Pusat Teknologi Formosa : Kao Ying-chang Berbagi Pengalaman Taiwan
Penulis‧Liu Ying-feng Foto‧Lin Ge-li
Februari 2017
為了培育技職人才,前進印尼邁入28年的印昌國際公司董事長高應昌,一手打造「福爾摩沙技術中心」,將台灣優秀的技職培訓教育向印尼輸出,搭起台、印的兩地橋梁。
Presiden Direktur PT Intermesindo Forging Prima, Kao Ying-chang yang telah merantau ke Indonesia selama 28 tahun, berhasil mendirikan Pusat Teknologi Formosa yang berfungsi untuk mendidik tenaga terampil dan professional. Tempat ini juga menjadi media yang menjembatani Indonesia dan Taiwan dalam menghadapi kebutuhan sumber daya manusia dewasa ini.
Oktober 2016, berdirilah sebuah gedung baru megah bertuliskan “Pusat Teknologi Formosa” di kawasan perindustrian dekat Jakarta, Tangerang, Indonesia.
Di dalam ruang pabrik berwarna kuning muda seluas ratusan meter persegi terisi penuh dengan CNC, perangkat mesin otomatis, dan kelak akan diisi dengan pembina teknisi asal Taiwan yang memberikan pembelajaran bagi tenaga kerja Indonesia. Semua ini adalah hasil kerja keras Kao Ying-chang selama 4 tahun terakhir.
Dalam seremonial peresmian tampak hadir Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei Chang Liang-jen, Ketua Indonesia Taiwan Chambers of Commerce (ITCC) Zhou Zong-he, Tionghoa perantauan dan perwakilan pengusaha Taiwan. Keberhasilan yang berhasil dicapai membuat Kao Ying-chang merasa terharu dan bahagia.
Kao Ying-chang (Kiri) menghabiskan waktu 4 tahun untuk mendirikan “Pusat Tekonologi Formosa” yang bertujuan mendidik tenaga terampil di Indonesia. Kanan adalah Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei di Indonesia (TETO) Chang Liang-jen. (Foto dari Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei di Indonesia)
Menggandeng Pengusaha Taiwan dan Indonesia
Tahun 2017 adalah genap 28 tahun Kao Ying-chang menjajakan kakinya di Indonesia. Awalnya ia membuka perusahaan dagang permesinan di tahun 1989. Selang 8 tahun, bisnisnya berkembang hingga bergerak dalam bidang manufaktur mesin dan logam, yang khusus memproduksi onderdil mobil dan bahan konstruksi untuk pasar Indonesia dan luar negeri.
Saat masih bergerak dalam usaha perdagangan, Kao menemukan bahwa sekalipun produk telah terjual, namun masih tetap membutuhkan pelayanan dan servis bagi konsumen. Banyak yang menanyakan dirinya apakah mampu menyediakan pelayanan teknisi khusus. Menghadapi permintaan pasar yang terbilang besar, sementara dirinya juga membutuhkan hal yang sama, maka Kao memutuskan untuk mencari lahan, pembina hingga murid yang berminat untuk dididik menjadi teknisi yang handal.
Tekad bulatnya menuai apresiasi dari berbagai pihak. Kao mengaku jika dirinya khawatir semua yang dilakukan hanya kosong belaka. Dalam masa pembangunan tahap awal selama bertahun-tahun, kendala yang terbesar adalah menemukan guru pembina.
Awalnya Kao berniat untuk mengundang pakar ahli dari Taiwan ke Indonesia untuk menjadi pembina teknisi, namun terhadang oleh biaya gaji yang tidak sedikit. Jika diperhitungkan secara keseluruhan meliputi biaya administrasi, setiap pembina membutuhkan biaya sebesar 200 ribu dolar Taiwan. Belum lagi jika mempertimbangkan masalah keamanan saat pelatihan, sehingga murid yang dididik juga dibatasi hingga 20 orang per kelasnya. Kao Ying-chang mengatakan, “Dengan kondisi seperti demikian, selain biaya yang tinggi juga akan menemukan kesulitan dalam mencari murid didik.”
Kendala yang dihadapi oleh Kao Ying-chang akhirnya menemukan jawaban. Lai Yung-hsiang dari Precision Machinery Research Development Center memberikan bantuan dengan pengadaan guru ahli langsung ke Indonesia. Untuk tahap awal dibuka 2 kelas keterampilan, yakni teknik mesin akurasi dan pengontrolan otomatis, dimana peserta akan memperlajari bidang manufaktur mesin akurasi, teknik kode mesin dan manufaktur cetakan. Bagi siswa yang lulus uji akan diberikan sertifikat tanda kelulusan. Ke depannya Pusat Teknologi Formosa akan mendidik para siswa yang berminat masuk ke bidang permesinan akurasi yang dibutuhkan oleh para pengusaha Taiwan, Tionghoa perantau dan yang lainnya.
Kao Ying-chang menyebutkan bahwa pendirian Pusat Teknologi Formosa yang dibentuk oleh pihak swasta, selain berfungsi untuk menyelesaikan kendala kurangnya sumber daya manusia terampil di Indonesia, juga diharapkan mampu menjadi sebuah contoh penyaluran ilmu dan pengalaman Taiwan untuk dunia.
Taiwan yang memiliki pengalaman matang dalam bidang manufaktur, juga telah membangun tali rantai kerjasama yang terintegrasi. Sekalipun Indonesia telah memiliki berbagai jenjang pendidikan keterampilan, namun Taiwan masih memiliki keunggulan dalam bidang pengalaman dan kualitas. Dengan adanya pusat pelatihan seperti demikian, maka diharapkan dapat menjadi teladan bagi semua pihak untuk dapat turut bersama berkembang di dalamnya.
Dalam seremonial peresmian tampak hadir Ketua Indonesia Taiwan Chambers of Commerce (ITCC) Zhou Zong-he, Tionghoa perantauan dan perwakilan pengusaha Taiwan. (Foto: Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei di Indonesia)
Sudut Pandang Kao Ying-chang Selama 28 Tahun
Pusat Teknologi Formosa baru saja dibangun, namun tanpa disadari Kao Ying-chang telah menghabiskan waktu selama 28 tahun di Indonesia. Seiring dengan Program Kebijakan Menuju ke Pasar Asia Selatan yang diusung oleh pemerintah baru, Kao Ying-chang memiliki pandangan dan pendapatnya tersendiri.
Di era tahun 90 an, saat lahan dan upah di Indonesia masih terbilang minim, menjadi sasaran investasi pengusaha Taiwan untuk bidang konveksi, peralatan bangunan dan produk elektronik. Namun seiring dengan meningkatnya upah buruh, rintangan, peraturan pemda dan nilai valas yang bergejolak, banyak menjatuhkan pengusaha Taiwan saat berinvestasi di Indonesia.
Krisis ekonomi global yang mendera Asia Tenggara pada tahun 1997, juga turut menggores luka mendalam. Kerusuhan yang terjadi di Indonesia juga harus dihadapi oleh Kao Ying-chang, yang telah berusaha selama 8 tahun di sana.
Saat masih menjalankan usaha dagang bidang permesinan, Kao Ying-chang yang baru mendapatkan proyek senilai NT$ 100 juta, dalam kurun waktu singkat berubah menjadi kerugian sepuluh kali lipat karena pertukaran mata uang yang turun drastis.
Kao Ying-chang yang menderita kerugian besar, dengan terpaksa meminta bantuan penguluran waktu penyediaan produk dari 48 perusahaan pemberi proyek. Hingga 7 tahun kemudian, Kao baru mampu melunasi semua hutang piutang yang membebaninya.
Seiring dengan bergulirnya waktu, semua pelaku usaha pasti mengetahui sosok Kao Ying-chang. “Dalam kondisi perekonomian yang melesu dan suku mata uang yang jatuh, dimana tempat investasi yang tidak memiliki tantangan dan masalah yang serupa?” gumam Kao.
Dengan pengalaman hidup dan bisnis yang dimiliki oleh Kao, semakin memperkaya iman dan kemampuannya dalam menelaah kehidupan manusia.
“Generasi baru Indonesia saat ini telah memiliki persepsi yang berbeda”, ujar Kao. Jikalau sebelumnya perusahaannya selau akan membagikan upah kepada pegawainya setiap minggu sekali, karena masih terbiasa dengan gaya hidup konsumtif. Namun semua ini telah memudar seiring dengan pemahaman baru yang diusung oleh pemerintah Indonesia, dengan pendidikan yang mulai terbina, generasi muda Indonesia kini telah memiliki keinginan untuk menabung demi impian membeli properti atau untuk biaya pendidikan masa depan.
Dengan naiknya Jokowi sebagai Presiden Indonesia, permasalahan yang kerap dikeluhkan oleh pengusaha Taiwan seperti birokrasi dan kurangnya sarana dan prasarana umum, kini semua telah teratasi. Kao menjelaskan, “Sekalipun sulit untuk dapat berubah menjadi sempurna dalam sekejab, namun banyak masyarakat Indonesia yang memiliki harapan untuk dapat berkembang dan masuk menuju standar internasional.”
Dengan meningkatnya jumlah kalangan berperekonomian menengah ke atas dan merupakan negara ke 4 dunia dengan populasi terbanyak., Indonesia juga telah menjadi negara sasaran Jepang dan Korea. Hal ini dapat dilihat dari antusiasnya Korea yang langsung didukung oleh pemerintahnya untuk dapat melakukan integrasi bisnis di pasar Indonesia. Kao menambahkan, “Kini produk Korea dapat ditemukan dengan mudah di Indonesia.”
Perekonomian Indonesia yang terus membaik juga menjadi perhatian utama dalam Program Kebijakan Mengarah ke Pasar Asia Selatan yang diusung oleh pemerintah. Kao Ying-chang meminta pengusaha Taiwan untuk tidak bersikap “Maju lantas kabur” dalam menjalankan investasi di Indonesia. Bagi para peminat yang ingin melakukan investasi di Indonesia, tetap harus memiliki semangat berjuang untuk jangka panjang.
Selaku pebisnis senior, Kao Ying-chang masih memiliki banyak impian yang belum tercapai. Oleh sebab itu, Kao masih terlihat sangat aktif dalam berbagai hal. Hanya saja saat ditanya apa yang akan dilakukan oleh Kao berikutnya, ia hanya menjawab sambil tersenyum, “Nantikan saja, dan saat saya ucapkan, pasti akan saya rampungkan.”
Kao Ying-chang yang awalnya bergerak dalam bidang perdagangan mesin, menemukan kendala kurangnya jasa pelayanan dan sumber daya manusia. Hal inilah yang memutuskan dirinya untuk membentuk sebuah pusat sarana pembelajaran.
Selain menggeluti bidang perdagangan permesinan, Kao Yingchang membuka pabrik pengolahan, perlengkapan mobil, onderdil bahan bangunan, yang dipasarkan untuk kebutuhan domestik dan internasional.