Keanekaragaman Hayati
Konservasi Laut – Kesinambungan Taiwan
Penulis‧Esther Tseng Foto‧Jimmy Lin
Oktober 2019
詩人余光中《你想做人魚嗎?》的詩問道:「你知道山高不及海深嗎? 你知道地廣不及海闊嗎? 你知道海量是怎樣的肚量?你知道海涵是怎樣的涵養?海神的財富是怎樣的秘藏?」
是的,海島台灣,陸地面積不到地球萬分之三,卻蘊育十分之一的海洋魚類物種。然而,海洋以快板奏出驚愕交響曲提醒台灣:海洋資源枯竭、棲地環境惡化。付出行動,保育海洋資源,才能在未來奏出和諧的樂章。
Dalam puisi yang berjudul "Apakah Anda ingin menjadi putri duyung?" penyair Yu Guang-chung bertanya, “Tahukah Anda, tingginya gunung tidak sedalam lautan? Tahukah Anda, luasnya daratan tidak seluas lautan? Tahukah Anda, seberapa besar volume lautan? Tahukah Anda apa yang terkandung dalam lautan? Kekayaan apa yang disembunyikan Dewa Laut?”
Benar, luas daratan kepulauan Taiwan tidak sampai 0,03% dari luas bumi, tetapi Taiwan memiliki sepersepuluh dari seluruh spesies ikan laut di dunia. Lautan memainkan simfoni dengan tempo allegro (tempo cepat) mengingatkan Taiwan: Menipisnya sumber daya laut, memburuknya habitat. Hanya dengan mengambil tindakan melestarikan sumber daya laut, barulah dapat memainkan simfoni yang harmonis di masa mendatang.
Terdapat sekitar 220 – 230 ribu spesies laut di dunia ini, meskipun luas permukaan Taiwan kecil tetapi memiliki 12 – 13 ribu spesies. Alasan utama dari sumber daya laut yang berlimpah ini adalah letak geografis Taiwan yang unik.
Keanekaragaman Hayati Taiwan
Taiwan yang terletak di tepi utara Hindia Timur yang sarat dengan spesies laut dunia, serta berada di persimpangan antara 3 Ekosistem Laut Besar (Large Marine Ecosystem, LME) yaitu Laut China Timur, Laut China Selatan dan Laut Filipina, di persimpangan 3 arus laut yaitu Kuroshio, arus pesisir Minzhe (China Coastal Current) dan arus Laut China Selatan, serta keanekaragaman habitat di laut, membentuk berbagai ekosistem yang merupakan unsur penting yang berkontribusi bagi kekayaan keanekaragaman hayati.
Mantan Kepala Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati dari Academia Sinica, Shao Kwang-tsao, menghabiskan waktu 25 tahun untuk membangun “Basis Data Ikan Taiwan” (The Fish Database of Taiwan), ia mengemukakan, saat ini ada 3.200 data spesies ikan yang berada di sekitar Taiwan, menempati sepersepuluh dari seluruh sumber daya ikan di dunia, bahkan 322 spesies di antaranya merupakan spesies asli Taiwan.
Khususnya, spesies Chaetodontidae (ikan kupu-kupu/butterflyfish) dan Pamocanthidae (angelfish), kedua spesies ini menempati urutan teratas dunia. Sebagai contoh, keluarga ikan kupu-kupu yang mempunyai 122 spesies di dunia, sedangkan 43 spesies berada di Taiwan atau sekitar sepertiganya, untuk itu Taiwan tidak saja sebagai “Kerajaan Kupu-kupu” di daratan, melainkan juga “Kerajaan Kupu-kupu” di lautan.
Taiwan tidak hanya memiliki beragam spesies ikan, tetapi juga spesies ikan yang memiliki fitur unik. Karena
letak Taiwan berada di peralihan kawasan tropis dan subtropis, sehingga perbedaan kehidupan laut di laut bagian selatan dan utara sangat jelas. Shao Kwang-tsao memberikan contoh dengan mengatakan, “Pada laut wilayah utara terlihat ikan Kerapu Belang Perang (Cephalopholis boenak) dan Chromis Fumea, yang tidak terlihat di laut wilayah selatan; di wilayah laut Kenting bisa ditemukan belut Sharp-Nosed Garden Eel (Gorgasia taiwanensis) dan ikan Sea Goldie (Pseudanthias squamipinnis), sementara di wilayah laut utara tidak ditemukan jejak mereka, begitu berlimpah kekayaan laut, tidak mudah menemukan tempat seperti ini di dunia.”
Zona Intertidal, Terumbu Karang, Keragaman Pemandangan
Habitat zona intertidal Taiwan juga beragam, tidak saja dibedakan menjadi pantai berbatu, lanau, hutan bakau, kawasan karang batu dan terumbu karang, masing-masing memiliki lingkungan dan ekosistem yang unik.
Sebagai contoh terumbu karang, Professor Institut Oseanografi, National Taiwan University (NTU), Dai Chang-feng, peneliti terumbu karang Taiwan selama 30 tahun lebih ini membeberkan, di seluruh dunia pembentukan terumbu karang ada sekitar 1.000 jenis, dan dari jumlah ini sekitar 300 spesies ditemukan di wilayah laut sekitar Taiwan. Terumbu Octocorallia yang memiliki 8 tentakel sebagai contohnya, ada 118 spesies di Kepulauan Pratas (Dongsha) dan hampir 300 spesies di Kenting, disparitas yang membanggakan. Biasanya memerlukan ratusan tahun untuk membentuk sebuah terumbu karang kecil, di Taiwan terdapat kota terumbu karang laut yang indah dan sangat jarang ditemukan, bahkan ada sebagian yang terbentuk ratusan ribu tahun lamanya.
Dai Chang-feng yang menyelesaikan penelitian terumbu karang di kepulauan Dongsha selama 2 tahun, ia mengatakan, atol Dongsha yang tumbuh di 20° garis lintang utara, dengan panjang 25 kilometer, jarang ditemukan di dunia, melalui rehabilitasi alami selama 20 tahun ini, ditambah dengan berkurangnya perusakan akibat ulah manusia setelah pembentukan kawasan lindung laut, sehingga tingkat penutupan terumbu laguna atol yang tadinya 0% setelah bencana alam, menjadi bertambah hingga 40-50%.
Trilogi Rehabilitasi Sumber Daya Keluatan
Penyebab utama rusaknya sumber daya laut adalah penangkapan ikan yang berlebihan, perusakan habitat, polusi dan invasif spesies, kelebihan populasi penduduk dan penyebab lainnya. Shao Kwang-tsao dengan getir mengemukakan, mungkin tidak akan ada hasil laut yang bisa dimakan bagi generasi kita berikutnya, untuk itu dengan suara lantang, ia menyerukan kepada pemerintah, langkah pertama pemulihan sumber daya laut adalah “Pembatasan penangkapan ikan”, meliputi pembatasan alat penangkapan, metode penangkapan, periode penangkapan, spesies ikan yang ditangkap, lokasi penangkapan, dan jumlah kapal penangkap ikan.
“Namun pembatasan penangkapan ikan hanya menghilangkan gejalanya saja, untuk menyembuhkan akar penyakit ini adalah dengan membentuk kawasan lindung laut (Marine Protected Areas, MPA), serta meningkatkan pemahaman masyarakat dalam mengonsumsi ikan ── menyantap makanan laut yang memenuhi kriteria perikanan berkesinambungan.” Saat ini pemerintah telah membentuk Taman Laut Nasional Dongsha, Taijiang dan Penghu Utara, merancang peraturan hukum yang berbeda bagi ratusan hewan liar, lahan basah, sumber daya perikanan dan kawasan konservasi pesisir. Shao Kwang-tsao dengan sungguh-sungguh mengimbau, untuk mengambil langkah-langkah seperti menciptakan zona larangan menangkap ikan dan membangun kawasan konservasi dalam kawasan lindung dan lainnya, tetapi kebanyakan ini digunakan untuk pengelolaan perikanan dan bukan sebagai konservasi, untuk itu yang paling penting adalah kebijakan pemerintah dalam mengimplementasikan larangan tersebut, sehingga tidak tenggelam menjadi taman lindung laut di atas kertas saja.
Warna Warni Kota Laut Konservasi Sepenuh Hati
Tindakan yang dilakukan pasti mendatangkan perubahan yang indah. Asosiasi Perikanan Kawasan Liuqiu, Pingtung bersedia menghadapi kenyataan, karena laporan yang disampaikan oleh banyak nelayan, berbagai jenis ikan yang biasanya ditemukan di kawasan sekitar seperti Layur (Trichiurus Lepturus), Selar Tetengkek (Megal aspis cordyla), ikan Swanggi (Priacanthus Macracanthus), ikan Semar (Mene Maculata) dan lainnya sudah “Jauh berkurang” dibandingkan dengan masa sebelumnya, untuk itu sejak tahun 2013 Asosiasi Perikanan menerapkan larangan penggunaan jaring insang, pukat dan lainnya dalam radius 3 mil laut, membina nelayan untuk menggunakan metode penangkapan ikan pancing satu kail dan cara pancing kail berantai, dan melakukan pemeriksaan untuk memastikan, berhasil menangkap 10 lebih kasus pelanggaran setiap tahunnya; bersamaan dengan itu juga menggunakan terumbu buatan untuk meningkatkan habitat dan menjaga kesinambungan sumber daya laut.
Anggota Pemasaran Asosiasi Perikanan Kawasan Liuqiu, Li Yi-li menjelaskan, pukat merupakan musuh kura-kura laut, setelah larangan penangkapan ikan dengan pukat, di atas permukaan laut sudah dapat terlihat banyak kura-kura laut, penyu hijau yang menyapa Anda; Layur (Trichiurus lepturus) juga bertumbuh dari rata-rata 1-2 kg menjadi 2-3 kg, harga jual juga semakin baik. Pemerintah kabupaten Kinmen telah mendirikan Kawasan Konservasi Kepiting Tapal Kuda di barat laut kawasan minakat pasang surut (Zona intertidal), kepiting tapal kuda (Belangkas) juga disebut “Fosil hidup pantai”. Belangkas adalah hewan yang sudah ada sejak 400 juta tahun lalu, dan apabila kawin menjadi “Suami-istri” maka sudah tidak dapat dipisahkan lagi sehingga disebut “Ikan suami istri”. 50 tahun lalu masih banyak terlihat di sepanjang pesisir Taiwan, karena perubahan lingkungan, sehingga sejak 20 tahun lalu sudah tidak terlihat jejaknya lagi di pantai barat Taiwan.
Institut Penelitian Produk Laut Kinmen membantu pasangan suami istri belangkas yang sulit bereproduksi untuk “bertelur dan menetaskan telur” selama bertahun-tahun, baru kemudian melepaskan kembali ke samudera, jumlah belangkas tumbuh berkembang dengan stabil, bahkan di pantai Benteng Xiong shi, tempat di mana tidak dilakukan pelepasan, juga bisa terlihat jejak pemijahan belangkas.
Panduan Hasil Laut Kesinambungan di Meja Makan
Bagian ketiga dari Konservasi Laut dimulai dari konsumen. Shao Kwang-tsao yang mempromosikan “Panduan pemilihan makanan laut Taiwan” mengimbau untuk tidak memakan spesies laut seperti ikan terumbu karang, tuna sirip biru, dan hiu paus yang penangkapannya berlebihan atau yang merusak ekologis; melainkan dapat perbanyak makan spesies ikan yang masih berlimpah di laut atau ikan hasil pembudidayaan yang ramah lingkungan seperti sauri pasifik, tilapia, bandeng, udang sakura, dan lainnya. Makan lebih banyak spesies migrasi, yang dibudidayakan, spesies paling bawah dari rantai makanan, tidak membeli ikan predator yang besar dan spesies langka.
Industri perikanan JPwelling (Jpwelling Ocean Inc.) mengeluarkan “Indeks Tanggung Jawab Industri Perikanan” (RFI, Responsible Fishery Index) pada tahun 2015, lingkungan industri perikanan berdasarkan program tanggung jawab industri perikanan Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) dan lokal Taiwan, menetapkan indikator jumlah memadai, penangkapan ikan legal, kemampuan pengembangbiakan ikan, hantaman terhadap lingkungan dan indikator lainnya, penilaian bagi industri perikanan ini agar konsumen dapat menggunakan nilai RFI, tempat dan metode produksi yang tertera di kemasan produk sebagai bahan pertimbangan dalam membeli ikan.
Satoumi: Fokus Baru Konservasi Laut
Fokus dari konservasi Xiaoliuqiu, Keelung dan tempat lainnya adalah memulihkan keanekaragaman hayati, yang mana nilai ekowisata atau pariwisata tidak saja melampaui nilai ekonomi dari penangkapan ikan untuk disantap tetapi juga sesuai dengan prinsip perlindungan keanekaragaman hayati, pemanfaatan sumber daya yang berkesinambungan, dan bertepatan dengan konsep “Satoumi” yang dipromosikan Jepang dalam beberapa tahun terakhir ini.
Shao Kwang-tsao menggunakan contoh kegiatan ekowisata gerobak sapi pengambilan tiram di Fang Yuan, Changhua sebagai promosi transformasi desa nelayan; Yayasan Pendidikan Kuroshio (Kuroshio Ocean Education Foundation) dan Aliansi Konservasi Ikan Matsu-Taiwan yang mempromosikan konservasi cetacea dan lumba-lumba putih, perlindungan lahan basah Gaomei dan Aogu untuk digunakan menyaksikan lumba-lumba, wisata lahan basah; semua ini mewujudkan konsep Satoumi.
Hanya bila kita sungguh-sungguh berupaya untuk hidup berdampingan secara harmonis dengan alam, barulah dapat melindungi keanekaragaman hayati laut, sumber daya kelautan dapat tiada henti beregenerasi, dengan demikian pula dapat terus melanjutkan membaca puisi Yu Guang-chung :
Berapa banyak terumbu dan mutiara
Berapa banyak anemon laut dan bintang laut
Berapa banyak ubur-ubur yang mengambang
Berapa banyak ikan paus dan lumba-lumba
Saat dinosaurus menjadi fosil di daratan
Paus balin dan paus sperma yang megah
Di jalan raya yang biru cemelang
Semburan air yang indah dan kuat
……
Padang rumput laut
Ladang akuatik
Keindahan di bawah laut yang tiada tara