Semakin Lama Semakin Cinta
Detail Kisah Hubungan Taiwan dan Vietnam
Penulis‧Lynn Su Foto‧Lin Min-hsuan Penerjemah‧Farini Anwar
April 2024
Semakin sering ditemukan Pho (kwetiau kuah Vietnam) di jalan-jalan Taiwan; Pelajar-pelajar yang datang jauh dari Vietnam di kampus-kampus Taiwan; Di perkebunan teh Nantou, homestay di Xiaoliuqiu…… dapat terlihat jejak kerja keras dari penduduk baru asal Vietnam.
Ada Vietnam di Taiwan, Di Vietnam juga ada Taiwan.
Supermarket di Vietnam juga menjual teh Green Time dan kopi Mr. Brown Coffee; juga terlihat rantai toko Taiwan seperti dada ayam goreng Hot Star, merek minuman 50 Lan; Taiwan dan Vietnam memiliki koneksi yang dinamis meskipun terpisah jarak 1.700 kilometer. Namun kisah ini bukan berawal dari sekarang ini.
Kaya ragam kuliner Vietnam, terutama yang terbuat dari beras dan sayuran segar. Urutan foto: Pho (kwetiau kuah Vietnam), banh xeo, dan Lumpia Vietnam.
Tetangga Terakrab tapi Asing
Vietnam, negara Asia Tenggara yang paling akrab tapi asing bagi Taiwan. Sama seperti Taiwan yang mengalami pergantian rezim yang berbeda, Vietnam juga mengalami serangkaian rezim, dari Tiongkok selama seribuan tahun, India selama empat abad, Prancis seratusan tahun, dan Amerika Serikat selama dua decade, tentu sedikit banyak memberikan pengaruh. Dilema, benturan dan integrasi budaya asing dan lokal terjadi di mana-mana, bagi orang Taiwan, mereka cukup dapat memahami dan mengerti perasaan itu.
Di lantai di bawah papan merek toko bertuliskan alfabet romawi, pintu perusahaan atau dalam rumah, sering terdapat kuil kecil, orang Vietnam beranggapan kuil kecil ditempatkan di lantai karena lebih membumi, jika memperhatikan dengan seksama, terlihat tulisan aksara Mandarin “福德正神” (Dewa Bumi). Ternyata sama seperti Jepang dan Korea, aksara Han juga digunakan sebagai tulisan resmi di Vietnam pada zaman kuno, sampai pada masa kolonial Prancis, barulah beralih menggunakan alfabet romawi secara besar-besaran. Oleh karena itu, huruf Mandarin masih dapat terlihat dalam ajang-ajang klasik dan khusus.
Kaya ragam kuliner Vietnam, terutama yang terbuat dari beras dan sayuran segar. Urutan foto: Pho (kwetiau kuah Vietnam), banh xeo, dan Lumpia Vietnam.
Kaya ragam kuliner Vietnam, terutama yang terbuat dari beras dan sayuran segar. Urutan foto: Pho (kwetiau kuah Vietnam), banh xeo, dan Lumpia Vietnam.
Pertukaran Taiwan –Vietnam Semakin Akrab
Negara bertetanggaan saling melakukan resonansi budaya dari kejauhan, sekarang adalah mitra ekonomi dan perdagangan penting Taiwan. Sebagai destinasi investasi asing kedua terbesar bagi Taiwan. Saat ini, terdapat sekitar 90 ribu warga Taiwan di Vietnam, termasuk pebisnis yang bertugas jangka pendek maupun yang menetap jangka panjang bersama keluarganya. Vietnam Selatan yang lebih awal berkembang adalah tempat berkumpulnya pengusaha Taiwan. Banyaknya warga Taiwan, sehingga Kamar Dagang Taiwan di Vietnam (Council of Taiwanese Chamber of Commerce in Vietnam/CTCVN) memiliki 14 cabang. Jumlah anggota CTCVN di Provinsi Bình Dương melebihi 600 orang, merupakan kantor dagang dengan anggota terbanyak di seluruh dunia, “Untuk mengikuti pertemuan mereka, harus dibagi-bagi berdasarkan wilayah dan waktu, harus 5 kali ke sana.” Demikian tutur Kepala Kantor Perwakilan Taiwan di Ho Chi Minh, Hank Han.
Dilihat dari kebalikannya, ada sekitar 110 ribu pengantin asing asal Vietnam di Taiwan, 100 ribu generasi keduanya, 250 ribu pekerja migran asing, 200 ribu pelajar Vietnam. Jumlah yang begitu besar membuat keberadaan mereka sebagai kelompok imigran baru telah menarik perhatian dalam beberapa tahun terakhir ini.
Hal yang dapat terlihat adalah, Taiwan dan Vietnam memiliki jalinan hubungan erat, dengan landasan dasar seperti ini, menjadikan Vietnam sebagai Negara utama dalam kunjungan pertukaran bilateral. Berdasarkan data jumlah wisatawan mancanegara selama Januari – Juli 2023 dari Ditjen Pariwisata, Vietnam penyumbang wisatawan terbesar ke-5 bagi Taiwan; Taiwan juga merupakan sumber wisatawan terbesar ke-4 bagi Vietnam.
Bermula dari Prasejarah
Kepadatan pertukaran antara Taiwan dan Vietnam tengah mengarah ke puncak dalam sejarah. Namun, menelusuri asal muasalnya, sudah pasti bukan baru dimulai sejak dicanangkannya Kebijakan Arah Selatan dan Kebijakan Baru Arah Selatan.
Anggota Peneliti Senior Departemen Arkeologi dan Sejarah Alam Universitas Nasional Australia, Hung Hsiao-chun, pernah mendapatkan anting giok dari Fengtian Hualien dalam penggalian bagian selatan Vietnam Selatan, ini membuktikan bahwa jalinan Taiwan dan Vietnam dapat ditelusuri hingga lebih dari 2.000 tahun silam.
Professor Chiung Wi-vun, spesialis dalam Sastra Komparatif Taiwan dan Vietnam dari Departemen Sastra Universitas Nasional Cheng Kung, ia yang ahli dalam sejarah Vietnam, dengan fasih menceritakan momen-momen penting sejarah hubungan Taiwan dan Vietnam kepada kami.
Belanda membentuk Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie/VOC) pada abad 17, saat datang dan berdagang ke Timur Jauh, orang Belanda juga membawa orang Vietnam ke bagian utara Taiwan, mereka turut dalam pembangunan Benteng Santo Domingo, juga pernah bertugas sebagai tentara penjaga di bawah kekuasaan orang Belanda.
Menteri Dinasti Ming, Chen Shangchuan, mantan pengikut Zheng Cheng-gong (Koxinga), pernah memimpin 3.000 tentara bergabung dengan Dinasti Nguyen di bagian utara Vietnam Selatan, untuk melawan Dinasti Qing. Mereka yang mendapat sebutan “Orang Minh Huong” oleh penduduk setempat, sebagian ditunjuk untuk menjadi pejabat pemerintah oleh penguasa “Nguyen”, dan membantu membuka lahan tanah di bagian selatan, karena keberhasilannya dalam membuka lahan tanah, sehingga setelah wafat, Chen Shangchuan dinobatkan sebagai “Dewa Kelas Atas”. Hingga sekarang, patung Chen Shangchuan masih dapat dilihat Kuil Minh Huong Gia Thanh di Ho Chi Minh, Kuil Tan Lan dan Pagoda Ong di Kota Bien Hoa, bahkan menyelenggarakan sembahyang dan arak-arakan yang meriah pada pertengahan akhir bulan ke-10 penanggalan Imlek.
Berkat keagresifan Chiung Wi-vun menjodohkan dan mempromosikan sehingga banyak buku tentang Vietnam yang diterbitkan di Taiwan.
Sejarah Taiwan di Vietnam, Sejarah Vietnam di Taiwan
Hingga abad ke-20 di mana situasi politik internasional terus berubah, Taiwan dan Vietnam tetap memiliki hubungan yang erat. Perang Vietnam berkecamuk pada tahun 1966, tetapi China Airlines malah memilih jalur penerbangan ke Kota Saigon (sekarang Kota Ho Chi Minh) sebagai jalur penerbangan internasional pertamanya.
Pelukis Liu Max C.W., “Pujangga militer” Luo Fu, penulis Ya Xian, Zhang Mo, Guan Guan dan lainnya, semua karena pernah bertugas militer dalam waktu lama di Kota Ho Chi Minh, maka meninggalkan karya kreasi terkait Vietnam. Mereka melakukan pertukaran dengan dunia sastra lokal, dan memberikan pengaruh kepada penyair Tionghoa Vietnam.
Yang paling dramatis, Pangeran Cường Để dari Dinasty Nguyen pada tahun 1939 di era kolonial Jepang mendapat bantuan dari orang Jepang datang ke Taiwan.
Pangeran Cường Để yang berharap Vietnam Selatan merdeka, mengorganisir pemungutan suara dari rekan senegaranya di Taiwan, mendirikan kantor dan melakukan penyiaran radio di gedung Taipei Broadcasting Corporation (sekarang Taipei 228 Memorial Museum), ia pernah menyantap makanan di restoran terkemuka Penglai Pavilion, juga berendam di permandian air panas Beitou. Ia yang menyukai fotografi, dan sempat berinteraksi dengan fotografer senior Taiwan, Peng Rui-lin. Beberapa foto penting Pangeran Cường Để yang ditinggalkan, semua adalah hasil pemotretan dari Peng Rui-lin. Sepenggal sejarah ini memang tidak banyak orang yang mengetahuinya, sampai pada Hong Te-ching yang datang dan tinggal di Kota Ho Chi Minh mengikuti suaminya yang adalah seorang diplomat, menggalinya keluar dan menuliskannya khusus dalam buku “Ketika Pangeran Vietnam ke Studio Foto Peng Rui-lin”.
Jalan Menuju Kemakmuran
Sebagai negara anggota penting ASEAN (Association of Southeast Asian Nations atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara), Vietnam juga berpartisipasi dalam RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership atau Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional), CPTPP (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership atau Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik) dan organisasi lainnya, juga bertetanggaan dekat dengan Tiongkok, sehingga memiliki banyak keuntungan bagi pengembangannya. Vietam menjadi tempat tujuan populer bagi pengusaha Taiwan yang ingin berkembang mengarah ke selatan unutk mencari peluasng bisnis. Dan untuk sekarang ini Taiwan adalah negara investor terbesar ke-4 setelah Singapura, Korea dan Jepang. Namun pengusaha Taiwan di Vietnam menyampaikan, perusahaan Taiwan sering berinvestasi ke Vietnam melalui investasi luar negeri, jadi angka sebenarnya investasi Taiwan di Vietnam seharusnya berada di peringkat pertama atau kedua.
Pada awal perusahaan Taiwan bertolak ke Vietnam, karena melihat modal tenaga kerja dan tanah yang cukup rendah, oleh karena itu perusahan yang awal-awal masuk setelah dibukanya Vietnam adalah perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja padat karya seperti sepatu, tenun, furnitur kayu dan sepeda. Mereka menempatkannya di kawasan perindustrian Dong Nai, Bình Dương tetangga dekat sekitar Kota Ho Chi Minh.
Sebagian besar dari pabrik-pabrik ini sangat besar, padat karya, jumlah karyawan dalam satu pabrik bisa mencapai puluhan ribu orang, untuk itu “Bisa dibilang jumlah orang yang dipekerjakan pengusaha Taiwan adalah yang terbanyak.” Demikian yang disampaikan David Yuan, pendiri Eternal Prowess Vietnam Group yang juga adalah Kepala Council of Taiwanese Chambers of Commerce in Vietnam (CTCVN). Misalnya industri sepatu Pou Chen Corporation dengan karyawan puluhan ribu orang di Vietnam, selalu menjadi berita yang menarik perhatian baik itu berita pembagian bonus tahunan maupun pemutusan hubungan kerja.
Sekolah SMP Lawrence S. Ting meneruskan filosofi para pendidik Taiwan.
Tanah Vietnam Bisa Melekatkan Orang
Hong Te-ching yang karena Vietnam baru mulai menjadi penulis, menuliskan “Footsteps to the South”, menjadi buku referensi bagi banyak orang yang ingin perjalanan wisata ke Vietnam lebih mendalam; sedangkan buku “Ketika Pangeran Vietnam ke Studio Foto Peng Rui-lin” pengungkapan era besar dari pengalian dan penelitian, sejarah perpaduan fotografi, politik internasional dan hubungan luar negeri.
Liao Yun-chang, jurnalis yang peduli dengan isu Asia Tenggara, karena ingin memahami surat-surat pekerja migran asal Vietnam di keluarganya, ia melepaskan pekerjaannya untuk sementara dan pergi ke Kota Ho Chih Minh untuk kuliah sambil berwisata di University of Social Sciences and Humanities, ia mengabungkan perspektif perempuan, menuangkan apa yang dilihat dan didengarnya dalam tulisan “Berkelana Seratus Hari di Saigon”, hubungan antar manusia dan koneksi yang ditinggalkan di Vietnam menjadi koordinat penting isu Asia Tenggara yang diminatinya.
Berkecimpung dalam penelitian perbandingan lintas batas antara Taiwan dan Vietnam selama 20 tahun lebih, Chiung Wi-vun awalnya tertarik dengan penelitian linguistik Vietnam. Setelah itu mendapati bahwa meskipun mendapat serangan kuat dari budaya asing, orang Vietnam tetap berusaha untuk mempertahankan identitas nasional, kepercayaan diri, dan ketahanan nasional mereka, hal ini patut ditiru oleh Taiwan. Selain penelitian akademis, Chiung Wi-vun juga aktif menyelenggarakan seminar, ceramah dan kegiatan lainnya melalui Asosiasi Pertukaran Budaya Taiwan Vietnam, Taiwanese Pen untuk mendorong pertukaran antar masyarakat Taiwan dan Vietnam.
Bagi pengusaha Taiwan, kekuatan dan kebersatuan dari orang Taiwan, bahkan menghadapi krisis keuangan, diskriminasi Etnis Tionghoa juga tidak membuatnya menyusut, malah semakin mengembangkan diri, sikap seperti ini tidak sama dengan karakter masyarakat Vietnam yang lemah lembut tapi keras kepala.
Meskipun memiliki latar belakang yang jauh berbeda, mereka semua menemukan titik fokus di tanah ini, “Tanah Vietnam bisa melekatkan orang.” Demikian kata orang Taiwan yang telah menetap lama dan berakar di Vietnam.
Kota Ho Chi Minh yang makmur, lalu lintas jalan selalu ramai.
Pangeran Cường Để dan istrinya (depan kiri ke-2, depan kanan ke-1) bersama pasangan Peng Rui-lin (belakang kanan ke-1 dan ke-2), serta lainnya mengabadikan gambar usai makan bersama di Penglai Pavilion, Taipei pada tahun 1941. (Foto: “Era Peng Rui-lin dan Kami” Owl Publishing House Co., LTD)
Foto Pangeran Cường Để di atas melambangkan sejarah, hubungan luar negeri dan politik Taiwan selama masa Perang Dunia II, kemudian menjadi inspirasi bagi Hong Te-ching dalam penulisan buku “Ketika Pangeran Vietnam ke Studio Foto Peng Rui-lin”. (Foto: “Era Peng Rui-lin dan Kami” Owl Publishing House Co., LTD)