ujung jalan Dayong terdapat Pier-2 Art Center, terletak di kawasan pelabuhan distrik Yancheng, di saat ini menjadi lokasi terfavorit untuk dijelajahi bagi hipster. Pier-2 berlokasi di hangar kapal ke-3 pelabuhan Kaoshiung, merujuk sebagai lokasi penghubung ke-2 bandar pelabuhan, mulai dibangun pada tahun 1973, sebelumnya adalah gudang tua yang berada di sisi pelabuhan. Pada tahun 2000 pesta kembang api di wilayah Selatan dipindahkan ke Kaoshiung, baru didapati ternyata lokasi ini masih terdapat ruang lingkup yang mengganggur dan terabaikan. Akan tetapi dikarenakan dalam waktu lama tidak terorganisir, oleh instansi berwewenang merubah bangunan tua tersebut dengan berbagai proyek pembaharuan, pada tahun 2002 proyek ini terselesaikan. “Pier-2” pada mulanya hanya sebatas areal gudang Dayong berada di ujung jalan Dayong, dalam beberapa tahun terdekat terus diperluas hingga gudang Dayi (di ujung jalan Dayi) dan gudang Penglai (di akhir jalan chihsien), fungsi platform seni dan basis budaya kreatif berjalan semakin sempurna.
Pada dekade terakhir, remediasi air sungai Ai membuat nuansa Kaoshiung berubah. Di abad saat ini, dilanjutkan dengan pembangunan moda transportasi MRT menjadi salah satu simbol kemajuan kota Kaoshiung. Kota Kaoshiung berpredikat sebagai Ocean City terus dikembangkan, berawal dari kisah kota tua menemukan masa depan, ini dijadikan sebagai basis penataan pembangunan kota terbesar di Selatan dengan fitur kehidupan yang menakjubkan.