Semangat Membuat Es Krim untuk Mengubah Dunia
Es Krim ala Prancis 1982 de Glacée dan Justice Ice Cream
Penulis‧Chang Chiung-fang Foto‧Jimmy Lin Penerjemah‧Maria Sukamto
Juni 2021
1982法式冰淇淋的吳書瑀、正當冰的李孟龍,不約而同地以職人精神製作冰淇淋:使用友善耕作的農產、堅持不用化學添加物。注入理想與對社會的期望,冰淇淋也能成為傳遞善念的種子,喚醒大眾對食品安全的重視。
Miky Wu, pemilik usaha es krim ala Prancis 1982 de Glacée dan Onion Li, pengelola Justice Ice Cream tanpa berjanji terlebih dahulu, bersama-sama telah membuat es krim dengan menggunakan produk pertanian ramah lingkungan, dan serentak tidak memakai bahan kimia aditif. Es krim yang mengandung misi untuk memberikan kehidupan yang lebih baik kepada masyarakat ini, bisa menjadi benih-benih kebaikan menyadarkan masyarakat untuk peduli terhadap produk makanan yang aman.
Cita rasa sederhana es krim tanpa bahan kimia, ada di rumah tua Tainan, menanti Anda datang mencicipinya.
Ikatan Manis antara Manusia dan Lingkungan
Lokasi toko es krim ala Perancis 1982 de Glacée semula adalah pabrik es milik kakek Miky Wu, di masa kecil ia sering membantu membuat es, maupun bermain di pabrik itu, kenangan ini terus membekas di benaknya, sayang pabrik ini telah ditutup puluhan tahun yang lalu mengingat kedua orang tuanya tidak berniat melanjutkan bisnis es tersebut. Miky Wu yang sejak kecil sudah menjadi pemerhati lingkungan adalah seorang akuntan, pekerjaan yang disukainya, tetapi dalam hati kecil ia tidak pernah melupakan isu lingkungan berkelanjutan, akhirnya ia kembali ke kampung halaman menjadikan lahan bekas pabrik kakeknya sebagai markas eksperimen.
Melestarikan kesinambungan lingkungan dengan bereksperimen membuat es krim bukanlah karena ingin mewarisi usaha keluarga, tapi karena Miky Wu mempunyai suatu pemikiran bahwa “Cara tercepat untuk pelestarian alam berkelanjutan adalah melalui industri pertanian, peralihan usaha pertanian untuk menjadi pertanian organik membutuhkan waktu 5 hingga 10 tahun saja, tetapi jika lahan sudah menjadi tanah bersemen, untuk memulihkannya menjadi lahan layak tanam paling sedikit harus menunggu waktu 30 tahun.” Sementara itu pangan adalah jembatan antara manusia dan industri pertanian. Miky Wu menuturkan, tuntutan konsumen pada es krim terletak pada variasi jenis rasa, maka semakin banyak bahan pangan yang dicoba sebagai bahan es krim, misalnya dari tanaman di pesisir hingga yang ada di gunung, semuanya bisa saya olah menjadi es krim asalkan hal tersebut dapat memberinya kesempatan untuk berbicara tentang isu lingkungan hidup.
Berawal dari semangat inilah, Miky Wu mempromosikan rasa “Jacana water caltrop” yaitu es rasa buah purun tikus atau water chesnut. Pernah ada kejadian di daerah Guantian di Tainan pada tahun 2009, di mana sejumlah besar burung jakana mati karena memakan tumbuhan berpestisida. Untuk itu para petani mulai melakukan pertanian ramah lingkungan dalam menanam buah purun tikus, agar burung-burung jakana bisa hidup dengan aman di lahannya. Tindakan para petani ini menggugah hati Miky Wu, oleh karena itulah muncul pemikiran menjadikan buah purun tikus ini sebagai bahan es krim. Buah purun tikus yang jarang dipakai sebagai kudapan manis sempat membuatnya sangat pusing, setelah bereksperimen selama 1 tahun barulah tercipta es krim karamel buah purun tikus yang harum.
Justice Ice Cream berkeliling Taiwan mengajarkan cita rasa yang benar, mendidik anak-anak membedakan makanan yang berbahan kimia dan yang natural. Anak-anak menyantap es krim alami tanpa bahan kimia dengan gembira, penanaman benih-benih rasa alami dicurahkan melalui pendidikan ke hati mereka.
Bisakah Tanpa Tambahan Bahan Kimia?
Miky Wu yang memakai tahun kelahirannya sebagai merek dagang, menjelaskan “Kita hidup di era negara sudah makmur, menikmati kemudahan yang diberikan oleh kemajuan industrialisasi, tetapi sebaliknya juga merasakan dampaknya yakni keseragaman produk, pemakaian pestisida berlebihan, dan skandal keamanan pangan.” Ia berjanji kepada dirinya sendiri, masalah di abad 20 bisa diselesaikan di abad 21.
Oleh karena itu es krim 1982 de Glacée hanya memakai bahan ramah lingkungan, tidak merusak hutan tropis, dan berbeda dari produk es krim di pasaran yang memakai bahan kimia pelarut maupun pengental, Miky Wu tetap berpegang pada prinsipnya yaitu hanya memakai bahan alami seperti susu sapi, telur, gula untuk membuat es krim alami tanpa bahan kimia, sebab “Kakek saya sejak tahun 1960 an sudah membuat es krim gaya eropa yang tidak menggunakan tambahan bahan kimia.”
Pembuatan es krim alami tanpa bahan kimia sangat penuh tantangan, karena setiap bahan seperti buah-buahan walau ditanam di lahan yang sama oleh petani yang sama, akan mempunyai kadar air, kadar gula dan kadar lemak yang berbeda. Juga karena cuaca setiap tahun berbeda maka aroma buahnya pun tidak sama, maka membuat es krim alamiah harus menguasai betul sifat-sifat bahan seperti ini, selalu melakukan perubahan resep dalam setiap pembuatan agar tercipta hasil es krim yang paling enak, alami dan sehat. Sejauh ini kebangkitan industrialisasi pangan membuat teknik produksi es krim sangat standar, Anda tinggal membeli sebungkus bubuk bahan es krim yang terdiri dari zat kimia pelarut yaitu emulsifier, zat pengental, pewangi kimia dan bahan tambahan lainnya, maka semua orang bisa membuat es krim beraroma harum dan enak. Es krim berkadar zat kimia sudah biasa dikonsumsi, bahkan masyarakat salah tafsir mengira es krim memang normal terbuat dari bahan-bahan tambahan kimia tadi.
Serentetan kejadian skandal keamanan makanan yang terbongkar telah membuat Onion Li pendiri usaha es krim Justice Ice Cream marah. Dia yang semula adalah manajer proyek dengan pendapatan tinggi, akhirnya pulang ke Hualien untuk berjualan es krim alami tanpa tambahan bahan kimia, ia berniat menggunakan kekuatan kecil yang hanya sebesar udang kecil itu untuk melawan pasar es krim yang didominasi bahan kimia.
Rasa Itu Datang dari Pendidikan
Produk-produk es kirim Justice Ice Cream terbagi sesuai dengan harga dan kelangkaan bahannya, pengklasifikasiannya menjadi kategori premium, top, selektif dan klasik. Contohnya, untuk rasa “Milk Wine” bahan yang digunakan harus melalui proses pembuatan rumit, bukan dibuat langsung dari milk wine siap pakai yang dijual di pasaran, melainkan harus terlebih dulu memasak kopinya, lalu ditambahi bubuk kakao dan arak whiskey menjadi milk wine, barulah diproses menjadi es krim, karena rumitnya proses pembuatan maka dimasukkan dalam kategori premium. Sebaliknya bahan yang mudah didapat seperti kacang, talas, markisa dan lainnya, karena sering dijumpai dalam produk es krim maka dimasukkan dalam kategori klasik. Walaupun es krim klasik paling murah yaitu NT$50 saja, tetap dianggap mahal oleh sebagian konsumen. Menurut Onion Li, “Memang kalau dibandingkan es krim di pasaran dengan aroma sama, harganya lebih mahal 50%, tetapi modal saya untuk bahan es krim sudah 5 kali bahkan 10 kali lipat dari yang dijual di pasaran.”
Yang paling berbeda adalah pewangi dari bahan kimia, pakai saja beberapa tetes pewangi sudah tercipta es krim rasa nanas, tanpa perlu memakai nanas. Tapi 1 kg es krim rasa nanas Onion Li mengandung 300 - 500 gram nanas. Walaupun modal tinggi, Onion Li tetap mempertahankan pembuatan es krim yang lezat dari bahan-bahan alami.
Onion Li beranggapan, pengaruh pewangi kimia merongrong secara pelan-pelan, mengakibatkan toko yang memakai bahan alami sulit bertahan hidup, dan akhirnya terjun mengikuti arus memakai pewangi. Ketika pewangi kimia dengan mudah menggantikan hasil jerih payah para petani, lahan pertanian akan terbengkalai, dan pada akhirnya lahan dibeli oleh perusahaan besar dan berubahlah lahan sawah menjadi lahan bangunan. Demikian pula saat manusia terbiasa dengan makanan berpewangi dan penambah rasa buatan, mereka akan mulai kehilangan gairah terhadap aroma bahan-bahan alami. Dampak berakumulasi ini tidak pernah direnungkan oleh masyarakat.
Untuk itu, Onion Li selain membuat es krim tanpa bahan kimia, ia juga berkeliling untuk mendidik dan mengajarkan apa itu cita rasa alami, menjelaskan dampak buruk makanan beraroma buatan terhadap tubuh manusia. Misalnya, berdasarkan hasil riset internasional, bahan-bahan kimia dalam makanan berkaitan erat dengan penyakit seperti hiperaktif, alergi, kanker lambung dan lain-lain. Tutur Onion Li, “Rasa es krim alami itu berlapis-lapis.” Ia memperkenalkan es krim natural rasa buah kepada anak-anak, “Pada awalnya ada rasa asam lalu, disertai munculnya rasa manis, di tengah-tengah timbul aroma harum seperti susu, setelah ditelan akan tercium aroma buah-buahan di rongga hidung.” Ia menambahkan, rasa di bagian belakang itulah yang menentukan makanan itu alami atau bukan, es krim berbahan kimia saat dimakan langsung terasa aroma buahnya, tetapi untuk es krim bahan alami, setelah ditelan baru muncul aroma harumnya buah tersebut. Mendidik anak-anak mengenal rasa alami, tujuannya adalah untuk menanamkan benih-benih di hati mereka, sebab Li yakin “Suatu hari kelak, Anda bisa dengan mudah mendapatkan makanan alami yang aman di seluruh Taiwan, anak-anak tidak perlu lagi membaca daftar bahan yang dipakai, dan juga tidak usah khawatir termakan makanan berisiko tinggi.”
Bercerita Lebih Banyak
Usaha es krim ala Prancis 1982 de Glacée didirikan Miky Wu pada 2011, ia telah berinovasi dengan pelbagai cita rasa khas Taiwan, membuat orang mengenal lebih banyak produk pangan Taiwan melalui es krimnya. Misalnya es krim “Nantou Ruby Black Tea” menggunakan bahan teh hitam khas Taiwan no.18. Untuk “Rice Wine Jujube” bahan kismis digantikan oleh angco, arak rum digantikan oleh arak beras, agar menciptakan rasa khas Taiwan. Kedua rasa es krim ini telah mendapatkan penghargaan bintang tiga dari A.A. Taste Awards, sekaligus telah mengangkat status kudapan Taiwan di panggung internasional.
Ia merencanakan untuk mengeluarkan merek baru lainnya “Pari-Pari”, yang memakai bahan ramah lingkungan, juga memasukkan bahan pertanian yang berlabel resume produksi. Merek dagang ini diambil dari bahasa Taiyu yang berarti modis, nama cita rasanya juga dari Taiyu, misalnya “Semangka Ang-kong-kong”, ang-kong-kong berarti merah merekah dalam bahasa Taiyu. Miky Wu ingin bercerita banyak tentang Taiwan melalui es krimnya.
Justice Ice Cream mendidik masyarakat melalui indera perasa dan artikel di Facebook, menggalakkan konsep keamanan pangan, Onion Li mengatakan, bagaikan sedang menguak kedok tukang sulap industri pereskriman. Walaupun hidup dililit hutang, Onion Li mempertahankan untuk tetap berjualan pada musim dingin, meski menghabiskan keuntungan yang diraih pada musim panas, ia ingin memberikan pemasukan tetap bagi para pegawainya. Seperti konsep awal Onion Li mendirikan usaha es krim bernama Justice Ice Cream ini. “Menjadi manusia yang berakhlak, membuat es krim secara baik dan benar.” Ia berharap bisa mengggalang suatu merek yang bermanfaat bagi petani kecil, pengelola, pegawai dan konsumen.
Membicarakan es krim, mata kedua pengelola ini memancarkan sinar berbinar-binar. Dengan penuh semangat mereka membuat es krim berbahan alami dengan sepenuh hati.
Onion Li (kanan) dan teman wanita Jenny (kiri) bersama-sama mengelola Justice Ice Cream, walaupun hidup penuh tantangan, mereka berdua tegar dalam semangat konsepnya, yaitu memberikan makanan yang aman kepada masyarakat.