Kebangkitan Kota Tua
Revitalisasi Seni Budaya Kawasan Kota Tua Taichung
Penulis‧Chen Chun-fang Foto‧Chuang Kung-ju Penerjemah‧Amina Tjandra
April 2024
Stasiun kereta api tua Taichung yang dibangun pada masa kolonial Jepang menjadi saksi sejarah modernisasi kota ini.
Beberapa tahun terakhir ini, satu demi satu bangunan tua di kawasan kota tua Taichung kembali hidup, seperti Central Bookstore yang kembali diaktifkan, bangunan kuno bersejarah direstorasi, jalur hijau perkeretaapian Taiwan Connection 1908 dan lainnya mulai difungsikan kembali seakan-akan memberitahu kepada umum bahwa era kebangkitan seni budaya kawasan kota kuno Taichung telah hadir dan menyuntikkan vitalitas baru bagi kota tua ini.
“Kisah jalur kereta api yang mewujudkan modernisasi kota ini.” Pelopor organisasi Taichu Renaissance Association, Egaruok Chang mendeskripsikan kebangkitan budaya sejarah Taichung dengan penjelasan sebagai berikut, jalur kereta api vertikal utara – selatan pada tahun 1908 beroperasi dan menjadikan Taichung sebagai titik pusat penting. Pada tahun 1920 Taichu Renaissance Association aktif di Taichung, mendirikan Central Bookstore dan menjadikan Taichung sebagai basis pemikiran dan seni bagi masyarakat Taiwan. Egaruok Chang mengatakan, letak Taichung jauh lebih dalam di daratan dibandingkan dengan kota-kota lainnya, jika tanpa transportasi kereta api maka perkembangan kemakmuran kota ini tidak dapat bergerak dengan pesat. Kisah eksplorasi kawasan kota tua Taichung dimulai dari rel kereta api.
Perintis Taichu Renaissance Association, Egaruok Chang melahirkan jalur hijau kereta api layang, berharap rel kereta api menjadi media bagi warga untuk memahami suatu kota.
Konservasi Sebuah Nama Tempat
Di tengah memori orang-orang Taichung, stasiun kereta api tua Taichung selalu menjadi bagian penting dalam aktivitas kehidupan seperti komuter, berangkat ke bimbingan belajar dan berkencan. Stasiun kereta ini selesai dibangun pada tahun 1917, bertembok bata merah bagian luar dikombinasikan dengan warna putih datar horizontal, masih ada atap tembaga dan menara yang berposisikan pada bagian tengah memberikan keistimewaan tampilan yang sangat mengesankan.
Bagi Egaruok Chang yang sejak kecil tinggal dekat dengan stasiun kereta api Taichung, rel kereta api menjadi pemandangan sehari-hari yang dilihat, dari rumah ia memandang ke atas menyaksikan kereta api melaju kencang, melalui jembatan besi kereta memasuki stasiun, inilah panorama yang tidak asing baginya. Egaruok Chang sambil tertawa berkata, warga lokal menamai jembatan kereta dengan sebutan yang akrab, dijuluki sebagai hué-tshia-lōo-khang (yang artinya kereta api layang). Jika bertanya dengan warga lokal bagaimana jalan menuju Taichung Rouyuan (Taiwanese crystal meatball), maka kira-kira jawaban yang didapat dalam bahasa Taiyu adalah dari depan stasiun kereta api, setelah melewati kereta api layang, belok kanan ke jalan Fushing, di sana ada toko Taichung Rouyuan. Sebutan “kereta api layang” bagi warga lokal, tidak hanya sekedar jembatan besi kereta saja, tetapi telah menjadi sebuah ikon dan sebuah nama tempat.
Ketika semua ini hilang, akankah beberapa memori budaya ini juga pudar di masa mendatang? Inilah yang dikuatirkan Egaruok Chang. Pada masa tahun 2014, selisih pembangunan jalur layang kereta api di Taichung masih ada 2 tahun, Egaruok Chang memiliki ide membangun sky garden atau taman langit di sepanjang jalur kereta api layang.
Agar ide tersebut dapat diterima oleh masyarakat, maka Egaruok Chang berkomunikasi dan mengambil contoh dari dua rel kereta api tua internasional yang disulap menjadi taman yakni High Line di New York, Amerika Serikat dan Promenade Plantée di Paris, Prancis yang mengadopsi metode rekonstruksi taman kereta api menjadi kota yang indah. Di bawah dukungan dari Taichu Renaissance Association yang dirintis Egaruok Chang dan organisasi swasta lainnya, akhirnya Taichung tetap mempertahankan “jalur hijau kereta api layang” yang memiliki makna budaya dan makna hijau yang menyenangkan.
Jalur kereta api layang di jalan Minzu tidak hanya sekedar jembatan besi melainkan juga menjadi pemandangan kehidupan masyarakat lokal.
Pemandangan dari Sudut Pandang Kereta Api
Taiwan Connection 1908 menjadi penghubung antara Taichung Martial Arts Hall (sekarang adalah National Taiwan Museum of Comics) dan pabrik gula Teikuko di distrik East. Dari pintu keluar stasiun kereta api Taichung yang telah direkonstruksi menjadi kereta api layang dan memasuki stasiun kereta api tua untuk terhubung ke Taiwan Connection 1908. Pada masa kolonial Jepang, untuk mengatasi pembangunan stasiun kereta api di dataran rendah dan tidak rata, maka rel kereta dibangun dan diselaraskan dengan kanal Luchuan, dibangun lebih tinggi sehingga kereta api melintas di atas pejalan kaki, kendaraan dan bangunan rumah. Ketika berjalan di sepanjang Taiwan Connection 1908, di atas ketinggian berkisar antara setengah tingkat hingga bangunan lantai dua, dapat terlihat kembali kota tua dari sudut pandang kereta api masa lalu.
Berjalan santai di Taiwan Connection 1908, selain dapat menikmati tanaman di sepanjang jalan, masih ada instalasi karya seni yang ditampilkan untuk merepresentasikan kereta api dan pencitraan sastra Taichung. Kadang-kadang masih bisa menyaksikan kereta api yang melintasi di atas kepala, ada kendaraan yang lalu lalang di bawah kaki, benar-benar menjadi suatu pengalaman yang sangat unik.
Di bawah panduan dari Egaruok Chang, kami tiba di jalur layang kereta api pertama di jalan Taichung, saat bersamaan juga merupakan garis persimpangan wilayah administratif. Seperti pusat perbelanjaan distrik Central yang sangat makmur, sedangkan di distrik West terdapat perkantoran, sekolah dan komunitas asrama dikelompokkan sebagai kawasan pendidikan kebudayaan. Sementara distrik East di belakang stasiun kereta api, pada masa awal karena adanya pabrik gula dan penyulingan alkohol yang berlokasi di sini, sehingga kemudian berkembang dan bermunculan berbagai jenis pabrik dan menjadi kawasan industri padat karya.
Berjalan santai di Taiwan Connection 1908, sudut pandang dari kereta api menikmati pemandangan jalanan dan makna hijau di tengah kota.
Jalan Santai di Sepanjang Rel Kereta Api
Selain mempromosikan Taiwan Connection 1908, Egaruok Chang juga mengajak warga memasuki dunia petualangan kecil dengan “jalan santai di sepanjang rel kereta api”.
Berangkat dari belakang stasiun kereta api, mengeksplorasi rekam jejak rel kereta api pabrik gula jalur Zhongnan (Taichung-Nantou). Stasiun kereta api tua Taichung yang dibangun pada masa kolonial Jepang, pada awalnya adalah jalur Zhongnan pabrik gula, selain memasuki pabrik gula juga terbuka untuk pasar pisang. Dikarenakan ekspor pisang dalam skala besar dan perusahaan swasta bermunculan seperti salah satu gedung yang dijuluki sebagai bangunan “hipster” di jalan Fushing dengan keindahan rupa bangunan yang menunjukkan kemakmuran di masa tersebut.
Sementara itu di gang kecil tersembunyi “Fusion Space 1962” adalah Shen Hsiang Tang, perusahaan kosmestik tua yang paling awal di Taiwan. Karena lini produksi dipindahkan maka pabrik ini terabaikan, akan tetapi kini tim desain telah merenovasinya menjadi ruang budaya kreatif bersama. Struktur pabrik tua tetap dipertahankan dan didalamnya ditempati oleh berbagai tim kreatif seperti florist, restoran, toko piringan hitam, toko busana vintage dan lainnya. Ada kalanya menggelar kegiatan bazaar, membuat pabrik yang terabaikan lahir kembali menjadi pusat estetika kehidupan baru di kawasan kota tua Taichung, selain itu juga berhasil memperoleh pengakuan dari Red Dot Design Award Jerman, Good Design Award Jepang dan Golden Pin Design Award Taiwan.
Bangunan Miyahara memiliki nilai sejarah, mengadopsi desain interior dengan rak buku berbahan kayu dan langit-langit yang dipertinggi untuk menciptakan atmosfir ruangan yang unik dan sangat menarik wisatawan untuk berkunjung.
Beragam Cara Menikmati Kawasan Kota Tua
Turis yang datang ke kawasan kota tua Taichung, sebagian besar akan berkunjung ke gedung optik Miyahara, mencicipi es krim atau membeli buah tangan otentik Taiwan. Gedung optik ini dibangun Takekuma Miyahara pada tahun 1972, semula bangunan ini bernasib akan dibongkar, setelah dibeli oleh perusahaan Dawn Cake, lalu direnovasi dan tetap mempertahankan sejarah bangunan, didesain dengan interior rak buku berbahan kayu, desain kaca pada langit-langit yang dipertinggi agar pancaran sinar semakin jelas, menciptakan suasana nostalgia kenangan dan elegan, menjadikan bangunan ini di kota tua sebagai obyek wisata populer.
Asisten dosen pengajar jurusan arsitektur Tunghai University, Sui Jui-pi mengakui kawasan kota tua ini bagaikan wanita yang berwajah seribu, ada berbagai macam tema wisata di lokasi ini dan setiap kali akan merasakan kesenangan yang berbeda.
Su Jui-pi menjalani program penelitian residensi di kawasan kota tua pada tahun 2012, merestorasi ruang lantai dua bangunan bank yang menganggur selama bertahun-tahun menjadi “Downtown Renaissance Association”, mulai meregenerasi kawasan kota tua. Dalam studio kerjanya, ia mempublikasikan “Da-Dun Paper” dengan membawa sekelompok generasi muda untuk mengumpulkan kisah cerita kota tua. Di setiap sudut kawasan kota tua terdapat harta karun, dari perjalanan setiap orang dapat menggali topik yang berbeda di antaranya wirausahawan muda, pengrajin, arsitektur, kuliner di gang kecil, toko buku dan cafetaria. Su Jui-pi mengatakan, pesona dalam kota ini tak lain tak bukan adalah ketika berjalan di dalam gang kecil ini ada toko tua, dengan kemahirannya memadukan produk tua dan baru sehingga memberikan nuansa hidup yang menarik.
Su Jui-pi pernah tinggal di Jepang untuk melanjutkan studi arsitektur, ia memberi perhatian khusus pada isu-isu rumah kosong. Ia mendapati rumah kosong di kawasan kota tua Taichung juga memiliki cerita tersendiri.
Restoran dan bar “ChangeXBeer” yang terletak di persimpangan jalan Minzu dan Jiguang merupakan bangunan yang telah mengalami banyak perubahan. Pertama kali dibangun pada tahun 1915 sebagai restoran ala barat “Seiyoken” pada masa kolonial Jepang, dan sering dikunjungi oleh kalangan kelas atas Taichung. Usai perang dunia II dijadikan sebagai kantin umum, hingga tahun 1962 berubah menjadi restoran dan bar “ChangeXbeer”, bahkan sempat menjadi salah satu dari empat restoran dan bar besar Taichung pada era tahun 1960 dan 1970 yang mengalami kejayaan pada masa tersebut. Hingga saat ini, tempat ini disewa oleh pelaku pembuatan bir pada tahun 2018, mengalami restorasi selama 3 tahun dan berubah menjadi ruang pameran makanan-minuman, dan menandakan kejayaan masa lalu dari bangunan berusia seabad ini sangat diperhatikan.
Su Jui-pi terpesona dengan karisma kota tua, membuatnya menetap di tempat ini dan menjadi pakar bangunan yang mempromosikan regenerasi bangunan rumah tua.
Fusion Space 1962 melestarikan struktur konstruksi pabrik tua, menyatukan toko-toko kecil yang bermakna menjadi pusat estetika kehidupan di kota tua Taichung.
Bangunan Kenangan Masa Lalu
Tidak hanya oleh pihak swasta yang berusaha keras untuk menggali pesona kota tua, selama bertahun-tahun pemerintah pun merevitalisasi dan menghidupkan bangunan bersejarah, mencoba menyempurnakan memori era kawasan kota tua ini. Sebagai contohnya, reservasi panduan wisata Taichung Perfektural Hall dibuka sejak September 2023.
Gedung Taichung Prefectural Hall yang terlihat saat ini adalah konstruksi yang dibangun pada tahun 1912, proyek pembangunan tahap pertama diselesaikan pada tahun berikutnya, kemudian diperluas dengan lima tahapan konstruksi hingga tahun 1934, baru bisa menyaksikan skala bangunan saat ini. Gedung megah seperti ini, menjalani pemugaran pada tahun 2019 hingga tahun 2022 baru dapat berkesempatan untuk tampil kembali.
Berkunjung ke Taichung Perfektural Hall dengan cuaca sangat menyenangkan, di bawah sinar matahari musim gugur yang memberi kehangatan, tembok putih berbata merah masih ada atap mansard ala Prancis, dipadukan di bawah langit biru berawan putih, semakin menonjolkan kemegahan. Kebetulan sekali bertemu dengan rombongan turis Jepang yang ikut dalam mendengarkan panduan wisata tentang pintu gedung ini, sebagai contoh sisi gedung ini menghadap ke arah timur, kondisi ini berbeda dengan kebiasaan masyarakat Tionghoa yang memilih posisi selatan menghadap ke arah utara, dengan memanfaatkan sinar mentari untuk mensterilkan ruangan, sedangkan lantai dipertinggi untuk mengurangi kelembapan, bertujuan supaya dapat menyesuaikan dengan kondisi perbedaan iklim dari dua negara yang berbeda.
Memasuki salah satu ruangan di lantai dua, semula berlantaikan beton tiba-tiba berubah menjadi lantai kayu, ternyata ruangan ini pada masa tersebut dimanfaatkan sebagai tempat peristirahatan putra mahkota Jepang, Hirohito (kemudian dianumertakan sebagai Kaisar Showa). Menurut sumber informasi, pada saat cuaca bersahabat maka dapat terlihat Gunung Giok melalui jendela di lorong lantai dua! Mendengar penjelasan demikian dari guru pemandu, turis Jepang tidak sabaran segera berlari ke dekat jendela untuk memandang keluar, mencoba mencari tahu pemandangan apa yang dinikmati oleh Kaisar Showa, sungguh menarik sekali.
Selain Taichung Prefectural Hall, Taichung Shiyakusho, rumah bekas kediaman polisi pidana Taichung dan lainnya berlanjut direstorasi, mengembalikan kejayaan masa lalu. Saat jalan-jalan di kawasan kota tua, asalkan mengamati dengan cermat, di mana-mana terdapat rekam jejak zaman, seperti membedah apa yang disampaikan Egaruok Chang, maka Anda akan mendapati barang-barang menarik yang tersembunyi di dalamnya.
Melalui restorasi selama bertahun-tahun, Taichung Perfektural Hall kembali memperlihatkan kemegahannya, setelah melakukan reservasi maka pengunjung bisa menikmati kemegahan bangunan ini.