近年,各地聘請「駐縣作家」書寫地方蔚為風潮。作家生花妙筆下的「新地方誌」,有如一塊塊拼圖,慢慢完整了台灣的新樣貌。
馬祖東莒,豎立有「國之北疆」的小島,經苦苓的描繪,已然成為許多人夢想與期待的「島嶼情人」;雪隧開通後人潮日多的宜蘭,還能不能繼續保有舒國治眼中「最寶貝的鄉下」特質?
Mengundang penulis untuk menetap dan menulis cerita tentang tempat tersebut (Writer in residence), telah menjadi sebuah tren baru yang dilakukan oleh berbagai pihak dan tempat di Taiwan. Banyaknya “Tonggak lokasi baru”, bagai rangkaian batu mozaik nan indah, yang lahir dari tulisan mereka dan memberikan nuansa baru untuk Taiwan.
Dongju, sebuah pulau terpencil tak dikenal, berkat goresan karya penulis Kuling (Nama pena dari Wang Yu-ren) kini telah berubah menjadi pulau impian para pelancong. Jumlah wisatawan ke daerah Yilan terus meningkat seiring dibukanya Terowongan Xueshan. Kini menjadi sebuah tantangan, apakah keasrian setempat dapat bertahan layaknya ungkapan “Desa yang paling disayang” yang sebelumnya disebutkan oleh penulis Su Guo-zhi.
Mencari Pulau Sebagai Kekasih
Taiwan adalah pulau yang berada di lepas pantai benua Asia, dan pulau Matzu berlokasi di lepas pantainya. Dongju adalah bagian pulau terpencil nun jauh di lepas pantai Matzu, tempat Kuling menetap untuk menulis bukunya di tahun 2013.
Saat menghitung waktu persinggahan ke dan dari Dongju sejak musim semi bulan April hingga musim panas bulan September, Kuling ternyata telah menghabiskan waktu lebih dari 2 bulan di Dongju.
Apa gerangan yang membuatnya mengucilkan diri ke pulau itu? Ia menjawab bawah pulau itu menjadi tempat transisi untuk kembali ke keramaian kota sejak hidup lama menyendiri dan berteman dengan alam di pegunungan.
“Masyarakat di pulau ini tidak memiliki hubungan apapun dengan saya. Saya ke pulau ini untuk mencari kawan baru, mereka memberi kesempatan bagiku untuk menjadi seorang manusia baru”, ujarnya.
Semula Kuling merencanakan untuk menetap di sebuah pulau terpencil, yang tidak memiliki Toko 7-11, Starbucks dan McDonald’s, dan secara kebetulan Departemen Kebudayaan Pemerintah Daerah Matsu mengundangnya untuk memberi ceramah di sana. Ini menjadi kesempatanya untuk mewujudkan impian sebagai penulis yang menetap di pulau Dongju di tahun berikutnya.
Di atas pulau kecil Dongju dengan luas 2,6 km², Kuling menemukan banyak keindahan, seperti pantai, batu cadas yang cantik, ekologi yang kaya, kuil yang kental akan nilai budaya serta upacara tradisional kunonya.
Jatuh Cinta Kepada Dongju
Kuling mengibaratkan “Berwisata itu bagaikan orang yang sedang mencari pasangan, tetapi manusia tidak bisa seumur hidup hanya mencari-cari saja, tetapi harus menetap lama seperti ‘long stay’ di suatu tempat, baru bisa saling mengenal lebih dekat dan berkesempatan untuk saling jatuh cinta. Setelah itu baru mampu menulis tentangnya.”
Pada awal mula, Kuling tinggal di dusun Fuzheng yang padat penduduknya, kemudian ia memutuskan untuk pindah ke dusun Dapu yang tidak berpenghuni. Tindakannya itu sempat membuat heboh, ada yang mengatakan memang seniman, sastrawan pasti berjiwa unik yang berbeda dari manusia biasa; tetapi ada pula yang mencurigai Kuling apakah sedang ditimpa tragedi berat.
Sambil tertawa ia mengatakan “Dapu sebenarnya lebih indah dari dusun Fuzheng”, Dapu semula adalah dusun nelayan yang makmur, dulu di sana ada kedai opium, rumah bordil, bar…., pembuatan Film !qRipples of Desire!rjuga diambil di sini.
Ketika ditanya apakah Kuling tidak takut menetap di tempat yang terisolasi seperti itu, ia menjawab, hantu tidak pernah mengganggunya, dan absennya penduduk di atas pulau membuatnya bebas melakukan apa saja. Terutama sekali ia sangat suka menelusuri jalan setapak nelayan tua, menamai tempat istirahat yang sering dilaluinya dengan sebutan yang puitis “Pendopo duduk bersama angin”. Sesekali ia mendengarkan suara teriakan pemandu wisata melalui pengeras suara yang membawa rombongan : ”Sekarang hanya seorang pengarang bernama Kuling tinggal di dusun Dapu yang tidak berpenghuni ini, kalau ia sedang senggang akan menyapa kita melalui jendela rumahnya.”
Mendengar ada suara yang memanggilnya, Kuling segera menghampiri ke pinggir jendela untuk melambai-lambaikan tangannya kepada para wisatawan. “ Saya merasa seperti Sang Paus !”
Di siang hari Kuling berjalan-jalan menelusuri seluruh pulau, sedangkan di malam hari ia menuliskan pengalamannya, ketika meninggalkan Dongju, bukunya sudah hampir rampung.
Jadi Sakti Ketika Meninggalkan Dongju
Dalam bukunya “Dongju-------pulau yang nun jauh disana”, Kuling yang terlena cukup lama di Dongju, melukiskan setiap gerak irama manusianya, lautnya, anginnya, bunga-bunga pepohonannya, pendoponya, semua tentang Dongju tidak terlepas dari sorotan pengamatan pengarang Kuling yang jeli dan jenaka, dan tertuang dalam buku yang menawan hati setiap pembacanya, mereka membawa serta buku tersebut ke Dongju sebagai pedoman wisata untuk mencari jejak jejaknya
Awalnya alamat tempat tinggal Kuling Dusun Fuzheng no. 43 yang sekarang ini sebenarnya tidak bernomor. Karena banyak wisatawan yang berkunjung tidak berhasil menemukan tempat tinggalnya dan harus bertanya ke sana ke mari, maka akhirnya Kantor Desa membuatkan secara khusus nomor rumah yang baru, agar memudahkan para wisatawan berfoto di depan nomor rumah bekas tempat tinggal Kuling.
Dengan semakin banyaknya wisatawan yang membanjiri Dongju, membuat penduduk pulau tetangga mulai cemburu, katanya : “Kuling pilih kasih, hanya menulis tentang Dongju saja, mengabaikan Dongyin, sekarang orang hanya ke Dongju saja !” Penduduk Dongyin, Little Kinmen mengajukan undangan kepada Kuling untuk menyempatan diri ber-long stay di sana pula.
Sekembali dari Dongju, setiap tahun Kuling masih tetap membawa rombongan teman-temannya berkunjung kembali ke Dongju. Setiap kali melihat Kuling datang, penduduk Dongju selalu menyapa dengan ramah : “Hai, Kau balik lagi ya !”, sebab di mata mereka, Kuling sudah menjadi anggota keluarga pulau Dongju.
Tanpa bisa menahan diri, Kuling selalu mempromosikan Dongju. “Kalau kalian tidak ada waktu ke setiap pulau di Matsu, maka cukup ke Dongju saja !” batu cadas, burung laut yang ada di Dongyin, juga bisa ditemui di Dongju; demikian pula landasan militer Nangan, gua, ada pula di Dongju. “Dongju adalah miniaturnya Matsu.”