Mengenang Memori Indah Masa Kecil
Kepuasan dan Kebahagiaan Swakriya
Penulis‧Tina Xie Foto‧Lin Min-hsuan Penerjemah‧Yunus Hendry
April 2020
坊間的手作工作坊越來越多,無論是在百貨公司或市集裡,都可見到職人們教學的身影。手作體驗逐漸成為趨勢,反映了台灣人對傳統工藝的思維正在改變。
Keberadaan studio seni kriya semakin hari semakin banyak. Baik di dalam pusat perbelanjaan atau bazar, dapat ditemukan para penggiat seni yang tengah memberikan bimbingan. Keahlian seni kriya perlahan-lahan menjadi tren, mencerminkan bahwa gagasan masyarakat Taiwan terhadap kerajinan tradisional sedang mengalami perubahan.
Di tengah lalu lalang manusia yang tengah mengamati produk superior yang dipajang di atas rak-rak pusat perbelanjaan Chung Yo Taichung, terdengar suara pukulan balok kayu di salah satu sudut, yang memecah kesunyian bangunan komersial nan elegan tersebut. Beberapa jam kemudian, sekelompok wanita dengan beberapa serpihan kayu di pakaian mereka, sambil memegang bangku kayu, tersenyum puas dan berjalan meninggalkan pintu masuk pusat perbelanjaan.
Tren Studio Seni Kriya
Pada pertengahan bulan Juli 2019, pusat perbelanjaan Chung Yo menjalin kerja sama dengan Taiwan School of Arts & Crafts. Kerja sama tersebut mencanangkan program sepuluh hari dengan tajuk “Crafts Experience Expo”, yang berhasil meluncurkan lebih dari 200 kursus kerajinan tangan (swakriya). Di tengah monoton dan sibuknya dunia konsumerisme sehari-hari, kursus ini menghadirkan nuansa pembelajaran yang hangat nan menarik. Hal ini menjadi pilihan baru di tengah-tengah pasar dan berhasil menarik banyak konsumen untuk mendaftarkan diri.
“Studio yang dibangun para pengrajin, akan menjadi tendensi di masa mendatang”. Pendiri Taiwan School of Arts & Crafts, Chen Ming-hui percaya perspektif publik saat ini terhadap seni kriya masih terhenti pada proses produksi. Namun, di masa mendatang, kursus swakriya akan menjadi pekerjaan utama para pengrajin. Di sini juga dapat terlihat bahwa industri kerajinan Taiwan akan beralih dari manufaktur tradisional menjadi layanan berbasis pengetahuan.
Integrasi Pancaindra di Sektor Pendidikan
Dalam rangka membantu transformasi industri kerajinan Taiwan dan memimpin kaum muda untuk merasakan langsung keindahannya, Chen Ming-hui mendirikan “Taiwan School of Arts & Crafts” pada tahun 2017. Melalui integrasi antar pihak sekolah dengan para pengrajin, Chen Ming-hui berharap generasi selanjutnya dapat merasakan nilai dan makna kebahagiaan dari kursus seni kriya, yang dipelajari semenjak dini.
“Apakah Anda pernah melihat getah yang menetes dari kayu?” tanya Chen Ming-hui sembari tersenyum. Di setiap kursus swakriya, para siswa tidak hanya mendengar instruksi pengoperasian yang monoton atau sekedar mendapatkan sepotong kayu kering, di sini bisa terdengar suara kapak yang sedang membelah kayu dengan menggunakan bahan kerajinan kayu segar yang masih berkulit. Melalui suara kita dapat menilai karakteristik kayu. Melalui indra penciuman, dapat tercium aroma kayu yang semerbak. Sedangkan melalui indra peraba kita bisa merasakan tebalnya setiap serat-serat kayu. Kursus kerajinan kayu yang dimediasikan dengan pancaindra, bukan sekedar pelatihan kejuruan biasa, melainkan sebuah pengalaman yang memadukan nalar dan rasa.
Transformasi Kerajinan Tradisional Menjadi Layanan DIY
Tren gelombang transformasi ini juga memengaruhi beberapa pabrik tradisional untuk berkembang ke arah pendidikan dan pengajaran DIY. Studio Sunrise Driftwood Workshop, yang terletak di dekat stasiun Duolang Taitung, didirikan setelah bencana Taifun Morakot melanda di tahun 2009 silam. Studio ini berhasil memecahkan persoalan kayu-kayu hanyut yang disebabkan bencana tersebut. Selama sepuluh tahun terakhir, ragam masalah pun muncul secara bertahap, di dalam studio yang berorientasi pada proses produksi ini. Studio kerajinan kayu yang terletak jauh dari lokasi pasar dan pemasok toko furnitur, membuat beban pengiriman melambung tinggi. Setelah dikurangi biaya transportasi, hanya ada sedikit keuntungan yang tersisa. Terinspirasi dari nilai ekonomi yang ditawarkan kursus DIY, studio ini secara bertahap beralih menjadi basis studio kerajinan dan pembelajaran bahan produksi.
“Hutan luas yang terletak di belakang Sunrise Driftwood Workshop, merupakan sumber bahan pembelajaran terbaik bagi para pengrajin kayu”. Chen Ming-hui menyampaikan, meskipun kekurangan sumber daya kayu untuk proses produksi furnitur, namun kawasan Duoliang memiliki bahan pembelajaran kayu yang kaya, dan dapat dipergunakan oleh pihak sekolah untuk kelas kerajinan. Kegiatan lokakarya, yang memadukan karakter unik dan cerita wilayah setempat, dapat memberikan pengalaman tersendiri bagi para konsumen.
Transformasi studio kerajinan kayu, merupakan salah satu bagian dari pelayanan Taiwan School of Arts & Craft. Selain itu, masih ada pengembangan fondasi pelatihan bagi para pendidik. Para pengrajin yang pernah memperoleh pelatihan, membuka kelas-kelas bagi pihak luar, mengubah prosedur produksi menjadi desain pembelajaran dan konsep DIY. Praktik manual, membuat para konsumen memahami detail teknik dan material yang ada. Kerajinan tidak lagi hanya sebuah bentuk komoditas, melainkan proses tak terlupakan dari setiap individu yang mencari kepuasan antara rasa dan pengetahuan.
Menghidupkan Kembali Kenangan Masa Kecil
Fun-Maker yang berlokasi di kawasan Neihu Kota Taipei, adalah sebuah studio yang menerapkan teknik pemotongan laser. Karya-karya utamanya adalah instrumen kayu, meliputi ragam senapan yang muncul di televisi atau perkakas sehari-hari seperti jam, kotak piknik, speaker portabel dan lain-lain.
Ketika memasuki studio ini, pandangan akan tertuju pada mainan kayu yang terletak di pintu masuk, seperti bola taman hiburan, jam roda-gigi, dan lampu meja yang berukiran “Turning Taiwan”. Roda-gigi yang disematkan bersama dengan dudukan lampu berbentuk Pulau Taiwan tersebut, memiliki keunikan tersendiri. Setelah memutar gagang tangan, bola lampu akan menyala. Kreasi yang memesona, sekejap mengembalikan nostalgia dan membangkitkan rasa penasaran para pengunjung, layaknya anak-anak kecil.
Pemilik perempuan, Joan Yang menunjuk ke dinding yang penuh dengan foto. Sambil tersenyum ia berkata, “Itu adalah memori para tamu, dan juga bagian dari kami”. Orang-orang dalam foto tersebut, ada yang tua dan ada yang muda. Mereka adalah pelancong dari berbagai negara, ada dari Taiwan, juga ada dari Hong Kong, Makau, Malaysia dan lain-lain. Meski datang dari negara berbeda, namun mereka memiliki kesamaan, yaitu senyuman ceria saat mengabadikan gambar bersama dengan karya-karya buatan tangan sendiri.
Pemilik pria, Mac Yu dengan perlahan-lahan mengambil senapan kayu dari dinding, kemudian dengan lugas memperkenalkan prosedur pengoperasian senjata tersebut. Setelah itu, ia membidik ke papan target kayu yang berbentuk manusia di atas meja. Bidikan tersebut berhasil menjatuhkan papan target penembak. Kekuatan yang dikeluarkan membuat orang-orang sulit percaya. Senapan kayu yang diletakkan di dinding, hanya berpeluru karet gelang. Mac Yu tidak banyak berbicara, hanya dengan bangga memperkenalkan secara singkat seluruh karya-karya yang ada. Dapat terlihat luapan kegembiraan dan antusias dari tatapan matanya.
Momen Desain DIY yang Dirancang Cermat
“Produk kami adalah pengalaman”. Joan Yang percaya, studio Fun-Maker yang memberikan pengalaman, membuat konsumen dapat merasakan keceriaan saat berkreasi dalam momen kesendirian. Di samping itu, mereka akan termotivasi untuk menyelesaikan karya-karya yang tengah dikerjakan. Dalam rangka mengkreasikan pengalaman; dekorasi, teh, dan kain celemek, serta seluruh desain yang ada; dibuat sedetail mungkin untuk menciptakan atmosfer layaknya di rumah sendiri.
Guna memungkinkan para hadirin menikmati momen kesendirian yang langka tersebut, meski Fun-Maker bisa menampung delapan siswa per satu sesi, tetapi mereka juga dapat menerima permintaan untuk sesi secara individu. Sehingga ada tamu yang setiap tahun membuat reservasi perseorangan sambil memanfaatkan momen perayaan ulang tahun, dengan mengkreasikan karya untuk dihadiahkan bagi diri sendiri. Pada akhirnya, mereka dapat menikmati momen yang tenang, di saat terpenting dalam kehidupan mereka.
Di ruangan ini, setiap orang dapat memilih jenis kayu sesuai dengan tema mereka pribadi, kemudian mengkreasikan karya unik tersendiri. Dahulu, terdapat salah satu perwira perempuan yang akan dikirim ke Amerika Serikat untuk pelatihan, ia pun datang ke sini menciptakan senapan jenis Winchester dan Submachine P90. Kemudian ia membawa kedua senjata tersebut, sebagai media untuk menjalin komunikasi dengan warga AS. Selain itu, masih ada seorang gadis yang berdomisili di Kepulauan Lanyu yang keluarganya membuka usaha toko kelontong, datang ke studio mempelajari teknik pemotongan laser. Karena persaingan toko waralaba pertama yang akan memasuki Kepulauan Lanyu, ia pun memutuskan untuk menciptakan produk suvenir khas Kepulauan Lanyu, dengan memanfaatkan inovasi tersebut.
Masing-masing tamu datang dengan alasan yang berbeda. Namun, “setiap orang dewasa yang datang kemari, seolah kembali menjadi anak kecil”, ujar Joan Yang sambil tersenyum.
Nilai Kerajinan Tangan di Atas Produk yang Dikreasikan
Banyak orang yang melihat ulasan positif Fun-Maker menyarankan untuk mulai menjual bahan-bahan kerajinan. Namun Mac Yu dan Joan Yang merasa metode ini akan mudah membuat jerih payah, nilai kreativitas dan keterampilan para pendesain terabaikan atau bahkan tersisihkan. Sehingga keduanya tetap memilih untuk berorientasi pada teknik pengajaran dan konsep DIY. Selanjutnya, mengajak pengunjung untuk memahami prinsip sederhana dari instrumen mesin, dan mendorong mereka untuk berkreasi serta menghasilkan karya yang diinginkan.
Dalam kurun waktu 5 tahun, toko kecil yang terletak agak tersembunyi di dalam gang ini, mampu menarik perhatian pelanggan domestik bahkan mancanegara. Ini adalah toko impian dari sepasang suami istri, dengan harapan setiap pelanggan yang memasuki area ini, dapat merasakan kehangatan bagai di rumah sendiri dan terus ingin kembali. Mereka juga berharap masyarakat luas mengetahui, selain robot yang diciptakan oleh Maker Taiwan (inovator), masih ada kemahiran teknik kerajinan tangan yang tidak dapat diremehkan.