Mahakarya Bambu Dunia
Kekuatan Terapi Hutan Bambu Shibi Caoling
Penulis‧Mei Kuo Foto‧Jimmy Lin Penerjemah‧Yunus Hendry
Desember 2024
Sejak zaman kuno, para sastrawan dan cendekiawan telah mengagumi bambu. Mereka menuangkan kekaguman mereka dalam puisi dan lukisan. Liu Yan-fu, seorang penulis Dinasti Tang, menulis dalam “Catatan Menanam Bambu”, “Seorang pria sejati membandingkan dirinya dengan bambu.” Su Shi, seorang sastrawan agung Dinasti Song, menyatakan, “Tanpa bambu, seseorang menjadi vulgar”, dan “Sebuah hunian tidak bisa tanpa bambu”. Pernyataan-pernyataan ini menggambarkan hubungan bambu dengan keanggunan, integritas, dan kemuliaan moral.
Basis Penyembuhan Hutan Shibi terletak di pegunungan Kabupaten Yunlin pada ketinggian 1.600 meter. Di tengah ratusan hektar hutan bambu yang tenang dan asri, instalasi seni modern telah diintegrasikan ke dalam lanskap, menambahkan sentuhan kontemporer pada ketenangan rumpun bambu. Perpaduan unik antara alam dan seni telah membuat situs ini mendapatkan pengakuan sebagai “Mahakarya Bambu Dunia.”
Desa Caoling, yang terletak di Gukeng, Kabupaten Yunlin, berada pada ketinggian antara 1.600 hingga 1.750 meter di atas permukaan laut. Ketinggian ini menjadikannya sebagai desa tertinggi di Kabupaten Yunlin.
Dahulu, Caoling terkenal dengan “Sepuluh Pemandangan Indah Caoling”, yang meliputi formasi alam batuan unik, air terjun, dan lembah, tetapi lokasinya yang terpencil membuat desa ini jarang dikunjungi, kecuali oleh para pendaki yang hendak mendaki Gunung Shibi atau Puncak Jiananyun. Setelah gempa bumi dahsyat 21 September 1999, akses jalan menuju Caoling terputus, menyebabkan penurunan drastis jumlah wisatawan. Baru setelah pemerintah memulai upaya rekonstruksi pasca-gempa, hutan bambu moso yang luas di daerah Shibi, Caoling, dimanfaatkan sebagai daya tarik utama untuk mengembangkan pariwisata lokal.
Gempa Bumi 21 September 1999, Titik Balik dan Pelajaran Berharga
“Di mana ada pendaki gunung, di situ ada peluang.” Lebih dari 20 tahun yang lalu, seorang ahli anyaman bambu dari Shibi bernama Guo Shou-fa, bersama dengan warga dari Asosiasi Pengembangan Komunitas Shibi, memanfaatkan kebijakan “Satu Desa, Satu Keunikan”. Mereka menggunakan bambu moso lokal untuk membangun koridor gazebo beratap unik “Lima Yuan Dua Jiao” dan jembatan lengkung di atas lahan publik di daerah Shibi, Caoling. Proyek ini menghubungkan “Jalur Kuda Kayu” kuno yang dulu digunakan untuk mengangkut kayu Chamaecyparis taiwanensis dan kayu Cinnamomum kanehirae dengan “Bukit Yunling” di utara. Bukit Yunling sendiri merupakan tujuan wisata populer yang menawarkan pemandangan matahari terbit dan matahari terbenam yang menakjubkan, serta keunikannya yang berada di perbatasan tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Yunlin, Kabupaten Chiayi, dan Kabupaten Nantou. Usaha mereka berhasil menjadikan daerah ini sebagai tujuan wisata pegunungan yang populer.
Dalam beberapa tahun terakhir, hutan telah menjadi tempat populer untuk meningkatkan kesehatan dan terapi, sebuah tren yang semakin mendunia. Hutan bambu yang luas di Shibi menjadikan wilayah ini sebagai pilihan ideal untuk mengembangkan kawasan terapi hutan di Kabupaten Yunlin.
Pada tahun 2022, Pemerintah Kabupaten Yunlin menyelesaikan perbaikan ruas terakhir Jalan Kabupaten 149A yang menghubungkan Caoling. Di atas lahan seluas 100 hektar yang dipenuhi hutan bambu di sisi selatan “Lima Yuan Dua Jiao”, mereka merencanakan pembangunan “Taman Kreasi Bambu”. Proyek ini, yang dirancang oleh D.Z. Architects & Associates dan tim The Forest Union bersama dengan terapis hutan Paul Lin, menggabungkan konsep terapi hutan untuk menciptakan ruang penyembuhan. Dengan “Lima Yuan Dua Jiao” sebagai pusatnya, proyek ini menghubungkan area utara dengan selatan, menciptakan “Basis Penyembuhan Hutan Shibi Caoling” seluas 156 hektar yang memadukan hutan bambu dan hutan alami, menjadi pusat terapi hutan unggulan di Taiwan.
Desain struktur cangkang tipis melengkung pada atap kubah bambu menghasilkan ruang akustik yang baik di bawahnya. (Foto: Lô Bōo-Him dari D.Z. Architects & Associates)
Kursi-kursi di antara hutan Cunninghamia lanceolata dirancang dengan sudut kemiringan tertentu, memungkinkan orang yang berbaring untuk segera merasa rileks dan tenang.
Lima Yuan Dua Jiao Sebanding Keindahan Hutan Bambu Arashiyama di Kyoto
Perjalanan dari Stasiun Kereta Super Cepat (THSR) Yunlin menuju Shibi merupakan perjalanan yang memesona. Berangkat dari Huwei, Douliu, Anda akan melewati Kota Zhushan di Nantou sebelum kembali ke Gukeng. Dari sana, dapat menyusuri Jalan 149, berkelok-kelok dari dataran rendah, jalanan menanjak terus, melewati desa, perkampungan, hingga akhirnya mencapai pemandangan pegunungan yang membentang luas, dengan tebing terjal dan jurang yang dalam. Perjalanan ini memakan waktu sekitar dua jam untuk mencapai daerah pegunungan Shibi.
Saat kendaraan memasuki jalan setapak yang dikelilingi hutan bambu, Anda akan disambut oleh hamparan hijau zamrud dari bambu yang rimbun di kedua sisi, mengingatkan pada keindahan jalur bambu di Arashiyama, Kyoto.
Mobil berhenti di “Lima Yuan Dua Jiao”, pintu masuk ke basis penyembuhan. Koridor gazebo yang menawan ini sering dikunjungi wisatawan yang ingin menikmati ketenangan dan kedamaian alam pegunungan.
“Awalnya, gazebo ini dibangun sebagai tempat berteduh dari hujan bagi para pendaki. Sungguh di luar dugaan, ternyata gazebo ini sangat disukai wisatawan, dan saya juga merasa senang,” ujar Guo Shou-fa.
Lalu, mengapa Shibi memiliki begitu banyak bambu? Guo Shou-fa, yang kini berusia 76 tahun, menceritakan kisah yang ia dengar dari ayahnya. Ia bercerita bahwa setelah Pemerintah Kuomintang tiba di Taiwan, terjadilah penebangan hutan besar-besaran, bahkan akar-akarnya pun dicabut. Pada saat itu, tiga bersaudara dari sebuah keluarga setempat menjadi yang pertama membudidayakan kembali bambu. Rebungnya bisa dijual, batangnya bisa dijadikan bahan bangunan dan perkakas anyaman, menjadikannya tanaman yang menguntungkan secara komersial. Melihat hal tersebut, para petani lain pun ikut menanam bambu, sehingga hutan bambu tumbuh subur dan menjadi ciri khas daerah ini.
Teras gazebo Shibi Lima Yuan Dua Jiao dibuat dari bambu moso lokal. Dikelilingi oleh lautan bambu, gazebo ini merupakan tempat peristirahatan yang sempurna saat musim panas.
Pesona Hutan Bambu Shibi
Di Shibi, bambu moso menghasilkan rebung, bahkan di musim dingin pun menghasilkan rebung musim dingin. Guo Shou-fa menjelaskan bahwa rebung tumbuh di dalam tanah, tanpa perlu pestisida atau pupuk. Tanah di sini murni dan bebas polusi, bahkan nyaman untuk berjalan tanpa alas kaki di jalur bambu. “Pagi hari, saksikan matahari terbit. Lautan awan di lembah terkadang tak bergerak selama satu jam. Saat angin bertiup, lautan awan itu menghilang, berubah menjadi kabut yang bergulung-gulung naik. Itu pertanda cuaca akan berubah.” Begitulah suasana satu hari di Shibi.
Ia juga berbagi tentang pesona Shibi yang berubah warna di setiap musimnya. Saat musim semi, suhu tanah menghangat, akar bambu menyebar, daun-daunnya tumbuh lebat, dan saat hujan musim semi turun, rebung-rebung menyembul keluar, diikuti dengan hijaunya rerumputan. Di musim panas, saat matahari terik, tanah di hutan bambu mengeluarkan aroma tanah yang khas akibat sengatan matahari. Musim gugur dan dingin, semua makhluk hidup beristirahat, dedaunan berguguran menjadi pupuk. Setiap pergantian musim menyajikan pemandangan yang berbeda.
“Labirin” dengan desain spiral ganda adalah tempat terbaik untuk meditasi berjalan. (Foto: Pemerintah Kabupaten Yunlin)
Toilet umum “Xiao Chai Xuan” mengadopsi desain semi-terbuka, memberikan suasana seperti buang air di alam terbuka. (Foto: Lô Bōo-Him dari D.Z. Architects & Associates)
Lanskap Bambu, Berdialog dengan Alam di Puncak Gunung
“Taman Hutan Rekreasi Bambu”, ruang terapi hutan di sisi selatan “Lima Yuan Dua Jiao”, terbagi menjadi area umum dan area tenang dengan gangguan yang minim. Tempat ini menawarkan pengalaman terapi hutan yang beragam. Wisatawan dapat memindai QR Code dengan LINE@ untuk memulai perjalanan penyembuhan mereka.
“Mempertimbangkan medan pegunungan, lanskap bambu di punggung bukit harus tahan terhadap tekanan angin, menciptakan dialog dengan lingkungan di puncak gunung. Pengunjung dapat membenamkan diri, duduk atau berbaring, menikmati pemandangan alam dengan postur tubuh berbeda,” kata Peter Kan, arsitek D.Z. Architects & Associates, sembari menerangkan konsep perencanaannya.
“Jing Zuo” di area umum terletak tidak jauh dari pintu masuk Lima Yuan Dua Jiao, merupakan pintu gerbang pertama menuju ketenangan, meninggalkan hiruk pikuk keramaian. Anggota tim desain, Hill Yeh dari Protoplain Architects, menggunakan bambu moso yang tebal sebagai balok melengkung dan bambu Phyllostachys makinoi yang lurus sebagai kerangka untuk membangun kanopi bambu semi-tertutup. Fondasinya hanya menggunakan sedikit semen, dan terdapat deretan kursi batu di dalamnya. Pengunjung dapat duduk di bangku batu, dengan pandangan mengarah ke pemandangan pucuk bambu, langit, dan bayangan cahaya, secara alami mengalihkan perhatian mereka ke alam semesta.
Di sore yang hening, terapis hutan mengetuk mangkuk nyanyian cakra. Suara mangkuk yang dalam dan panjang meredakan ketegangan tubuh, dan pengunjung yang merasakan terapi hutan pun menghela napas lega.
Jalan setapak di hutan bambu dipenuhi dengan daun bambu yang berguguran, membentuk jalan setapak yang lembut dan elastis. Suara gemerisik saat berjalan di atasnya seperti mendesak orang untuk lebih lambat, lebih lambat, dan lebih lambat lagi.
Terletak di antara hutan Cunninghamia lanceolata, “Paviliun Berbisik” adalah area yang dapat menampung banyak orang untuk duduk dan berbaring. “Pengunjung di gunung biasanya hanya berjalan atau duduk untuk beristirahat, dan jarang memiliki pengalaman berbaring. Kursi setengah berbaring ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada semua orang untuk merasakannya,” kata Peter Kan.
Pemerintah Kabupaten Yunlin membangun basis terapi hutan pertama di Taiwan yang bertemakan bambu di Shibi, Caoling.
Labirin yang Hening, Atap Kubah Bambu
Di puncak Jalur Kuda Kayu Kuno, terdapat platform titik pandang yang disebut “Panggung Angin” di area tenang. Dari sini, pengunjung dapat menikmati panorama Puncak Jiananyun dan gunung tertinggi di Taiwan, Gunung Yushan.
Di dekatnya, terdapat “Labirin” yang merupakan tempat ideal untuk meditasi berjalan. Batu-batu yang tertanam di tanah berfungsi sebagai jalur pemandu dengan desain spiral ganda, dengan jalur masuk dan keluar yang terpisah untuk mencegah terjadinya tumpang tindih. Bentuknya tampak sederhana tetapi tertata dengan baik, menyediakan ruang bagi pengunjung untuk berjalan-jalan dengan tenang atau untuk kegiatan terapi berkelompok.
Di bagian terdalam Taman Kreasi Bambu, terdapat “Atap Kubah Bambu” di ujung punggung bukit. Tim desain menggunakan bambu moso untuk menciptakan atap bambu tipis berkubah tiga lapis dengan bentang lebar 18 meter yang mampu menahan tekanan angin di punggung bukit. Permukaannya juga memiliki kesan anyaman, dengan atap pelat tembaga merah yang warnanya akan berubah dari tembaga mengkilap menjadi cokelat tua dan hijau keabu-abuan seiring waktu, menyoroti perpaduan dan keselarasan dengan lingkungan.
“Sistem cangkang tipis biasanya menggunakan material beton atau baja, jarang sekali menggunakan bambu. Anggota Organisasi Bambu Dunia yang berkunjung sangat terkagum-kagum,” ujar Peter Kan dengan bangga. Menariknya lagi, atap bambu ini sendiri sudah berbentuk seperti mangkuk tembaga. Ditambah lagi dengan material alami seperti bambu dan lembaran tembaga, terciptalah ruang akustik yang bulat sempurna. Di bawah atap ini, pengunjung dapat merasakan terapi mandi suara gong, di mana gong diletakkan di dekat dinding dan di tengah ruangan, sehingga suara yang terpantul menghasilkan gelombang suara yang bergema dengan efek yang berbeda-beda.
Di samping Atap Kubah Bambu terdapat “Xiao Chai Xuan”, sebuah toilet dengan pemandangan yang unik. Tim desain memanfaatkan kayu cedar tipis yang ditebang dari hutan sekitar untuk membangun dindingnya. Toilet ini seperti halaman kecil yang mandiri, dengan atap yang didesain semi-terbuka. Jika dilihat dari atas, Xiao Chai Xuan tampak seperti memakai caping bambu. Saat menggunakan toilet, pengunjung dapat menikmati pemandangan hutan bambu dan langit terbuka.
Peter Kan menciptakan sebuah toilet di mana orang bisa merasakan keindahan pemandangan gunung saat menggunakannya. “Membebaskan diri, itulah inti nya. Pengalaman fisik akan memberitahumu: Ah! nyaman sekali.”
Peter Kan, penanggung jawab D.Z. Architects & Associates, membuka babak baru dalam arsitektur bambu modern di Taiwan.
Bambu yang Bulat, Material Bangunan yang Unik
Keunikan Taman Kreatif Bambu Shibi terletak pada kemampuannya mengubah kelemahan bambu menjadi kekuatan. Bambu memang memiliki karakteristik yang khas. Batangnya yang bulat dengan diameter yang tidak seragam, serta bentuk ujung dan pangkal yang berbeda, menghasilkan lengkungan yang bervariasi. Hal ini membuat bambu tidak sepraktis kayu dalam penggunaannya. Namun, Peter Kan menjelaskan bahwa dalam struktur bangunan melengkung, kelemahan bambu justru menjadi keunggulan. Bambu dapat dipanaskan untuk dilengkungkan, dibentuk, dan diikat. Lengkungannya dapat dimanfaatkan untuk membuat struktur atap. Desain bangunan bambu di taman ini sebisa mungkin menonjolkan keunikan bambu.
Terapis hutan, Paul Lin, menjelaskan bahwa meskipun didominasi warna hijau, tetapi hutan bambu yang hijau zamrud menampilkan gradasi warna yang berlapis-lapis, memberikan efek terapi warna yang sangat menenangkan. Bambu moso adalah jenis bambu yang tumbuh tersebar dengan batang tunggal, memiliki rimpang yang tumbuh menjalar di bawah tanah. Berjalan di atas jalan setapak bambu memberikan sensasi empuk dan ringan yang menenangkan. Yang lebih istimewa lagi, batang dan daun bambu yang bergoyang lembut tertiup angin menghasilkan suara gemerisik yang khas. Desiran yang lembut, melodi alami hutan bambu ini memberikan efek terapi yang menenangkan jiwa.
Pada musim semi tahun 2024, sekitar 200 anggota Organisasi Bambu Dunia dari hampir 30 negara di lima benua berjalan-jalan menyusuri jalan setapak bambu moso dan menikmati lanskap bambu di Basis Penyembuhan Hutan Shibi. Mereka mencicipi hidangan kreatif berbahan dasar rebung lokal yang disajikan di atas perkakas dari bambu, merasakan pengalaman menyeluruh dari seni bambu. Hal ini mengantarkan Yunlin meraih sertifikasi “Mahakarya Bambu Dunia” dari Organisasi Bambu Dunia.
Bambu, dengan akar yang tertanam kuat di celah-celah batu, tetap kokoh dan tegak berdiri meskipun diterpa angin dan hujan. Luangkanlah waktu untuk berjalan-jalan di Basis Terapi Hutan Shibi, biarkan hutan bambu yang luas dan tenang ini menyambut para pelancong yang datang dari kejauhan.