Perjalanan Tiada Titik Akhir
Long Stay Belajar Bahasa di Taiwan
Penulis‧Cindy Li Foto‧Lin Min-hsuan Penerjemah‧Maria Sukamto
Juni 2024
Banyak cara meningkatkan kemampuan Bahasa Mandarin di Taiwan, selain melalui kursus, bergabung dalam kegiatan tim dan berwisata juga merupakan cara yang efektif. (Foto: NTNU)
Lukas Engström seorang warga negara Swedia yang belum berapa lama belajar Bahasa Mandarin di Taiwan, mendatangi gerai minuman untuk membeli segelas teh susu, ketika sedang dalam barisan antre dalam hati ia menyimak terus kalimat Mandarin yang bakal diucapkan untuk memesan nanti “Yi bei cen chu nai cha, xie xie. Segelas teh susu boba, terima kasih.” Tidak lama kemudian tibalah gilirannya, ia mengucapkan kalimat Mandarin yang sudah disimak lama itu, ketika ia merasa puas karena telah berhasil mengucapkan pesanannya, ternyata sang pelayan gerai bertanya kepadanya sambil tersenyum “Tian du rasa manis? bing kuai jumlah es batu?” seketika membuat Lukas terdiam tak bisa berkata-kata lagi.
Sebenarnya cerita pelajar asing yang belajar bahasa di Taiwan dikejutkan oleh kata-kata khusus khas Taiwan ini banyak sekali, “Misalnya kata ‘jia re dipanasi’, ‘Wo yao na baoguo Saya mau mengambil bingkisan paket’ semua ini baru saya kenal setelah datang ke Taiwan,” begitu tutur Ayun Kim yang berasal dari Korea Selatan, bercerita tentang kesulitan yang dihadapi saat baru datang karena masih kurang paham.
Ayun Kim (kiri) dan Supitcha Saiviroonporn (kanan) selain belajar bahasa di MTC, mereka juga belajar alat musik guzheng.
Pembelajaran Mandarin dengan Melibatkan Diri
Ayun Kim pernah mengambil mata kuliah Bahasa Mandarin di perguruan tinggi karena saat itu ia mempunyai idola sinetron. Ia menuturkan, “Tetapi yang kami pelajari saat itu hanya tata bahasa dan kosa kata, yang mana sulit diterapkan dalam percakapan sehari-hari.”
Sehingga ia mengalami kesulitan berkomunikasi ketika baru datang ke Taiwan, seperti saat berbelanja di pasar swalayan, ia menghadapi kosa kata Mandarin yang tidak diketahui, maka ia hanya bisa mengandalkan bahasa Inggris dan bahasa tubuh, sehingga pelayan yang tidak bisa berbahasa Inggris sulit membantunya, “Setelah bisa berbicara dalam Mandarin, mereka sekarang membantu saya secara otomatis.” Begitu Ayun Kim menambahkan. Perubahan drastis seperti ini, selain latihan dalam kehidupan sehari-hari, hal yang dipelajari di pusat kursus bahasa juga memberikan landasan yang kuat baginya.
Dalam buku pelajaran Mandarin Pusat Kursus Bahasa Mandarin (Mandarin Training Centre/MTC) di National Taiwan Normal University (NTNU) yang digunakan Ayun Kim, tercantum kosa kata dan kalimat bahasa gaul yang sering dipakai orang Taiwan dalam percakapan sehari-hari, dan juga terdapat rancangan dialog tentang keadaan yang mungkin akan dialami para pelajar asing.
Kepala Divisi Kurikulum Pengajaran MTC NTNU Tess Fang menjelaskan setelah pelajar menguasai kemampuan dasar berdialog, guru akan mendorong mereka praktik langsung ke lapangan, misalnya ke pasar malam, pasar tradisional dan tempat lainnya di mana melalui pembelajaran langsung seperti ini barulah ada kesempatan bagi para siswa berkesempatan menghadapi situasi “ala Taiwan”.
Meskipun pembelajaran secara daring sudah menjadi salah satu pola belajar, tetapi “pembelajaran dengan melibatkan diri dalam suasana langsung” masih menjadi pilihan utama dari kebanyakan pelajar asing untuk berlatih bahasa.
Berdasarkan statistik pusat sumber daya pendidikan Bahasa Mandarin di Taiwan, dalam beberapa tahun terakhir jumlah pelajar asing yang kursus Bahasa Mandarin di MTC semakin meningkat dari tahun ke tahun, selain mengambil pelajaran kejuruan Bahasa Mandarin dan persiapan untuk tes, terdapat juga tren pembelajaran Bahasa Mandarin yang baru seperti menghayati kebudayaan dan kunjungan di luar sekolah.
Pusat Kursus Bahasa Mandarin di setiap perguruan tinggi Taiwan selain menyediakan pelajaran di kelas, juga ada tambahan mengikuti aneka kegiatan secara langsung. (Foto: MTC NTNU)
Berwisata Meningkatkan Kemampuan Mandarin
Supitcha Saiviroonporn belajar Mandarin di MTC terlebih dulu, setelah menyadari dirinya tidak bisa fasih berkomunikasi. Ia berasal dari Thailand ingin kuliah S2 jurusan Fisioterapi di Taiwan. Ia mengatakan “Banyak orang Thailand menyarankan belajar dan berwisata ke Taiwan, maka datanglah saya ke Taiwan.”
“Baru sebulan saya sudah merasakan perubahan besar.” Supicha Saiviroonporn menuturkan lebih lanjut, dibandingkan dengan masa belajar satu setengah tahun di Thailand, di Taiwan dalam waktu singkat kemampuan berbahasa Mandarinnya sudah mengalami kemajuan pesat.
Semua ini berkat mata pelajaran di sekolah, juga karena di waktu senggang ia berwisata ke berbagai tempat di Taiwan, inilah yang membuat Supitcha Saiviroonporn cepat fasih berbahasa Mandarin, ia mengaku menguasai Bahasa Mandarin sangat membantu ketika berwisata, “Karena saya suka mengunjungi tempat-tempat yang tidak diperkenalkan dalam brosur wisata, setelah bisa berbahasa Mandarin, saya lebih leluasa blusukan ke mana-mana, melihat yang belum pernah dikunjungi wisatawan Thailand, bahkan saya mengenal tentang Taiwan lebih banyak karena mengobrol dengan orang lokal.”
Meskipun Supitcha Saiviroonporn sudah mengunjungi banyak kota dan daerah, tetapi rencana wisata di Taiwan belum berakhir, ia mengungkapkan selanjutnya ia masih ingin belajar mengendarai motor, pergi ke tempat-tempat yang belum terjangkau ketika ia berwisata dengan kereta api.
Regu tim pendayung perahu naga para pelajar asing setiap tahun ikut berlomba dan menjadi salah satu kegiatan penting MTC. (Foto: NTNU)
Long Stay Belajar Mandarin
Lukas Engström yang belajar bahasa dari pendidikan dadakan di gerai minuman, belajar Bahasa Mandarin di Taiwan membuatnya menjadi seorang YouTuber yang memperkenalkan Taiwan.
Pada tahun 2018, ia membuat akun YouTube atas namanya, memperkenalkan seluk beluk Taiwan dari visi orang asing, misalnya dengan alat transportasi apa untuk bisa mencapai lokasi wisata seperti Xiangshan, Sandiaoling dan Pingxi, lalu bagaimana cara menggunakan alat transportasi umum dan rute wisatanya. Video yang dibuatnya mendapatkan sambutan besar karena memberikan dukungan informasi dan antisipasi masalah wisata yang sesungguhnya.
Tetapi menurut Lukas Engström, tujuan awal membuat video-video ini hanya sebagai rekaman kenangannya setelah meninggalkan Taiwan.
Sepuluh tahun lalu ia tidak terlalu menekuni Bahasa Mandarin ketika datang ke Taiwan dalam rangka program pertukaran pelajar, setelah menyelesaikan tugas belajar ia kembali ke Swedia, setahun kemudian ia kembali ke Taiwan, untuk belajar Bahasa Mandarin di MTC, karena ia mempunyai seorang teman wanita Taiwan di saat itu.
Ia mengingat kembali masa lalunya dalam memilih pelajaran, pergi ke mana atau mengapa ia belajar Mandarin, “Semua pada dasarnya hanya mengikuti keinginan teman saja, mengekor ke mana mereka pergi”. Sampai-sampai kurikulum pelajaran Bahasa Mandarin yang awalnya diperkirakan hanya setahun, kemudian terus diperpanjang karena beberapa faktor. Tetapi semua ini telah membuatnya menjadi fasih berbahasa Mandarin, bahkan Mandarin logat Taiwan, ia menjajaki alam budaya Taiwan seiring dengan langkah kawan-kawannya.
Sampai suatu hari 5 tahun yang lalu, ketika Lukas Engström bertekad pulang ke Swedia, ia membeli perangkat GoPro, untuk merekam tempat-tempat yang sangat ia sukai di Taiwan, videonya juga diperkenalkan kepada teman yang dikenal saat seregu mendayung perahu naga di NTNU, “Banyak teman menginginkan saya untuk merekomendasikan tempat-tempat menarik termasuk makanan apa yang enak, karena saya sudah berada di Taiwan 5 tahun lebih.” Dengan GoPronya, ia mengunjungi lagi tempat-tempat yang pernah didatangi dulu bersama teman-temannya, dan ia mulai menyadari ternyata ia begitu mencintai Taiwan.
Lalu, yang membuat Lukas memutuskan untuk menetap di Taiwan adalah videonya tentang “Chahu Shan Gunung Teko” salah satu video dari edisi “Lukas in Taiwan” orang asing memperkenalkan Taiwan di kanal YouTube selama 2 pekan mencapai 20.000 penonton, dan yang membuatnya tercengang adalah komentar para pemirsa Taiwan yang mengatakan “Ternyata begitu indah pemandangan di atas.” Hal ini membuat saya berpikir “Mengapa kalian belum pernah ke sana? Ini adalah tempat yang paling kusukai.” Sejak saat itu, ia bertekad menjadi seorang YouTuber yang memperkenalkan Taiwan, dan dimulailah perjalanan long stay di Taiwan yang tiada ujung.
Lukas dengan kanal YouTubenya “Orang Asing Memperkenalkan Taiwan” menggunakan logo bendera Taiwan berbentuk hati.
Menikmati Setiap Hari
Dalam serangkaian video “Lukas in Taiwan”, Lukas mengajak pemirsa menjelajahi alam Taiwan yang indah, belakangan ini ia mulai memperkenalkan informasi kepada orang asing apa yang perlu dipersiapkan jika hendak berkunjung ke Taiwan, termasuk kesenjangan budaya yang harus diperhatikan, ia memperkenalkan berbagai sisi Taiwan dengan mewawancarai orang-orang asing yang berada di Taiwan.
Selain itu ia bekerja sama dengan Kantor Dagang dan Ekonomi Uni Eropa di Taipei, mengundang kepala kantor negara-negara anggota Uni Eropa yang bertugas di Taiwan memperkenalkan adat budaya negara masing-masing kepada masyarakat Taiwan, termasuk kesan mereka terhadap Taiwan.
Kalau ingin mendengarkan Lukas berbahasa Mandarin secara fasih, Anda bisa menonton rangkaian videonya tentang serba serbi Taiwan. Perlu berapa lama belajar Mandarin agar sefasih dirinya? Lukas mengatakan “Sebenarnya satu tahun sudah lebih dari cukup untuk belajar Mandarin di Taiwan, dalam waktu satu sampai dua tahun, Anda sudah bisa mengatasi aneka kendala yang muncul dalam sehari-hari”.
Ia menegaskan bahwa pembelajaran tentang kosa kata dan dialog di MTC, tidak saja sudah mencukupi kebutuhan berkomunikasi sehari-hari, juga bisa membantu orang asing menjajaki Taiwan yang sesungguhnya, “Taiwan bukan Taipei saja, dan objek wisatanya juga bukan hanya yang terdapat di sepanjang rute MRT”, apalagi sejak Lukas memperoleh SIM motor, ia telah mengunjungi banyak tempat yang jarang diketahui masyarakat umum.
Lukas mengakui dirinya tidak pernah menyebut Taiwan sebagai rumah, ia mengatakan “Saya merasa berada di summer camp selama 13 tahun ini, sebab hari-hariku sangat santai, itulah sebabnya saya ingin tinggal di sini terus”.
Lukas tidak mempunyai jawaban pasti atas pertanyaan kapan ia akan pulang ke Swedia, bahkan ia menuturkan “Saya menikmati setiap tahun sebagai tahun terakhir, menyikapinya dengan ‘jika ini adalah tahun terakhirku di Taiwan, apa yang hendak kulakukan?’, saya akan menikmati keberadaan di Taiwan dengan sepenuh hati.” Long stay di Taiwan, belum selesai masih bersambung.
Lukas berpartisipasi dalam tim dayung perahu naga sepuluh tahun yang lalu, ini telah menambah jumlah temannya disertai sejuta kenangan.
Gunung Teko di kawasan Ruifang adalah tempat yang paling disukai Lukas. (Foto: Lukas)
Wisatawan asing sangat terpukau oleh bentuk geografis Taiwan yang meliuk indah, dalam satu hari bisa mencapai pedesaan dari kota maupun tamasya dari desa ke pegunungan. (Foto: Chuang Kung-ju)
Pasar malam Shida sangat meriah dengan pajangan bendera mancanegara, membentuk nuansa yang semarak.