Ubin Kecil Bersejarah Besar
Dengarkan Horigome Kenji Bercerita Kisah Ubin di Taiwan
Penulis‧Cathy Teng Foto‧Jimmy Lin Penerjemah‧Amina Tjandra
Desember 2023
Ubin dekoratif menghiasi fasad bangunan, menampilkan ekspresi bangunan yang beragam.
近年來很夯「路上觀察學」,各式的走讀活動,把眼光放在庶民的日常所見,嘗試從街頭的吉光片羽,如一幅廣告、一塊招牌、建築一隅,說時代的風花雪月;他們講述的不是「大歷史」,而是見微知著的「小時代」,挖出更多的未知,從小細節看見台灣特有的文化風景。
Semakin marak dengan aktivitas “studi di jalan” beberapa tahun terakhir ini, berbagai kegiatan jalan-jalan santai sambil mengenal kearifan lokal, berorientasi pada apa yang dirasakan oleh masyarakat awam, mencoba dari fragmen jalanan yang menarik seperti reklame, papan nama, sudut bangunan yang menceritakan kisah zaman. Apa yang mereka kisahkan bukan “sejarah besar”, melainkan cerita tentang “zaman kecil” dan menggali banyak hal yang tidak diketahui serta merasakan Taiwan secara mendetail melalui lanskap budaya yang unik.
Fasad bangunan yang luas dihiasi dengan ubin, menjadi kunci utama bentuk tampilan bangunan, seiring dengan perkembangan ketrampilan seni dan trend zaman, keramik setiap era menyembunyikan kisah cerita yang tiada habisnya. Seorang ahli bangunan, arsitek asal Jepang Horigome Kenji menetap di Taiwan selama bertahun-tahun, menelusuri literasi dan mengintegrasikan Taiwan dan Jepang untuk mengungkap kisah cerita Taiwan berusia ratusan tahun pada potongan ubin.
Ubin lantai Jepang di Rumah Sakit Chiu Sheng di Sanxia memiliki cerita hidup. Selain merupakan ubin bekas dari kediaman kepala urusan sipil yang dipergunakan kembali, juga adalah ubin Jepang berpola kuno sebelum mendapat pengaruh ubin Eropa Barat.
Horigome Kenji menemukan ubin Majolica di Taiwan lalu memulai penelitiannya.
Terminologi “Ubin”
Horigome Kenji yang telah memasuki masa setengah pensiun, masih mengajar paruh waktu di Fakultas Sejarah Seni program magister National Taiwan University, semangat belajar tidak pernah berkurang sedikit pun, begitu duduk langsung meminta rektifikasi nama terlebih dulu. “Penggunaan istilah ‘hua zhuan’ (artinya: ubin dekoratif) untuk nama resminya seyogianya diganti dengan ‘Ubin Majolica’ (Majolica Tile), yang mana sebagian besar diproduksi di Jepang.”
“Saya lulusan jurusan arsitektur, mengeyam pendidikan pada periode tahun 1960-1970, tren pada masa tersebut adalah arsitektur kontemporer, arsitektur modern, guru saya pada masa tersebut lebih mengutamakan ruang lingkup daripada dekorasi permukaan yang dinilai tidak begitu penting. Inilah yang membuat saya tidak begitu suka mendekorasi bangunan, hingga setiba di Taiwan, saya mendapati dekorasi bangunan sebenarnya sangat penting,” ujarnya dengan malu-malu.
30 tahun yang lalu, Horigome Kenji ditunjuk menjadi dosen tamu National Taiwan University, secara kebetulan ia menemukan dua potong ubin keramik Majolica di toko barang antik berdekatan. Ketika ia membalikkan ubin, pada sisi belakang bertulisan “Made in Japan” (buatan Jepang) yang menarik rasa penasarannya, kemudian ia mulai mengumpulkan ubin Majolica. Pada bagian belakang ubin tertera informasi-informasi seperti negara produksi, tahun, nama desainer dan lainnya yang merekam pengalaman hidup dari potongan ubin. Beberapa informasi ini menjadi petunjuk tak bersuara yang terselubung di dalam konstruksi bangunan, sangat bermanfaat untuk pemulihan aset literasi serta pelestarian dan penggunaan kembali aset budaya.
Keramik kaca tradisional selain berfungsi sebagai dekorasi, desain berongga memudahkan masuknya cahaya dan udara.
Alternatif Dekorasi
Ubin keramik Majolica yang sering ditemukan pada tembok bata bangunan tua Taiwan, malah sangat langka di Jepang. Ia menganalisis, sebagian besar perumahan penduduk Jepang berorientasi pada struktur kayu dengan tingkat warna dasar rendah, dinding yang terbuat dari tanah, malah ubin Majolica yang berwarna cerah tidak digunakan. Sebaliknya, pada satu sisi perumahan tua penduduk Taiwan ditempelkan di bata merah, dan masyarakat Taiwan juga tidak segan-segan untuk pamer dengan menambah elemen dekoratif di sisi lainnya pada fasad bangunan.
“Ubin Majolica dapat dikatakan sebagai altenatif dekorasi,” kata Horigome Kenji sambil menjelaskan. Pada masa lalu, kediaman orang kaya Taiwan akan dihiasi dengan dengan ubin Cochin atau Mosaik, kemudian muncul ubin keramik Mojalica yang memberi efek arsitektur yang serupa, tetapi dikarenakan proses pengerjaannya lebih mudah sehingga ubin Mojalica menjadi favorit baru yang menghiasi rumah penduduk Taiwan.
Gereja Presbiterian Chi-nan dibangun pada tahun 1916, semula adalah Gereja Taipei Xingding. Bangunan bata merah yang klasik ini sekarang tercatat sebagai situs bersejarah tingkat kota.
Istana Kepresidenan yang dibangun pada tahun 1919, semula adalah Kantor Gubernur Taiwan Sotokufu, pada tembok luar tertempel ubin merah yang menyerupai bata merah. (ubin merah berukuran sama dengan bata merah)
Dari Bata Merah Sampai Ubin
“Ubin modern adalah hasil dari menipisnya bata merah.” Horigome Kenji mengatakan, untuk menganalisis sejarah perkembangan ubin modern secara mendetail, perlu kilas balik mengamati bangunan bata merah (red brick). Bangunan bata merah Jepang mulai populer sejak masa pemerintahan Meiji (tahun 1868), tren ini juga dibawa oleh arsitektur Jepang dan populer di Taiwan. Pada awal abad 20, sebagian besar bangunan publik Taiwan dibangun dengan bata merah, akan tetapi Horigome Kenji meminta kami untuk mengamati dengan jeli, perusahaan Taiwan Tabacco and Liquor Corporation/TTL (sebelumnya adalah Biro Monopoli Tembakau dan Arak Taiwan, dibangun pada tahun 1913), Gereja Presbiterian Chi-nan (sebelumnya adalah Gereja Taipei Xingding, dibangun pada tahun 1916), keduanya merupakan standar bangunan bata merah yang klasik. Ia menjelaskan, pada awalnya untuk memperindah bangunan maka pekerja konstruksi memilih batu bata yang berkualitas unggul (bagian permukaan lebih mengilap) untuk dijadikan sebagai permukaan tembok bagian luar, dan proses bangunan pada periode ini mengadopsi metode penumpukan. Akan tetapi jika diamati lebih rinci seperti tembok bagian luar pada Stasiun Kereta Api Taichung (dibangun pada tahun 1917) dan Istana Kepresidenan (gedung Taiwan Sotokufu, dibangun pada tahun 1919), bagian interior setelah dibangun dengan bata merah, kemudian pada permukaan ditempel ubin merah yang berukuran sama. Oleh karena itu, ubin yang dipakai semakin menipis, dan pembangunan tembok bangunan mulai mengadopsi cara penempelan.
Warna-warni Modis
Pada tahun 1923 wilayah Kanto mengalami gempa dashyat, mengguncang sebagian besar bangunan bata merah simbol era pemerintahan Meiji Jepang, sejak itu tren arsitektur beralih ke struktur bangunan campuran kerangka beton bertulang (RC). “Akan tetapi kelemahan dari struktur bangunan RC adalah bagian luar mudah menyerap air, diperlukan tambahan perlindungan, seketika membuat arsitektur berpikir menggunakan ubin,” ujar Horigome Kenji, menambahkan bahwa setelah gempa di wilayah Kanto, malah membuat warga berpikiran warna merah menjadi warna masa lalu. Akibatnya, mulai bermunculan aneka warna ubin dari warna cokelat, kuning, putih bahkan ada hijau, hijau muda. Saat bersamaan dalam pengembangan teknik pembuatan muncul ubin Scratch (ubin berpola goresan), ubin kasar, ubin bergaris (disebut ubin “Shisangou” di Taiwan), ubin Tapestry dan Terracotta dan lainnya. Tren ini juga populer di Taiwan dan tersebar luas di berbagai kota.
Beberapa ubin ini terlihat pada fasad bangunan berarsitektur modern pada era pemerintahan Meiji, dengan aneka warna mulai dari warna kuning kehijau-hijauan, hijau, atau hijau keabu-abuan atau abu-abu kehijau-hijauan, kemudian dikenal dengan “ubin warna pertahanan nasional” di Taiwan. Namun dalam analisis Horigome Kenji mempelajari efek kamuflase dari perpaduan warna terang dan gelap, satu bangunan secara menyeluruh berkamuflase dengan warna pertahanan nasional, meskipun efeknya terbatas, “Saya beranggapan bukan karena alasan pertahanan nasional tetapi warna yang trendi pada masa tersebut. Sementara Taiwan mendapat pengaruh dari arsitektur Jepang, konstruksi Jepang dipengaruhi oleh arsitektur modern Amerika Serikat.”
Kantor Pos Taipei dibangun pada tahun 1930, fasad bangunan menggunakan ubin “Shisangou” yang berwarna kuning kecokelatan.
Perjalanan Fantastik Material Bangunan
Di antara ubin yang dikoleksinya, Horigome Kenji mengambil sepotong ubin yang memiliki kisah cerita yang spesial, ini adalah potongan ubin lantai yang pernah melekat di lantai koridor klinik “Chiu Sheng Hospital” yang berlokasi di Jalan Ren’ai Distrik Sanxia Kota New Taipei. Setelah mewawancarai generasi penerus kedua pengelola rumah sakit Chen Zhong-zhou, baru diketahui bahwa Rumah Sakit Chiu Sheng awalnya memiliki rencana perluasan, akan tetapi pada masa tersebut (akhir pemerintahan Kaisar Taisho), Taiwan menghadapi situasi kekurangan material bangunan. Oleh karena itu, generasi pertama Kepala Rumah Sakit Chen Wen-zan mengajukan tender bangunan yang akan dirobohkan, membeli bahan material bekas untuk dipergunakan kembali, yakni kediaman kepala urusan sipil yang terletak antara Istana Kepresidenan dan Taipei Guest House. “Pada masa tersebut sumber daya sangat berharga, memanfaatkan bahan material tua untuk dipergunakan kembali menjadi fenomena yang lazim,” tutur Horigome Kenji.
Untuk kelompok ubin lantai legendaris ini (kira-kira terdapat lebih dari 800 potong), Horigome Kenji memublikasikan artikel “Eksplorasi Gaya dan Sejarah ‘Ubin Dekoratif’ Rumah Sakit Chiu Sheng di Sanxia, Taiwan”, menemukan bahwa ubin kuno Jepang ini sebenarnya mendapat pengaruh ubin Eropa Barat, diprakirakan ubin ini dibawa masuk ke Taiwan pada masa awal pemerintahan Meiji. Ditilik dari usia dan kelangkaan di Jepang, maka ubin ini merupakan aset budaya yang bernilai. Namun dikarenakan ubin yang melekat pada bangunan, kerap kali seiring bangunan diratakan maka ubin tersebut juga akan lenyap.
Ubin Majolica dengan aneka warna, setiap negara mengembangkan pola lokal masing-masing.
Ubin Majolica dengan aneka warna, setiap negara mengembangkan pola lokal masing-masing.
Gedung Yuan Yudisial dibangun pada tahun 1934, fasad bangunan menggunakan ubin Scratch.
Ubin dalam Sejarah Global
Ubin Majolica yang berasal dari porselen keramik dan seni tembikar Islam, kemudian menyebar ke berbagai negara dan memengaruhi beberapa negara di antaranya Spanyol, Italia, Belanda dan Prancis. Berkisar pada pertengahan abad ke-16 menyebar ke negara Inggris, kemudian dikarenakan reformasi industri dimulai di Inggris, memengaruhi inovasi teknologi pembuatan ubin Majolica, lalu Inggris mengambil alih pasar dengan mengembangkan “ubin Victoria”.
Ubin Victoria memasuki Jepang pada masa akhir kedudukan keshogunan Jepang hingga awal pemerintahan Meiji, pengrajin Jepang menggunakan ubin Victoria sebagai sampel untuk penelitian dan pengembangan. Hingga awal abad ke-20, Jepang mengembangkan teknik pembuatan ubin dengan metode kering, suatu kemajuan pesat dalam peningkatan kualitas dan standar, kira-kira pada tahun 1920 mulai memproduksi dan mengekspor ubin Majolica.
Pasar ubin adalah Daratan Tiongkok, Asia Tenggara, India dan Amerika Utara dan Selatan. Horigome Kenji memprediksi, “Hampir 90% lebih ubin Majolica di rumah penduduk Taiwan adalah produksi Jepang, ini ada kaitannya dengan Taiwan menjadi kawasan koloni Jepang.” Sementara produsen Jepang memproduksi pola ubin Majolica sesuai dengan kebutuhan lokal, seperti di Taiwan sangat mudah sekali mendapati ilustrasi keberuntungan, hewan maupun sayur dan buah-buahan, sedangkan ikon berupa dewa-dewa dan karakter Sansekerta dapat ditemukan di India.
Kisah cerita sepotong kecil ubin, membuat kita seakan-akan melalui suatu perjalanan pasar global. Teknik pembuatan ubin Inggris, ditambah dengan keunggulan industri, menjadi arus utama dalam pasar, kemudian melalui replika, upaya riset pengembangan, Jepang berhasil mengembangkan ubin berkualitas yang sebanding, bahkan memanfaatkan keunggulan letak geografis dan pemerintahan kolonial mengekspor ubin ke luar negeri. Taiwan menjadi negara tujuan ekspor ubin Majolica pertama bagi Jepang, membiarkan ubin keramik Majolica dari negara asing menghiasi bubungan atap rumah dan fasad rumah warga Taiwan menjadi indah.
Tempelan dan gabungan potongan kecil ubin menghadirkan pemandangan kota yang berbeda, sekaligus mengintegrasikan Jepang, Taiwan, Asia Tenggara, Daratan Tiongkok, Inggris dan negara-negara Eropa lainnya, tidak hanya melakukan pengembangan untuk mengetahui “benda” bersejarah tetapi juga menghubungkan dunia menjadi satu keluarga, membuat minat masyarakat masih belum terpuaskan.
Ubin modern mengadopsi karakteristik pola garis yang sederhana.
Balai Zhongshan yang dibangun pada tahun 1936, semula adalah Balai Umum Kota Taipei (Taihoku), fasad bangunan menggunakan ubin Tapestry berwarna abu-abu kehijau-hijauan, kini tercatat sebagai peninggalan bersejarah.
Aula Pameran Pertanian National Taiwan University (NTU) adalah bangunan modern pasca perang yang dibangun pada tahun 1963, didesain oleh arsitek Chang Chao-kang. Bangunan ini dijuluki sebagai “Holey Hall” sesuai dengan tampilan fasad gedung yang dirancang dengan tabung keramik.
Fasad rumah penduduk Taiwan didekorasi dengan ubin Majolica, memberi kesan pamer. (Foto: Horigome Kenji)