Area Pemandangan Nasional Siraya
Menyelami Transformasi Reruntuhan Terbengkalai Menjadi Bangunan yang Indah
Penulis‧Chen Chun-fang Foto‧Chuang Kung-ju Penerjemah‧Maidin Hindrawan
Juni 2023
00:00
Penjelasan permainan di atas dinding rumah tua di desa menantikan kedatangan pelancong.
隨著國際旅遊復甦,台灣也張開雙臂迎接旅人。這回,《光華》前進西拉雅國家風景區,探訪具永續概念的景點:舊軍事訓練場化身景觀綠建築;鄉村廢墟加上新意,成了有美感的大型遊戲場;荒廢檳榔園變身生態農場。看看他們如何把閒置空間變得好看又好玩。
Seiring dengan bangkitnya sektor pariwisata internasional, Taiwan membuka pintu lebar-lebar untuk menyambut para pelancong. Kali ini, “Taiwan Panorama” berkunjung ke Area Pemandangan Nasional Siraya untuk menjelajahi sejumlah lokawisata yang mewujudkan konsep keberlanjutan, antara lain tempat pelatihan militer tua yang dirombak menjadi bangunan hijau berlanskap, reruntuhan desa yang dirombak dengan konsep baru menjadi area permainan yang luas, dan kebun buah pinang tak terpakai yang diubah menjadi pertanian ekologis. Mari kita lihat bagaimana tempat-tempat terlantar ini ditransformasi menjadi tempat yang indah dan menyenangkan.
Terletak di barat daya Taiwan, Area Pemandangan Nasional Siraya (SNSA) memiliki beragam fitur geografis, termasuk mata air panas, tanah tandus, beberapa waduk, dan merupakan area pemandangan terbesar kedua di Taiwan. Nama Siraya diadopsi dari penduduk asli Siraya yang telah lama tinggal di sini, hingga sekarang masih ada sejumlah komunitas Siraya yang bermukim dan tersebar di SNSA, sehingga semakin menambah keindahan alam serta memperkaya warna peradaban manusia.
Bangunan Pusat Informasi Pariwisata Guantian Area Pemandangan Nasional Siraya memiliki desain melengkung yang terinspirasi oleh wadah ritual suku Siraya.
Menyelami Siraya Melalui Bangunan Hijau
Pusat Informasi Pariwisata di Guantian SNSA, Tainan adalah tempat yang baik untuk mengenal dan memahami suku Siraya. Bangunan hijau ini menyisipkan elemen Siraya ke dalam desain eksteriornya. Dindingnya dihiasi dengan motif bunga delapan kelopak yang sering ditemukan dalam sulaman silang Siraya. Bangunan pusat informasi pariwisata sendiri berbentuk melengkung, mengadopsi budaya pot ritual persembahan dari suku Siraya. Penduduk Siraya mengisi berbagai “jenis wadah” seperti botol, guci gerabah dan kaleng dengan air atau anggur untuk dipersembahkan kepada Alid yaitu roh leluhur kepercayaan utama mereka dan wadah-wadah ini menjadi ciri khas dari budaya tradisional Siraya.
Di dalam Pusat Informasi Pariwisata Guantian terdapat pameran permanen budaya Siraya yang memperkenalkan sejarah, kepercayaan, kuliner, adat istiadat dan lainnya, serta menampilkan pakaian dan barang kerajinan Siraya.
Pusat informasi pariwisata ini dulu adalah tempat pelatihan operasi lapangan militer yang tidak lagi digunakan selama bertahun-tahun. Topografi perbukitan aslinya dipertahankan dan dapat dinikmati di dek observasi di lantai tiga. Padang rumput besar dekat alun-alun, dengan huruf besar “SIRAYA” dan seni instalasi bertema rusa sika Formosa yang melambangkan kawanan rusa yang menjelajahi Dataran Jianan di masa lampau, adalah lokasi favorit bagi pengunjung untuk berfoto. Sementara area luas yang terhubung melalui jalan setapak yang ditanami dengan pohon mindi, terompet emas dan cemara memiliki lanskap berbeda-beda pada empat musim, sangat cocok untuk jalan-jalan dan piknik.
Kepala divisi rekreasi di Administrasi SNSA, Chang Li-jung mengatakan bahwa, mereka telah mengadakan acara jalan sehat dan bersepeda di sepanjang Mountains to Sea National Greenway selama beberapa tahun terakhir, juga telah memetakan rute bersepeda Lingbo Guantian untuk mendorong tamasya keluarga. Di sepanjang jalan dapat dinikmati tarian burung jakana yang dikenal secara lokal sebagai "Peri Lingbo" di ladang caltrop air, dan belajar bagaimana Yoichi Hatta memelopori pengembangan sistem irigasi Dataran Jianan. Rute ini menawarkan cita rasa mendalam tentang ekologi alam dan sejarah budaya Guantian.
Bingkai jendela di Pusat Informasi Pariwisata Guantian dicat dengan warna berbeda, menciptakan suasana yang menyenangkan. Warna kuning melambangkan persawahan dan sinar matahari yang terpantul di waduk, sedangkan merah dan biru tua merupakan warna yang sering terlihat pada pakaian adat Siraya.
Pulau Permainan di Komunitas Pedesaan
Sekitar sepuluh menit berkendara dari Pusat Informasi Pariwisata Guantian, kami tiba di Pangkalan Desa Seni Kreatif Daqi, bersebelahan dengan National University of the Arts (TNNUA). Terlihat seperti komunitas pedesaan biasa, tetapi setelah menuju pusat informasi yang dikenal sebagai “House of Art Grower” dan mengambil peta, kami segera memasuki dunia magis di mana “desa berubah menjadi pulau permainan.”
Mengikuti petunjuk peta, setelah melalui jalan kecil yang berkelok-kelok di antara rumah-rumah tua, pada tikungan terdapat sebuah area permainan anak-anak yang dirancang dengan cermat. Misalnya, di “Lompat Pulau 123” seseorang dapat bermain Monopoli dengan melempar karung pasir kecil; di “Manjanik Terbang” ada kompetisi untuk melihat siapa yang bisa melempar bola paling jauh; dan di “Lembah Diediele” ada set permainan Jenga berukuran besar warna-warni. Kegiatan lainnya termasuk katapel, lempar gelang dan pinball. Sebagian besar fasilitas tersebut terbuat dari bahan-bahan bekas saat rumah-rumah tua direnovasi. Misalnya, pipa air dan potongan kayu dipaku bersama untuk membuat manjanik dan alat pengukus makanan bekas dicat warna cerah untuk dijadikan alat dekoratif yang digantungkan di atas dinding penuh tanaman merambah. Berkat ide-ide kreatif ini, Daqi berubah menjadi desa yang unik.
Pendiri proyek permainan anak-anak ini adalah dua anak muda, Lin Jian-ruei dan Lo Wan-tsz. Keduanya adalah mantan mahasiswa Institut Pascasarjana Arsitektur di TNNUA, dan saat masih kuliah sudah terlibat dalam pembangunan komunitas di Daqi. Tesis magister Lin mengajukan rencana renovasi Gedung Zhongshan, sebuah bangunan bersejarah pada masa kolonial Jepang menjadi ruangan kayu tempat berkumpul dan lokasi mengumumkan informasi, melalui restorasi yang dilakukan Lin Jian-ruei, bangunan ini menjadi sebuah perpustakaan komunitas, juga difungsikan menjadi kelas kerajinan di mana para pengunjung dapat mengumpulkan bahan-bahan alami dari desa, mengintegrasikan lanskap pedesaan untuk membuat karya sendiri seperti meja pinball.
Memandang keluar dari House of Art Grower, lanskap kolam tanpa batas, padang rumput luas dan langit biru sepenuhnya terangkum di depan mata, dan sering membawa kejutan bagi pengunjung.
Mendefinisikan Estetika untuk Reruntuhan
House of Art Grower, yang dibuka pada tahun 2020 dan dibangun dengan merenovasi penggilingan padi yang menganggur di Daqi, menerapkan konsep butik untuk memamerkan dan menjual produk lokal dan kerajinan. Tempat ini adalah titik awal untuk menikmati kegiatan di pulau permainan, di mana setelah mendapatkan cap di semua tempat permainan, para peserta dapat kembali untuk menukarnya dengan es krim atau mencicipi es serut buah-buahan lokal. Memandang keluar dari jendela House of Art Grower, kadang-kadang bisa terlihat warga desa sedang membungkus atau memanen mangga, tutur Lin sambil tersenyum, menambahkan bahwa kehidupan pedesaan yang sederhana ini sering membawa kejutan bagi pengunjung.
Berjalan mengitari desa, setiap reruntuhan memiliki ceritanya sendiri. Misalnya, balok yang diambil dari rumah leluhur di tengah waduk dibawa ke Daqi dan digunakan bersama anyaman bambu untuk membangun sebuah rumah kuno yang menceritakan sejarah awal Daqi. Tujuan renovasi bukan untuk mengembalikan bangunan ke kondisi semula, melainkan untuk mengubahnya menjadi area permainan. Sebuah rumah tua yang atapnya sudah roboh dibubuhi jiwa baru setelah dirombak dengan memasang perosotan tanpa atap. Para pendiri yang menghargai barang-barang lama sering menemukan harta karun seperti mesin jahit atau radio di rumah-rumah tua dan menggunakannya untuk mendekorasi House of Art Grower. Melalui ide kelas DIY yang diajukan Lo Wan-tsz, genteng keramik merah yang tidak lagi terpakai digunakan sebagai bahan untuk membuat tatakan gelas dan pot gantung agar nilai barang lama bisa terus berlanjut.
Daqi berdekatan dengan Waduk Wushantou yang memiliki lanskap pegunungan, air dan pulau-pulau kecil, dan memiliki sumber daya artistik dari TNNUA yang terletak tidak jauh. Atau barang kali karya seni bisa dipajang di pulau-pulau kecil di tengah waduk, kemudian pengunjung dapat menikmati karya seni melalui tur dengan perahu. Semua imajinasi ini adalah proyek yang memungkinkan, membuat Daqi berkapasitas untuk menjadi lokasi festival kesenian. Dari sumber daya air dan budaya pedesaan hingga kreativitas seni, pesona Daqi berpotensi untuk dieksplorasi.
Lin Jian-ruei (kiri) dan Lo Wan-tsz (kanan) memanfaatkan keahlian mereka dalam arsitektur untuk merenovasi bangunan terbengkalai di Desa Daqi menjadi area permainan yang menyenangkan.
Evolusi dari Kebun Pinang Menjadi Peternakan Ekologis
Dream River Explore Farm, sebuah peternakan ekologis yang terletak di Desa Zhongpu, Kabupaten Chiayi, sebelumnya adalah bekas kebun buah pinang. Karena penggunaan herbisida di masa lalu, yang tersisa di sana hanyalah pohon pinang dan rumput mati. Namun melalui pembersihan dan restorasi selama lebih dari satu dekade oleh pasangan suami istri River Liu dan Feng Tang, peternakan tersebut kini memiliki ekologi yang semarak di mana kupu-kupu senantiasa berdansa.
"Lihat, ulat kupu-kupu sayap burung emas ini sedang berubah menjadi kepompong. Sepertinya ia mengikat dirinya sendiri dengan tali." Saat kami mengikuti Liu dalam pemanduan ekologi di sekeliling peternakan, ia menangkap seekor kupu-kupu macan biasa untuk memperkenalkan mulutnya yang melingkar dan memanjang ke dalam bunga saat menghisap nektar. Beberapa saat kemudian ia menangkap seekor ulat kupu-kupu mawar biasa dan mengajak kami untuk mencium “osmeterium”-nya, yakni organ pertahanan yang terlihat seperti duri tajam namun lembut saat disentuh, dan bisa mengeluarkan bau busuk untuk mengusir pemangsa. “Masyarakat membutuhkan bimbingan untuk memahami ekologi” adalah motivasi Liu dalam menciptakan tempat pendidikan lingkungan alam ini, karena hanya dengan memberitahu publik tentang alam, baru dapat melindungi tanah yang indah ini dari nurani hati.
Berpegang pada gagasan koeksistensi berkelanjutan dengan alam, Liu dan istrinya menanam berbagai jenis tanaman yang dapat dimakan dan menghasilkan nektar, termasuk jeruk purut, pecut kuda dan eupatorium Kusukusu. Di pertanian itu bahkan ada sebatang pohon pelangi, yang secara bercanda dijuluki Liu sebagai “pohon yang mendengkur”. Spesies pohon ini tumbuh subur, kulit kayunya akan terus rontok, dan warna kulit kayunya akan semakin bervariasi seiring berlalunya waktu. Liu suka mengundang pengunjung untuk menempelkan telinga ke batang pohon dan diam-diam mendengarkan suara air yang diangkut melalui ikatan pembuluh, yang membuat pohon itu terdengar seperti sedang mendengkur.
Untuk mendorong orang-orang keluar ke alam, Liu menggunakan Dream River Explore Farm sebagai tempat pendidikan hutan dan gunung. Ia mengajak pengunjung menelusuri sungai dan memanjat pohon, dan di musim panas mengatur perjalanan menyusuri Sungai Yunshui dengan ban pelampung yang dapat dinikmati kendati tidak bisa berenang. Liu juga membangun sebuah oven pizza permakultur yang ramah lingkungan. Pengunjung dapat memetik sayur, menggulung adonan dan membuat pizza sendiri, yang biasanya segera habis dimakan oleh anak-anak yang biasanya pilih-pilih makanan. “Membangun mimpi masa kecil untuk tinggal di hutan” adalah harapan Liu saat memberi nama Dream River Explore Farm untuk peternakannya. Melalui berbagai kegiatan yang dirancang dengan cermat, Liu bersama istrinya telah mentransformasi kebun buah pinang yang terbengkalai ini menjadi surga yang dapat dijelajahi oleh orang dewasa dan anak-anak.
Genteng keramik tua mendapatkan kehidupan baru setelah dibuat ulang menjadi tatakan gelas dan pot gantung.
Selain berfungsi sebagai pusat informasi di Daqi, House of Art Grower juga menjual produk lokal dan kerajinan budaya kreatif, dan menyajikan es serut dengan buah lokal musiman.
Ada sebatang “pohon yang mendengkur” di Dream River Explore Farm. Saat menempelkan telinga ke batangnya, bisa terdengar suara air yang diangkut melalui ikatan pembuluh bagaikan suara mendengkur. Ini adalah suara yang mengekspresikan kegembiraan hidup.
Katak Moltrecht Taiwan.
Padang rumput besar di Pusat Pengunjung Guantian SNSA, dengan huruf besar “SIRAYA” dan seni instalasi bertema rusa sika Formosa, adalah lokasi favorit bagi pengunjung untuk berfoto.